Kicauan yang ada cukuplah menenangkan, meskipun benar udara masihlah terasa lembap nan dingin, memberatkan pasang mata dari mereka yang belumlah lama jatuh tertidur, merasakan pula gelitikan angin yang datang bersamaan pancaran sinar kehangatan dari jendela terbuka. Barulah, dua insan sepasang kekasih ini mulai terbangunkan, mendapati Jing Shin serta Azhuang telah duduk pada pinggiran ranjang, memerhatikan.
Hanya saja, ke mana perginya Xia Chia dan Yue Ming? Jelas-jelas subuh tadi mereka masihlah ada dan tertidur di kursi dan meja ini. Tidak mungkin telah terjadi sesuatu pula dengan pasangan itu, bukan? Pun Hui Yan dengan segala pikiran buruknya ini sontak saja mendekati Jing Shin, menanyakan lebih pastinya ke mana perginya mereka tanpa pamit sama sekali.
"Mereka sudah pulang lebih dahulu. Selain itu, bukannya tidak pamit melainkan sama sepertiku dan Azhuang yang tak tega membangunkan kalian berdua." Bergantian memandangi dua temannya ini, menyentuh pula perutnya yang belumlah membuncit. "Apa kalian tidak bisa tidur semalam karena saking senangnya mendengar kabar ini?" tanyanya, tersenyum. Namun, bagaimana bisa Hui Yan dan Ji Yu tersenyum? Yang ada malahan kaca-kaca bening di sepasang netra mereka mulai hadir, sejadinya tertahan agar tidak sampai menjadi luruhan air mata.
"Kalian sungguhlah bersikap aneh, tak terkecuali pula Xia Chia dan Yue Ming," ucap Azhuang, memasang ekspresi penuh kecurigaan seraya bersila tangan. "Kenapa tidak ada satu pun dari kalian yang mengucapkan selamat pada kami? Apa kabar ini terlalu mengejutkan bagi kalian?"
Lantas harus bagaimana menjawab kini? Tidak mungkin memberitahukan saat ini juga, bukan? Yang ada hal itu akan membahayakan nyawa Jing Shin ataupun janinnya sendiri. Tidak, memberi tahu sekarang risikonya terlalu besar. Tidak, sungguhlah tidak bisa. Mendesah, mengalihkan pandangan pada Ji Yu yang mendekat pula.
Entah kenapa, pria ini malah mampu tersenyum seakan tidak ada hal yang mengganggu pikiran ataupun mengganjal hatinya. Sungguhlah pandai berakting, tapi sejak kapan pula? Dan ketika ia merangkul pinggang Hui Yan, saat itulah Ji Yu berucap, "hanya tidak ingin menjadi paman dan bibi di usia semuda ini, terlebih ...." Memandang balik Hui Yan. "Saat kami sendiri, bahkan Xia Chia dan Yue Ming belumlah menikah," lanjutnya, wajah memang menyunggingkan senyuman, tapi sepasang netra tidaklah demikian. Meminta dengan sangat untuk Hui Yan mengikuti sandiwara, setidaknya tersenyum ataupun mengiyakan saja sudah cukup.
Akan tetapi, Hui Yan seakan keberatan. Kala di mana Jing Shin dan Azhuang tertawa-tawa, termakan sepenuhnya akting Ji Yu. Pun tanpa sadar pula, seorang pria paruh baya berjenggot dan berkumis hadir. Tanpa basa-basi pula, pria tua yang dipanggil Azhuang sebagai tabib ini berakhir kembali memeriksa kondisi Jing Shin, memberitahukan jikalau mereka sudah dapat pulang. Di mana dari balik sepasang netra tabib ini, tak mampu disembunyikan pula akan hadirnya suatu kesenduan. Kesenduan yang dipahami jelas oleh Hui Yan dan Ji Yu mengarah ke hal apa.
Namun, apa gunanya mempertunjukkan kesenduan tersebut? Kala tak ada hal yang bisa tabib ini lakukan selain berdiam diri, menutup kenyataan. Terus saja hidup dalam bayangan rasa bersalah ataupun bayangan para penjaga desa.
Hui Yan yang tak lagi tahan berada dalam ruangan ini, tanpa ragu dan bergegas pula membantu Jing Shin pergi, pulang ke rumah. Yang mana sialnya, lima penjaga desa kini malah berada, menanti di depan rumah Azhuang dan Jing Shin dengan ditemani pula oleh Yue Ming dan Xia Chia. Memuakkan Hui Yan, begitu pula dengan Ji Yu. Akan tetapi, tidak dengan Azhuang yang malah dengan ramah menyambut.
"Selamat, atas kehadiran anggota baru. Kami kemari untuk menyerahkan ini." Menyodorkan keranjang bambu, tertutup kain putih. Tak tahu apa isinya, tapi diterima Azhuang begitu saja. "Minumlah secara rutin, kami jamin ramuan itu akan mengurangi rasa mual serta menambah energi," lanjutnya, mengarahkan pandangan pada Jing Shin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Village : Secrets Of Past Life (END)
FantasíaAmazing cover by @hayylaaa Kehidupan masa lalu masih belumlah berakhir. Malah kini menghampiri dalam wujud mimpi demi mimpi, menyampaikan pesan. Yang mana mereka, orang-orang yang saling terikat benang merah pada akhirnya dipertemukan kembali hanya...