[ BAB 21 ]

8 1 0
                                    

“MALI!!!”

PLAKKK..

Tamparan panas melayang mengenai wajah mali hingga meninggalkan bekas merah di sudut bibirnya.

“pa!!!” erina menarik lengan akimal, mencoba melerai emosinya.

“anak tidak tahu diri, sini kau!” genggam erina terlepas, dan mali pun di geret paksa oleh papanya.

“pa!!!” erina mengejar dan mencoba memisahkan akimal dari mali.

Dia harus bisa menjauhkan dua orang itu, jika tidak sang anak akan mendapat masalah yang besar. Seperti sebelumnya.

“pa, sudah. Sabar, istigfar!” namun tak bisa, akimal sudah terlanjur tersulut emosi.

Mali di geret dengan paksa olehnya menuju ruang bawah tanah, tempat dimana ia sering memberi hukuman kepada sang anak sulung.

Tokk.. Tokkk..

“pa, pa aku mohon pa. Jangan sakiti anak ku!!!” pekik erina menangis sendu.

Bagaimana tidak, ia tak bisa melihat anak yang ia lahirkan menderita oleh pria yang ia cinta tidak bisa. Dia seorang ibu tak akan pernah bisa membiarkan siapa pun menyakiti anak anaknya.

“PAA!!!” namun percuma.

Pintu itu terkunci rapat, ruang bawah tanah yang tampak remang remang dengan lampu yang sangat minim.

Akimal melepas sabuk miliknya dan..

Blassss..

Ikat pinggang yang terbuat dari kulit itu menyentuh kulit mali hingga meninggalkan jejak merah.

Blasss...

“arghh!” mali kesakitan olehnya.

“anak tidak tahu diri! Berani kau menyentuh putra ku!”

Mali menahan rasa sakit tubuhnya tetapi itu tidak sebanding dengan rasa sakit yang ada dalam hati kecilnya. Tubuh mali menengang memerah akibat pukulan sang papa yang membabi buta.

Akimal selalu seperti ini, tidak ia melakukan itu hanya kepada mali. Entah apa alasan akimal begitu marah dengan tingkah mali yang bahkan sepele.

Anak dan ayah itu memang sudah tidak akur sejak mali masih duduk di bangku smp kelas 2, dimana saat itu mali mendapat nilai yang buruk dan tak menurut ia selalu bermain dan bermain tidak seperti riko yang rajin dan pintar.

“pukul terus pa, terus sampai papa puas!”
Ucap mali dengan air mata yang menggenang.

Blasss..

¤¤¤¤¤

Di dalam kamar bernuansa doraemon itu terbaring seorang gadis yang menatap benda pipih yang sedang menyala.

Drama.

Agista tengah menonton drama romance komedi episode 6. Ia tertawa saat adegan lucu, ia menangis kala adegan sedih, ia gemas saat adegan romantis terjadi. Begitulah, ia terhanyut seakan lupa jika ada dunia nyata yang tengah ia jalani.

“oh no, please oppa jangan!!!” pekik agi histeris disaat aktor pria melumat bibir lawan mainnya.

“oppa!!!” sedih agi.

Ayah, bunda dan zaki yang masih berkumpul di depan tv mendengar hanya menggeleng dan kembali menonton acara televisi.

“aish, awas aja kalo aku bisa ketemu kau oenie aku ajak poto deh!” ucapnya yang awalnya kesal dengan adegan itu.

Drama itu telah selesai tinggal menanti episode berikutnya. Dalam hati agista berharap andai dirinya yang ada di posisi sang oenie, alangkah bahagianya agista hingga tak akan mencuci bibirnya.

Mengehela nafas.

Dalam hati agista berkecamuk, dalam pikirannya banyak tanya. Dia harus bagaimana sekarang. Sepertinya kiara memang sudah tidak ingin lagi berteman dengan dirinya.

“ini semua gara gara si mali sialan, coba enggak ketemu sama dia pasti kiara enggak akan seperti ini!” kesalnya.

Benar pasti mali lah pengaruh buruk untuk sahabatnya itu kalau tidak kenapa kiara bisa berubah sedratis itu. Perubahan butuh waktu bukan.

Drrr...

Agista mencoba video call dengan kiara.

Berdering..

Belum tersambung.

Tersambung..

Hati agista berdebar namun tak lama.

Panggilan di tolak.

Agista memberengut dan menjauhkan ponsel itu diatas meja dan ia menutupi dirinya dengan selimut tebal itu.

Lebih baik tidur.

¤¤¤¤¤

Huh.. Dah lama gak update
Akhirnya..
Semoga ini menjadi awal yang baik
Fighting...

I WANT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang