Kelas berakhir setelah pelajaran matematika selesai. Gurunya sudah pergi, bel pun sudah berbunyi. Saatnya untuk segera pergi, namun kiara seperti enggan beranjak dari tempat duduknya. Ia termenung, buku yang ada di tangan belum juga berpindah tempat.
Agista menoleh sekilas temannya itu. Sudahlah agi, buat apa di pikirin pulang saja. Batinnya.
“gi, duluan ya!” ucap aina.
“ah, barengan ya!”
Agista dan aina pun pergi dari kelas, lagi agista menatap kiara namun tetap berlalu.
Kini tinggallah kiara seorang diri. Kelas sudah kosong tanpa penghuni, ia membuang nafas kasar. Banyak pikiran yang memenuhi kepalanya, mumet bagai ingin meledak. Sepertinya migran menyerang.
Buku itu sudah berpindah tempat, lagi kiara menghela nafas kasar. Dia beranjak pergi dari kelas, ia berjalan melalui koridor sekolah. Hampir sepi, hanya tinggal beberapa siswa termasuk dirinya.
“hei, ki!”
Saat ia sudah sampai di parkiran hendak membuka knop pintu mobil, mali memanggil namanya. Pemuda itu duduk diatas motor miliknya, dan kemudian menghampirir kiara.
Pintu yang hampir terbuka itu pun tertutup kembali.
“bareng aku ya!” ajaknya.
Kiara ragu, dia harus menolak atau menerima ajakan mali.
“tidak perlu, aku ada urusan dan harus cepat” elak kiara.
“oh, kalo gitu sama aku aja lebih cepat daripada naik mobil”
Kiara berpikir cepat.
“heum, tidak perlu kak”
“kenapa?”
Kiara semakin bingung harus menolak dengan cara apalagi, dia tidak ingin bermotor dengan mali lagi. Dia tidak ingin kejadian waktu itu terulang lagi, sudah cukup baginya jangan ada kesalahan kedua kalinya.
“tidak perlu kak”
Elak kiara lagi.Gadis itu pun kembali mencoba membuka pintu mobilnya, namun tangannya dicegat oleh pemuda itu.
“ayolah, ikut aku” paksa mali.
Lengan kiara ditarik dengan paksa oleh mali membuat kiara tersentak dan memberontak melepaskan diri.
“tidak!”
Mali menggeret kiara untuk ikut dengannya.
“apa yang kau lakukan!?”
Mali segera melepaskan genggamannya dari kiara. Disana berdiri agista dengan penuh tanya.
“apa yang kau lakukan?” ulangnya.
Dengan tanpa basa basi agista menarik kiara menjauh dari mali.
“kiara ayo, entar kita telat” ajak mali.
Mata agista menatap tajam ke arah mali, pupil mata itu penuh tanya kenapa mali berani menarik kasar lengan sahabatnya.
“kiara pulang sama aku, kakak pulang sendiri saja” usir agista.
Mali menahan rasa geramnya dengan sikap agista.
Kedua bola mata mali menatap kiara dengan isyarat ia berbicara denganya. Kemudian kiara melepas tangan agista darinya.
“gi, aku sama kak mali ada urusan, kau pulanglah” ucap kiara.
“tidak, kau pulang sama aku. Kau tidak lihat gimana dia narik tanganmu”
“tidak gi, tadi kak mali hanya terburu buru aku yang sedikit lamban jadi tampak seperti tergeret”
Agista tidak begitu saja langsung percaya dengan ucapan kiara, bagaimana pun dia harus pulang bersama kiara.
“tidak kau pulang sama aku!” teguh agista.
“cukup gi!” kiara melepas paksa lengannya dari agista.
“sudah, gi. Kita bukan teman lagi, kau tidak perlu khawatir denganku dan kita tidak perlu pulang bersama lagi!”
Agista diam menatap kiara, benar bukankah mereka sudah bukan sahabat lagi. Untuk apa kiara sudi pulang dengannya, dasar bodoh agista bodoh. Batinya.
“yuk kak!” kiara berjalan bersama mali.
Dua muda mudi itu pun menaiki kuda besi dan pergi berlalu.
Agista masih terpaku disana, sakit juga mendengar kata itu untuk kedua kalinya. Kenapa juga agista masih berharap bisa berteman lagi dengan kiara, ingat kiara sudah punya pacar dia tidak butuh lagi teman sepertimu.
Tint
Klakson berbunyi. Kaki yang hendak pulang terhenti dan menatap ke arah kiri dimana mobil itu berada.
“non, pulang sama bapak saja!” tawar pak mul, yang nongol lewat jendela mobil.
“tidak usah pak, agi pengen jalan kaki. Lain kali saja, Mari pak!” tolak agista, dan terus melanjutkan jalannya.
Dia tidak mungkin menerima tawaran itu. Itu mobil kiara, dia masih punya rasa malu.
¤¤¤¤¤
27 july 2021
.
.
Semoga suka
Jangan lupa vote ya
Terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
I WANT YOU
Teen FictionFOLLOW DULU BARU BACA!!! Agista maharani dan kiara satin, baru menginjak remaja. Setelah lulus dari sekolah menengah pertama, sekarang mereka melanjutkan ke menengah atas. Di sekolah barunya banyak hal baru, teman baru dan hidup yang baru dan berb...