Ketukan demi ketukan terdengar, menghentikan pula aktivitas berpikir dari sepasang kekasih yang berhasil lolos dari maut ini untuk melihat siapa kira-kira si pengetuk pintu yang barangkali akan menjadi tamu pertama rumah baru mereka ini.
Memang benar rasanya sedikit aneh untuk mengatakan rumah baru, apalagi rumah yang mereka dapatkan ini didapat secara cuma-cuma. Mungkin, akan terasa lebih nyaman jikalau dikatakan rumah Desa Weiji saja barangkali. Lagian semua warga desa tampaknya orang-orang yang sangatlah bersahabat satu sama lain, apalagi di saat ini misalnya. Tepat ketika Ji Yu membukakan pintu, orang-orang yang sepenuhnya asing telah berkumpul.
Namun, keramahan macam apa ini yang didapat? Tidakkah terlalu berlebihan untuk suatu penyambutan warga baru? Yang mana segala keramahan dan kebaikan yang terlalu berlebihan juga tidaklah baik, bukan? Yang ada malah memunculkan suatu jenis pertanyaan baru ataupun keanehan dari berbagai pertanyaan yang tertampung di kepala sepasang kekasih ini.
Pasalnya, kedatangan warga desa tidak hanya untuk bertegur sapa atau memperkenalkan diri saja, melainkan pula memberikan sejumlah hadiah yang siap menjadikan rumah kosong seketika terasa layaknya gudang penyimpanan kebutuhan pokok harian. Lantas, benarkah hal-hal semacam ini lumrah untuk dilakukan? Dan bagaimana pula Ji Yu dan Hui Yan harus bereaksi? Menolak salah, menerima pun rasanya kurang enak.
Meskipun memang benar, setelah ini Ji Yu dan Hui Yan tidak perlu terlalu memikirkan akan bagaimana mengisi perut mereka untuk beberapa bulan ke depan. Namun, tetap saja cara ini tidak bisa diterima, dan tidak terasa pula benar. Semacam, benarkah warga desa ini sebaik dan seloyal itu? Ataukah ada harga yang harus dibayar diakhir dari pemberian ini? Entahlah, di kala kini Ji Yu dan Hui Yan sendiri cukuplah pusing mendengar ucapan demi ucapan beragam, tapi memiliki maksud yang sama. Seakan desa ini meniadakan sistem pembayaran, melainkan hanya menggunakan sistem saling memberi antar warga.
Jikalau demikian, sekiranya siapa ketua desa ini? Dan kenapa bersedia menerapkan sistem yang sedemikian rupa sulit untuk diterima akal seperti ini? Apa pula yang didapatkan dari semua ini? Tidak mungkin hanya karena alasan dirinya sosok yang bermurah hati, bukan? Di saat Hui Yan dan Ji Yu paham betul, seorang manusia tidak akan begitulah bermurah hati apalagi jika itu tidak ada untungnya sama sekali.
Namun, apa lagi kini? Di kala belum lama dari sejak warga desa pergi. Lagi-lagi pintu rumah kembali diketuk. Tidak mungkin warga kembali untuk menyerahkan jenis barang lainnya, bukan? Yang mana Hui Yan sendiri tampak keberatan untuk membukakan pintu, tapi tidak dengan Ji Yu yang menganggap harus menyambut karena biar bagaimanapun mereka masihlah orang baru di desa ini.
Alhasil, inilah yang terjadi. Setidaknya kini benar-benar ada tamu normal yang hadir, di mana tidak lagi ada kemunculan hadiah berlebihan. Melainkan sungguhan hanya berupa kunjungan belaka dari dua orang yang berkemungkinan besar adalah pasangan, berkat tusuk konde kayu berukiran unik menghiasi masing-masing rambut mereka. Yang mana jika mengenai usia, harusnya tidak jauh berbeda dari usia Hui Yan dan Ji Yu.
"Kalian pasti kebingungan dengan semua yang kalian terima saat ini, tapi jangan khawatir, kami dan semua warga desa ini pun dulu mengalami hal-hal demikian," ucap si wanita, tersenyum ramah memperlihatkan deretan gigi rapi dan putih yang dimiliki. "Setidaknya desa ini sungguh bagaikan surga bagi orang-orang putus asa seperti kita," lanjutnya.
Pun Hui Yan secara bergantian memandangi dua orang asing yang duduk berhadapan dengannya dan Ji Yu ini. Kebingungan harus bagaimana merespons di kala mereka sendiri belumlah memperkenalkan diri. Oleh karenanya, meskipun Hui Yan tahu jikalau hal ini mungkin akan terdengar tidak sopan, tapi ia memberanikan diri untuk menyela ucapan si wanita yang terus saja berucap dengan cara sesopan dan sehalus yang bisa dikeluarkan. "Kalau boleh tahu, kalian ...?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Village : Secrets Of Past Life (END)
FantasíaAmazing cover by @hayylaaa Kehidupan masa lalu masih belumlah berakhir. Malah kini menghampiri dalam wujud mimpi demi mimpi, menyampaikan pesan. Yang mana mereka, orang-orang yang saling terikat benang merah pada akhirnya dipertemukan kembali hanya...