Pelajaran seni, pak jois tidak menarik perhatian agista lagi. Seakan pesona pak jois yang mempesona dirinya saat awal berjumpa kini tak mampu memikat matanya lagi, agista memilih melamun sahaja. Rasanya sepi tidak adanya kiara disampingnya, belum pernah agista merasa begitu kesepian seperti saat ini.
Segera ia melihat ponsel pinknya siapa tahu ada notifikasi dari kiara atau panggilan tak terjawab darinya.
Segitu marahnya kau sama aku ki, batin agista.Mata pelajaran seni masih satu jam lagi hingga jam istirahat, rasanya seperti 10 jam menunggu bel berbunyi. Kamana semangat agista, ia seperti kehilangan kekuatannya. Malas, lemas, dan tak bergairah.
[ kiara, kau kemana? ]
Begitu tulis pesan agista untuk kiara secara diam diam.Jika ketahuan, maka ponsel kesayangan ini akan menjadi barang sitaan pak jois.
Centang satu, tanda sang empuh tidak sedang online. Agista merasa bersalah, coba saja dia tidak meneruskan nonton drama mungkin kiara tidak akan ngambek seperti sekarang ini.
Kringg
Akhirnya bel istirahat pun berbunyi setelah lama menanti. Pak jois dan teman temannya telah berhambur keluar sedangkan agista duduk memainkan ponselnya mengetik dengan cepat dan mengirim pesan kepada sahabat yang entah apa alasannya bolos sekolah.
[ ki, kau marah ya? ]
Masih centang satu.[ ki, aku minta maaf deh. Ya, aku pikir hari ini kau bisa cerita. Lagian, aku sibuk lho nonton drama kemarin itu endingnya ]
Tulis panjang agista.Namun belum juga centang dua apalagi centang biru, kenapa juga kiara ngambek sebegitunya. Jadinya, agista sangat merasa bersalah.
“hei, gi!” sapa aina.
Agista tersenyum kecil padanya.
“kantin yuk!” ajaknya kemudian.
“tidak, aku enggak lapar” agista menolak secara halus.
Setelah mendapat jawaban aina segera pergi, tidak perlu merayu terlalu jauh jika tidak ingin ya sudah.
Disini dalam kelas ini terasa membosankan, tapi jika ke kantin juga dia akan planga plongo bingun harus mengajak siapa untuk mengobrol.
Dan pada akhirnya agista memutuskan untuk duduk duduk santai di luar saja, mungkin dia akan melihat kak aski.
Agista duduk di kursi yang ada di depan kelasnya, memang di peruntukkan bagi yang ingin duduk disana. Ia menghela nafas, kenapa hari ini begitu berbeda seakan dia tidak punya satu pun teman.
“hei, agista!” panggil seseorang dari arah kanannya.
Agista menoleh melihat siapakah gerangan yang memanggil namanya itu.
“oh, hai kak mali”
Ucapnya saat tahu siapa itu. Kak mali.Mali duduk disamping agista, mengobrol sebentar sepertinya agista butuh teman curhat. Bagitu pikir mali.
“ada apa? Kiara mana?” tanya mali.
Agista tersenyum kecut, ia tak tahu harus berkata apa.
“dia enggak masuk hari ini. Bolos kak!” ucapnya menahan gejolak dalam hatinya.
Mali hanya ber oh ria.
“kalian kemarin kemana aja? Pasti enggak langsung pulang kan?” selidik agista.
Mali nyengir, dia tampan saat seperti itu.
“enggak kemana mana kok, cuma makan sebentar”
Kini agista yang ber oh ria.
“enggak ke kantin?”
Agista menggeleng.
“mau aku beliin sesuatu?” tawar mali.
“tidak perlu kak” tolaknya.
Sedetik kemudian mereka hanya berdiam tanpa bincang berarti.
Kringg
Bel masuk pun berbunyi. Kenapa begitu cepatnya berbunyi, mali pun kemudian berpamitan dengan agista. dengan senyuman menawannya ia berikan membuat agista sedikit bergetar, tidak jangan agista. Batin agista.
Kelas berikutnya matematika, rumit bin ajaib. Sama seperti pelajaran sebelumnya agista hanya hadir dalam bentuk tubuh tanpa jiwa, entah kemana ia sekarang berkelana.
Hari ini ia habiskan hanya berdiam di kelas memainkan ponsel sesekali, berharap kiara memberinya pesan atau sekedar stiker tawa. Padahalkan agista tidak berbuat salah, tetapi kenapa sebegitunya kiara terhadapnya atau dia lagi ada tamu kali ya? Jadinya mudah sensi.
¤¤¤¤¤
23 july 2021
.
.
Semoga suka
Jangan lupa vote nya ya
Terima kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
I WANT YOU
Teen FictionFOLLOW DULU BARU BACA!!! Agista maharani dan kiara satin, baru menginjak remaja. Setelah lulus dari sekolah menengah pertama, sekarang mereka melanjutkan ke menengah atas. Di sekolah barunya banyak hal baru, teman baru dan hidup yang baru dan berb...