[ BAB 17 ]

28 1 1
                                    

Kiara mendudukkan dirinya di atas kursi, hatinya sakit. Tak menyangka jika persahabatan mereka akan berakhir secepat ini, kiara  tidak mau memberikan masalah yang lebih besar kepada agista. cukup dia yang merasakan.

Ia menahan tangis namun tetap air mata berjatuhan tanpa perintah. kemudian sebuah tangan menyentuh pundaknya pelan.

“agi!” desisnya.

Ia pikir agista kembali lagi, tetapi itu bukanlah agista. melainkan seorang pemuda.

“m-ali!” gugupnya.

“kenapa?”

Kiara tampak sangat gugup, mata berlinangnya menatap sekeliling.

“tidak, tidak apa apa!” ia menelan salivanya kasar.

“ya sudah yuk, balik ke kelas!” ajak mali pelan. Dan kiara mengikut saja.

Dua orang itu berjalan berdampingan keluar dari perpustakaan dan kembali untuk ke kelas mereka. Jantung gadis itu berdetak kian cepat tak beraturan, wajahnya pucat pasih, pelipisnya memerah menahan air mata hingga tiba di depan kelasnya.

Kiara menatap pria itu lamat.

“sudah masuk sana!”
Dan kiara pun mengikuti instruksinya bagaikan robot yang patuh pada tuannya.

Kiara masuk dan mali kembali ke kelasnya, disana tempat duduknya kosong tanpa ada agista. Tentu, agista sudah pindah tempat duduk di samping aina. Teman sebangkunya tidak masuk hari ini jadi agista bisa duduk disana.

Kiara menatap sekilas agista yang membaringkan kepalanya di atas meja dan aina pun membalas menatapnya penuh pertanyaan, dia pasti menyadari masalah di antara keduanya. Kiara duduk diam disana masih menatap pilu temannya, apa yang harus kiara lakukan sekarang.

“ki!” bisik seseorang dari arah belakangnya.

Ia menoleh melihat siapa gerangan orang yang memanggil itu.

“lo, musuhan ya?”
Tanya pria itu.

Kiara tak ingat pernah melihat pria ini. Sejak kapan dia duduk disini, dan dia mengenal kiara dan tahu masalahnya dengan sang sahabat.

“enggak. Lo, nggak usah kepo!” judes kiara.

Pria itu kembali dengan urusan sebelumnya, tiduran.

“enggak baik, musuhan lebih dari tiga hari” sambungnya.

Kiara di buat kesal olehnya, kenapa orang ini seperti wanita. Suka ikut campur urusan orang, dan juga apa baiknya untuknya.

“bukan urusan lo!” kiara dengan konsistenya.

Pria itu tersenyum di balik meja, ya dia rebahan dengan tiga kursi berderet sebagai kasur dadakan.

“iya sih. Tapi, ganggu pemandangan tahu”
Candanya.

Sungguh, sepertinya dia ingin bantingan sumo. Kiara membalikkan tubuhnya menatap pria itu dan berdiri ya, tidak kelihatan jelas wajahnya.

“kalo gitu, lo bisa pergi darisini enggak usah duduk di belakang gue!!!” bentak kiara marah.

Pria yang tak diketahui namanya itu hanya menahan tawanya ketika melihat wajah kiara yang memerah menahan marah. Dia merubah posisi menjadi duduk menghadap kiara.

“ck!!!” ia pun beranjak pergi dari kelas.

Teman teman yang lain menatap sedari tadi perseteruan kiara dan pria tak diketahui itu, termasuk agista dan aina.

Tatapan kiara dan agista bertemu, dan langsung keduanya memalingkan mata mereka menjauh.

“ai, cowok tadi itu siapa? Kok baru lihat” tanya agista kemudian.

“itu, rino. Lo enggak pernah lihat sih wajar, jarang masuk tuh anak!” bisisk ainan.

Agista mengangguk mengerti, pantas saja ia tak sadar jika pria tadi itu satu kelas dan duduk di bangku belakangnya.

“gi, kalian kenapa sih musuhan?” kepo aina.

Agista menggeleng dengan senyum paksa. Tidak mungkin bagi agista untuk menceritakan masalah dirinya dengan kiara apalagi menjelekkan kiara, itu tidak akan dia lakukan. Jadi, aina tidak perlu tahu mengenai masalahnya.

Kelas kemudian menjadi hening ketika guru berikutnya sudah masuk dan mengajar. Hingga sekolah selesai agista tetap duduk di dekat aina, ia tak akan kembali ke tempat seharusnya ia berada. mungkin besok dan seterusnya dia akan duduk di bangku aina, dan untuk teman yang tak masuk itu bisa ia bicarakan nanti jika ia berkenan.

Tapi apa mungkin bisa agista tidak bertegur sapa selama itu?.

¤¤¤¤¤

26 july 2021
.
.
Semoga suka
Jangan lupa vote ya
Terima kasih

I WANT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang