[ BAB 15 ]

57 1 1
                                    

Agista tak habis pikir, ada apa dengan kiara sampai sekarang dia tidak memberi kabar atau sekedar like di facebook. Apa segitunya, emang dia pikir agista itu tidak punya kegiatan lain selain membalas curhatan dia. Yang benar saja, tidak setiap saat juga agista harus mengikuti apa yang kiara mau, jadi terserah kiara mau marah atau apa agista tidak perduli.

Setelah lama bergelut dengan pikirannya sendiri, agista memutuskan untuk tidur saja. Setelah menonton drama on going yang baru, drama itu romance komedi. Ceritanya seru, dan para aktor utamanya pun juga tampan dan cantik jangan lupa akting yang mempuni yang mereka miliki.

¤¤¤¤¤

07:05 wib.

Agista melewati gerbang sekolah begitu juga dengan yang lain, ya tentu saja mana mungkin agista melewati pagar belakang untuk masuk. Berjalan seperti biasa tersenyum ketika bertemu teman yang mengenal dirinya atau juga menyapa guru yang lewat di dekatnya, itu tradisi harus di pertahankan.

Dalam langkahnya berharap sang sahabat muncul hari ini agar dia bisa langsung bicara dengannya. Langkahnya sedikit melambat ketika tiba di ambang pintu kelas, disana tampak duduk melamun sahabat yang merajuk seharian. Kiara satin. Dia senang, tapi agista harus bersikap seperti sedang merajuk pula.

Dengan wajah yang di buat jutek agista mendudukkan dirinya disana menatap ke depan tanpa bicara sama sekali seperti baru pertama kali bertemu kiara satin. Bagaikan orang asing kiara sama sekali tidak menegur dirinya, agista tidak mau kalah dia juga bersikap demikian. Ya biar kiara saja yang mulai bicara dengannya,gengsi dong. hingga bel berbunyi dan ibu eka telah duduk nyaman mengabsen anak anaknya, sama sekali kiara tidak menatap wajahnya atau sekedar menebar senyum.

Ingin agista bicara duluan, tetapi agaknya dia ragu melihat raut wajah kiara yang begitu. Masam, eugh seperti mangga asam. Mungkin nanti selepas bel istirahat ia akan menegurnya.

Bu eka menjelaskan materi bab 3. dia begitu jelih menatap murid yang tidak memperhatikan, dan tentu lihat si doni dia sudah berakhir berdiri dengan satu kaki. Malangnya nasib mu kawan, batin agista mengejek.

Kiara maju kala bu eka memintanya membawakan buku latihan  setelah mengerjakan tugas ke ruangannya. Cancel sudah rencana agi, tak apa nanti selepas dia kembali agista akan langsung melabraknya dalam artian menegur ya.

“gi, enggak kantin!” tanya seseorang.

Segera agi mengangkat kepalanya, terasa senang mendengar suara itu.

“ouh. Tidak, kau duluan saja!”
Ternyata itu aina bukan kiara.

Sejak ikut bersama bu eka ,kiara sama sekali belum kembali, agi bingung kemana kira kira kiara pergi. Atau dia sudah di kantin?.

“aina, tunggu!”
Agista memutuskan untuk ke kantin saja, mungkin kiara sudah ada disana.

“gi, kau berantem sama kiara?”
Tanya aina saat di tengah perjalanan.

Agista bingung ingin menjawab apa, jujur saja mereka tidak benar benar bertengkar. Sama sekali tidak, ya hanya saja agista yang tidak membalas telepon darinya itu saja, apa itu di sebut bertengkar?.

“tidak, kiara lagi bad mood!” jawabnya.

“lagi dapet kali ya?”

“a-h, iya ya mungkin?!”
Pikir saja sendiri aina, batin agista.

Kantin begitu ramai seperti biasanya, waktu paling berharga dan menyenangkan. Makan sana makan sini, cerita sana cerita sini begitu indahnya kantin ini dan seketika mendung datang ketika mata agista menatap raut wajah kiara yang muram.

“eh, ina aku kesana ya!” ucap agista.

Aina mengangguk saja dan pergi mencari makanannya.

“ki!” panggil agista ragu.

Orang yang di panggil menatap sendu terlihat juga jejak bening disana, membuat hati agista ikut teriris.

“kenapa?”

Segera kiara beranjak ingin pergi.

“ki, kau kenapa? Kau marah sama aku?” teriak tertahan agista.

Namun kiara sama sekali tidak menoleh atau membalas teriakan agista dia pergi. Agista merasa terkoyak hatinya melihat tingkah sahabat sedari kecilnya itu menjauhi dirinya.

Aku harus bagaimana, batinya.

¤¤¤¤¤

24 july 2021
.
.
Semoga suka
Jangan lupa vote nya ya
Terima kasih

I WANT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang