[ BAB 9 ]

86 3 1
                                    

“syukurlah, dia baik baik saja” ucap bunda.

Agista sudah berganti pakaian tidur dan sudah makan malam bersama, sedangkan ayah ia masih di rumah sakit. Orang tua dari pemuda itu belum juga datang, kata ayah dia sudah menelepon nomor walinya. Jadi, sekarang dia akan tetap disana sampai walinya tiba.

“bun, biasanya kalau orang ketabrak itu bisa rusak ginjal ya?” tanya agista.

“eum, bisa juga. Kalau tabrakannya sangat parah”

“tapi, tadi itu pak mul pelan banget lho bun setir mobilnya”

“masa sih?”

“iya, kok bisa sampai rusak organ dalam gitu ya”

“eum, bunda juga tidak tahu. Bunda bukan dokter!”

Agista terus berpikir keras, namun segera ia hilangkan. Sinetron kesayangan bunda tengah tayang, seru juga nonton bersama bunda. Ya, walaupun agista tak terlalu suka dengan alur cerita rumah tangga. Dia kan belum menikah, tetapi Yang penting dia menemani bunda saja.

¤¤¤¤¤

Di rumah kiara satin.

“kamu bagaimana sih, nyetir itu hati hati. Bagaimana kalau kiara kenapa napa, kamu mau tanggung jawab?” gertak musab ayah kiara.

Pak mul menunduk bersalah.

“maafkan saya pak, saya janji akan lebih berhati hati lagi”

“jangan cuma janji, jalankan”

“baik pak”

“sudah sana, kamu pulang. Besok pagi kamu tidak perlu mengantar kiara”

Pak mul yang mendengar langsung mendongak tak percaya. Apa? Apa dia akan di pecat?.

“pak, maksud bapak saya di pecat?” tanya pak mul memastikan.

Musab hanya menatap muliadi.

“tidak, kamu istirahat saja untuk beberapa waktu. Saya tidak bisa memberikan tanggung jawab kiara sama kamu”

Terbesit dalam hati muliadi, bersyukur bahwa dia tidak akan di pecat. Jika itu terjadi, mau makan apa istri dan anaknya.

“terima kasih pak”

Pak mul pun beranjak pergi pulang kerumahnya.

“ayah!” panggil kiara saat ayahnya kembali ke ruang tengah.

“ayah, enggak bakal pecat pak mul kan?”

Musab mendekat pada putri kecilnya dan duduk disampingnya.

“ayah, pak mul enggak salah. Itu kecelakaan, tidak disengaja” kiara berharap ayahnya tidak melakukan itu.

“ayah, kiara ada disana kiara pastikan pak mul tidak lalai dalam berkendara” jelasnya lagi. Dia sangat berharap pak mul tidak di pecat, jika benar bagaimana kiara nanti ke sekolah. Dia tidak mau jika ganti sopir baru, sudah terlalu nyaman dengan pak mul yang baik hati.

Dan juga muliadi sudah bersama keluarga kiara sejak kiara berusia enam tahun, sejak saat itu pak mul mengantar dirinya kemana pun termasuk ke lomba puisi yang ia ikuti. Ayah? Saat itu ayahnya sangat sibuk jadi pak mul lah yang menemani.

Musab mengelus pucuk kepala kiara, tak disangka putrinya kini semakin mirip dengan mantan istrinya ibu kiara.

“iya, sayang. Ayah tidak pecat pak mul, cuma memintanya istirahat sebentar”

“terus, aku. siapa yang mengantar aku ke sekolah?”

“tentu saja ayah”

Kiara tampak tak percaya, mana mungkin ayahnya ini bisa meluangkan waktu untuk sekedar mengantarnya ke sekolah. Bukan apa, biasanya ayah lebih mementingkan pekerjaan daripada mengantarnya.

“beneran ayah?” kiara memastikan.

Musab mengangguk tanda iya. Kiara tak tersenyum, walau hatinya begitu senang. Akhirnya, ayah akan menemani dirinya ke sekolah setelah sekian lama ia menantikan.

“lho, kamu enggak senang ayah akan mengantar mu” tanya musab yang melihat reaksi kiara biasa saja.

“eum, tidak ayah. Kiara senang, tapi ayah yakin mau nganter aku?”

“iya!” telak musab.

Kiara akhirnya memberikan senyum manisnya. Dia berharap ayah tidak akan mengecewakan dirinya, tidak hanya omong kosong saja. Dia harap ayah bisa menepati janji yang ia buat.

Dan, di ranjang rumah sakit. Denting suara pasien monitor terdengar stabil, seorang pemuda terbaring dengan perban yang membalut di bagian perut, lengan dan juga pelipis kanannya.

Alat alat rumah sakit menemaninya, ia tampak belum juga sadarkan diri. Dari luar ruangan pintu di buka perlahan, menampakkan sosok berjuba putih seperti dokter. Tetapi ia tampak bukan seperti dokter, dengan suntikan yang berisi cairan hijau pada tangan kanannya.

Ia mendekat meraih selang yang menancap pada tubuh pasien dan menyuntikan suntikan itu pada kantung darahnya. Seketika itu juga, tubuhnya bereaksi menerima cairan tak di kenal masuk ke dalam tubuhnya.

Pria yang tadi melakukannya menyeringai, mata hitam pekat itu membesar. Ia sangat senang melihat pemuda itu kejang kejang.

“well, kau ada di tangan ku riko”.

¤¤¤¤¤

Minggu, 18 july 2021
Nine a days
Talang bulang

Semoga suka
Jangan lupa vote ya
Terima kasih

I WANT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang