Deruan napas kian terdengar, jangan tanyakan lagi seperti apa peluh membanjiri masing-masing wajah memucat mereka yang tersudutkan kini. Belum lagi embusan angin yang meramaikan suasana hutan terasa kian mencekam dan kian menciutkan semangat. Semacam, hutan ini sedang berbicara pada mereka yang berputus asa jikalau satu-satunya jalan kabur memanglah hanya ada tepat di belakang mereka.
Jurang abadi.
Yang mana bahkan langit sama sekali tidak membantu, malah menghilangkan sinar purnama dengan menjadikan awan-awan tebal nan hitam menghadang seraya petir menyala-nyala mengundang gemuruh. Pun area dari jurang ini diterangi sudah oleh obor-obor api para pengejar, dan tepat di antara pengejar tersebut tertampilkan pula Tuan Muda Da Lin beserta Chiang Man, teman dekat Ji Yu sebagai sesama pelayan rumah di kediaman Hui Yan.
Hanya saja, luka lebam apa itu di wajahnya Chiang Man? Apa mungkin Da Lin, atau justru pelayan pribadi Da Lin, Afeng-lah yang malah memukul hingga babak belur begitu? Dan jikalau memang benar, lantas kenapa harus sebegitu parahnya memperlakukan Chiang Man yang jelas tidaklah tahu apa-apa terkait pelarian ini? Lantas bagaimana dengan Aching sendiri? Apa yang telah terjadi dengan wanita pelayan itu di kala hanya ia satu-satunya yang tahu akan kaburnya mereka? Apa mungkin wanita itu kembali mendapat penyiksaan berupa cambukan seperti waktu lalu?
"Kalian tidak akan bisa kabur lagi!"
"Ji Yu! Menyerahlah, kau tidak akan bisa bersama dengannya!" teriak Chiang Man disela-sela dari gemetarnya. Entahlah karena gemetar ketakutan ataupun karena menahan sakit, di kala tubuh sendiri tidak bisa berdiri dengan benar jikalau tidak dipapah oleh pria pengejar lainnya yang diketahui bawahan Da Lin. "Jangan membuat seseorang kian kesal padamu," lanjutnya, sedikit melirik ke arah Da Lin selaku seseorang yang dimaksudkannya itu.
"Aku tidak akan!"
"Ji Yu, kau sudah gila rupanya!" seru Chiang Man lagi, tapi kali ini suara gemetarnya jelas diisi oleh semacam tangisan yang tak diketahui apa sebabnya. "Apa kau tahu, berkat kegilaanmu ini ... Aching ... Aching, dia harus menyerahkan nyawanya!"
DEG!
Bukankah harusnya Aching hanya mendapat siksaan belaka? Kenapa harus berakhir seperti ini? Apa mungkin Chiang Man sedang berbohong dikarenakan Da Lin yang meminta demikian? Namun ... namun ... kenapa malah terlihat tidaklah demikian adanya. Yang mana Hui Yan mulai risau, sepasang netra seakan pedih hingga memanggil buliran air meluruh begitu saja tanpa dibiarkan berkedip sedikit pun.
"Barusan ... apa maksudmu, Chiang Man?"
"Xiaojie, Aching telah tewas. Dia mengorbankan nyawanya hanya demi melindungi kalian, memberi waktu bahkan jika itu hanya beberapa saat saja agar kalian mampu jauh dari pengejaran." Tenggelam dalam tangisan, Chiang Man bahkan merobohkan diri ke dalam keterpurukan duduk pada tanah lembap nan dingin hutan ini. Mengarahkan pandangan penuh air mata tersebut pada Ji Yu, temannya. "Menyerahlah, dan memohon ampun. Siapa yang tahu jikalau Tuan Liu akan mengampuni nyawamu, Ji Yu."
Namun, bagaimana bisa Tuan Liu mengampuni nyawanya, bukan? Di kala saat ini di hadapannya adalah Da Lin, bukanlah Tuan Liu yang kala ini tak sadarkan diri dalam tidurnya. Jelas menyerahkan diri bukanlah cara terbaik, di mana Hui Yan sendiri yang begitulah kesulitan menerima kabar duka ini terus berada dalam papahannya. Apa pula jadinya wanita ini jikalau harus kehilangan ia yang juga tewas di tangan Da Lin? Tepatnya Da Lin yang membawa pedang berlumuran darah segar. Mungkinkah darah Aching?
"Seorang pelayan rendahan membiarkan majikannya kabur bersama pelayan prianya, bahkan tidak bersedia memberi tahu aku yang akan segera menjadi suamimu ke mana kau pergi ... apa menurutmu dia pantas hidup, Hui Yan?!"
"Itu adalah nyawa," sela Ji Yu, melemparkan pandangan nyalang penuh kemarahan lurus pada Da Lin seakan tidak lagi peduli jikalau hal itu tidak boleh dilakukan terlebih pada tuan muda ini. "Bahkan hewan sekalipun tidak sepatutnya diperlakukan seperti itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Village : Secrets Of Past Life (END)
Viễn tưởngAmazing cover by @hayylaaa Kehidupan masa lalu masih belumlah berakhir. Malah kini menghampiri dalam wujud mimpi demi mimpi, menyampaikan pesan. Yang mana mereka, orang-orang yang saling terikat benang merah pada akhirnya dipertemukan kembali hanya...