Bus itu telah pergi dengan penumpangnya. Dia masih disini ditinggal, tidak dia memang tidak ingin naik bus bersama orang menyebalkan itu. Lebih baik menunggu bus lain saja.
5 menit kemudian bus lainnya tiba, segera saja ia menumpangi bus untuk pulang ke rumah. Butuh beberapa menit untuk sampai.
Setelah beberapa menit perjalanan terlihat sebuah Rumah tiga lantai berbentuk kotak dengan gaya industrial, mewah. Pagar yang tinggi menghalangi pintu utama. Siapa saja yang ingin masuk harus meminta izin dahulu.
Ia berjalan dari jalan utama menuju rumahnya, iya halte bus dengan rumahnya berjarak sekitar 10 meter masuk lewat gang.
Pintu pagar terbuka, bukan teknologi sih tapi pak akidi petugas jaga rumahnya. Maunya sih gitu sama seperti pintu pintu yang ada di film sience fiction gitu kebuka sendiri tanpa harus menguras tenaga. Tapi itu mahal butuh dompet yang sangat tebal untuk membelinya.
Ia memberi salam dengan senyumannya, dan di balas pula oleh pak akidi. Pemuda itu memasuki rumahnya yang mewah, pintu ia buka dengan key card. Kalo rumah sudah lumayan canggih, pintunya menggunakan card key atau pinger bisa juga fase key.
Saat memasuki rumah itu yang pertama menyapa adalah sejuknya ac yang penuh menyelimuti ruangan, dingin. Dan satu hal lagi yang selalu menyambutnya.
“mama!” ia mendekat dan mencium tangan mamanya.
“langsung mandi, lepas tuh bantuin papa!”
Ucap akimal pranata, papanya.“biarin riko istirahat dulu!” selah mama.
Akimal menatap jengah istrinya.
“enggak apa apa ma. Riko mandi dulu ya!” ucap riko segera naik ke lantai atas, kamarnya.
Erina menatap putranya lalu berpindah pada suaminya.
“pa. Jangan terlalu berlebihan sama riko!”
“berlebihan bagaimana?” ucapnya tanpa memalingkan tatapan dari layar menyala itu.
“lagian, dia itu harus bersiap untuk menggantikan papa di perusahaan”
“iya, tapi kan riko masih kecil. Kasihan, berilah dia waktu untuk main sama teman temannya!”
“ma. Enggak ada waktu buat main, papa membangun usaha ini seumuran riko!”
“pa!”
“sudah, cuma riko yang bisa di andalkan!”
Prang..
Bunyi guci besar jatuh dan pecah berantakan. Itu mali anak sulung mereka.
Matanya menatap tajam papa dan mama yang juga menatap dirinya, kemudian ia melongos pergi meninggalkan tatapan benci yang ia berikan.
Papa hanya diam sedangkan mama hatinya sakit saat menatap dalam mata anaknya itu. Ada rasa dimana dia rindu saat ia melihat mata yang indah tanpa kebencian darinya.
Di dalam kamar.
Riko baru saja selesai mandi, handuk putih melilit erat pinggangnya. Handuk satu lagi ia gunakan untuk mengeringkan rambut basahnya.
Klek.. Brukk..
Pintu di buka dengan kasar membuat suara yang keras. Itu mali.
Riko terkejut dengan kedatangan mali yang tampak tidak dalam kondisi baik baik saja, sorot mata itu.
“ngapain lo disini? Keluar, ini kamar gue!” ucap riko.
Mali hanya menatapnya sekilas lalu fokus melepas sepatu. Riko masih berdiri disana sebenarnya riko Sedikit takut dengan mali. Mali itu orang yang mudah sekali marah, ditambah jika ia marah emosinya tidak bisa di tahan oleh siapa pun.
“ck!!!”
Mali yang tadi rebahan tiba tiba berdiri dan mengambil pas poto milik riko yang terpajang manis di Dinding dan melemparnya ke lantai.
Prang..
Poto itu hancur berkeping keping tidak hanya sampai disitu, ia juga mengambil pemukul bisbol dan memukul ke sembarang arah.
Prang.. Prang.. Prang..
Cermin, lemari, jam dinding, meja belajar riko habis jadi sasaran amuk mali.
“mali apa yang lo lakukan! Hentikan!!!” teriak riko menarik tubuh mali, mencoba menenangkan saudaranya itu.
Namun sia sia, dirinya juga menjadi sasaran amuk mali. Riko terbanting mengenai ujung kasur membuatnya meringis menahan perut yang terkena benturan itu.
“MALI!!!”
PLAAKK...
¤¤¤¤¤
29 july 2021
.
.
Semoga suka
Jangan lupa vote nya ya
Terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
I WANT YOU
Teen FictionFOLLOW DULU BARU BACA!!! Agista maharani dan kiara satin, baru menginjak remaja. Setelah lulus dari sekolah menengah pertama, sekarang mereka melanjutkan ke menengah atas. Di sekolah barunya banyak hal baru, teman baru dan hidup yang baru dan berb...