Di sekolah.
Agista berjalan di tengah koridor sekolah. Masalah dirinya dengan kiara masih belum juga usai. Dia memutuskan untuk berbicara empat mata, ia ingin minta maaf jika memang dia bukan teman yang baik bagi kiara. Dan juga dia ingin berterus terang bahwa dirinya tidak melulu bisa membalas pesan atau mendengar curhatan kiara setiap saat. Dia harus meluruskan masalah ini sekarang agar permusuhan ini tidak berlanjut sampai tua.
Brukk..
Seseorang menubruk bahu agista dengan keras. Dan Seketika suasana berubah ricuh. Entah apa yang terjadi, terlihat semua orang berlarian menuju lapangan.
“hei. Ai, ada apa?!” tanya agista, saat aina terlihat oleh matanya.
“kiara, gi!”
“maksud mu?”
“kiara diatas rooftop, dia mau loncat gi!”
Hah apa?.
Panik, tentu saja. Segera agista berlari meninggalkan aina. Ia harus segera menemui kiara diatas sana, jangan sampai gadis itu nekat dan melompat.
Guru dan murid lainnya berkerumun di lapangan, histeris mereka melihat gadis berhijab itu berdiri di ujung batas rooftop. Agista berlari sekuat tenaga untuk segera mencapai lantai atas, terasa begitu berat kakinya seakan berlari di dalam air.
‘please ki, please!’
Ia membatin seperti hendak bertelepati dengan kiara agar ia mengurungkan niatnya.
Keringat membasahi tubuh agista, nafas juga terengah engah. Kenapa begitu sesak nafasnya, mungkin sebab ia panik jadi tak mampu mengatur nafas dengan baik.
Brukk
Pintu terbuka lebar, kiara menatap agista sendu. Mata kiara tepat menusuk mata agista, banyak kesedihan, sesal, amarah dan bingung. Air mata juga menghias wajah lusuhnya lalu..
“TIDAAKK!!!”
Agista tebangun dari mimpi buruknya. Bunda menggedor pintu kamarnya.
“agi, kenapa?”
“enggak. Agi enggak apa apa!”
Ucapnya.“ya sudah. Cepat mandi, sudah jam 7 nih!”
Agista menatap jam di atas meja kecil itu. 6:45, bohong.
¤¤¤¤¤
Di kediaman pranata.
Riko membuka penutup matanya kala mama mengusap pucuk kepalanya lembut.
Ia menatap wajah wanita yang telah membawanya ke dunia ini hingga membesarkan dirinya sampai saat ini. Guratan kecil mulai terlihat pada bagian bagian wajahnya, ia tersenyum hangat.
“gimana perut mu apa sakit?”
Tanya lembut, riko bergeming.Sebutir bening kristal menghias ujung matanya, ia menangis.
“mama kenapa?”
“eumh. Sudah, sekarang bangun mandi terus sekolah!” ia beranjak.
“ma!” riko meraih lengan wanita itu, membuatnya terhenti dan menatapnya.
“maafin riko ma!”
“sudah. Sekarang mandi, mama sudah siapin sarapan!”
Ia tersenyum lalu berangsur meninggalkan kamar putra bungsunya itu.Riko terhenyak setiap kali menatap mata sang mama, tersirat kesedihan yang amat dalam membuatnya tak mampu menahannya.
Ting..
Sebuah notifikasi membuatnya mengambil ponsel itu segera.
“rumah rioda?!”
Begitu isi pesan dari nomor tidak dikenal. Ia berpikir, apa yang dimaksudkan oleh orang itu. Apa dia meminta riko untuk datang kesana?.
“riko!” panggil mama dari bawah.
“iya ma!”
Riko segera pergi untuk mandi dan berganti seragam sekolah setelahnya.
“lidan, sarapan dulu!” ucap mama, putra sulungnya itu hendak pergi sekolah.
Namun mali hanya menatapnya sekilas setelah itu ia berlalu begitu saja. Mama terlihat sedih namun ia tahan.
“biarkan saja ma!” ucap papa.
Mama hanya menunduk air matanya lolos membasahi pipi.
“ma!”
“eumh. Iya!, oh riko duduklah mama ambilin nasi untukmu ya!” mama segera menyendok nasi beserta lauknya untuk riko.
Riko hanya tertegun, ia sakit kala mama sedih. Ia menderita kala air mata mengalir darinya, ia sakit karenanya.
¤¤¤¤¤
Semoga sampai akhir
Amiin
KAMU SEDANG MEMBACA
I WANT YOU
Teen FictionFOLLOW DULU BARU BACA!!! Agista maharani dan kiara satin, baru menginjak remaja. Setelah lulus dari sekolah menengah pertama, sekarang mereka melanjutkan ke menengah atas. Di sekolah barunya banyak hal baru, teman baru dan hidup yang baru dan berb...