Chapter 5

217 56 248
                                    

Kedua kalinya bertemu, dan dua kalinya pula mereka saling bertatapan dalam keterdiaman. Namun, kali ini pandangan lekat yang diarahkan satu sama lain tak jauh-jauh dari pandangan menyelidik. Ingin tahu dan mencari-cari sesuatu hingga pada akhirnya mulut di antara dua orang yang pernah bertemu secara kebetulan di perpustakaan umum kemarin ini bersuara.

"Sungguh sangat ... serupa."

Serta merta Xue Jing mendekat lebih lagi, penuh harap ingin tahu akan apa maksud dari pria ini mengatakan hal demikian pula. Yang mana He Ting sendiri, kian tertarik yang berakhir mengundang gadis ini untuk duduk bersebelahan dengannya.

"Barusan ... apa boleh aku tahu apa maksudmu, Xue Jing?"

"Harusnya aku yang bertanya seperti itu. Apa maksud ucapanmu itu?"

Pun pria ini tampak kehilangan kata-kata, menyugar rambut untuk mencengkeram akhirnya. "Apa mungkin ... kau ...?"

"Kau juga?" potong Xue Jing, benar atau tidak tebakannya, bukankah reaksi pewaris Museum Huanjing ini terlalu mudah ditebak? Namun tetap saja, Xue Jing berharap penuh akan suatu jawaban pastinya seperti apa. "Benarkah ... kau?" tanyanya lagi.

"Apa karena hal itu kau kemari?"

Terjawab sudah pertanyaan, biar kata memanglah pria ini tidak mengatakan pasti-pasti, tapi sudah jelas, bukan? Jikalau maksud atau apa yang ada dalam pikiran mereka adalah sama. Pun Xue Jing berakhir mengangguk. "Semalam, untuk pertama kalinya aku melihat wajah pria yang bersama dengan wanita serupa denganku itu. Mengetahui namanya Huang Ji Yu ... wajah serupa denganmu. Bahkan aku baru mengetahui nama wanita itu sendiri adalah Liu Hui Yan."

"Begitu pula aku," timpal He Ting. "Xue Jing, bolehkah aku tanya mengenai sudah berapa lama kau memimpikan hal-hal aneh itu?"

Yang mana Xue Jing terdiam, dan entah bagaimana pula He Ting seakan paham jikalau hal-hal terkait mimpi itu tidaklah mudah bagi wanita ini. Mungkin karena dulu Xue Jing seorang novelis, di mana butuh yang namanya ketenangan dan konsentrasi. Pun He Ting memahami betul, karena ia saja yang sibuk mengurus pekerjaan terkait museum ini pun sedikit kurang ikut terganggu pula. Lantas, timbul-lah pertanyaan baru di benak He Ting. Apa mungkin karena alasan ini pula, Xue Jing memutuskan berhenti dari aktivitas menulisnya?

Namun, tidak akan sopan, bukan? Jika menanyakannya saat ini juga, apalagi di saat mereka belumlah begitu dekat ataupun saling mengenal. Lagian, He Ting mampu melihat jikalau tebakannya tidak mungkin salah.

"Tidak apa-apa jika kau tidak mengatakannya, kurasa aku terlalu terburu-buru sampai tidak memahami apa yang kau rasakan. Maaf, Xue Jing. Aku akui, aku memang gegabah untuk hal yang satu ini."

Anehnya, wanita ini malah tersenyum seraya menyisipkan rambut turunnya pada daun telinga berjuntaikan anting panjang keemasan. Menampilkan lebih jelas lagi wajah terturunkan yang perlahan pula diarahkan pada He Ting. Jujur saja, wanita ini terlihat begitulah memesona dengan cara sederhana yang dimiliki. Menjadikan siapa pun didekatnya akan berniat penuh ingin melindungi, membahagiakan dan pastinya memiliki. Akan tetapi, mari dengarkan dulu ucapan yang tidaklah mudah diputuskan untuk dibicarakan olehnya ini terlebih dahulu.

"Sejak menginjak usia 18 tahun, potongan mimpi yang sama terus datang di hampir setiap malam tidurku, tapi tidak pernah sama sekali menunjukkan wajah pria yang bersama Hui Yan."

"Aku juga mengalami hal serupa, tidak tahu nama pria yang mirip denganku, apalagi wanita yang mirip denganmu itu. Namun, semalam ... mimpi itu memberikan gambaran jelas. Itulah kenapa aku segera mencari buku catatan terkait Liu Hui Yan." He Ting menunjukkan catatan yang dimaksud.

"Benarkah ini catatannya? Bagaimana bisa Hui Yan tercatat di sini?"

"Dari pakaian Hui Yan, jelas terlihat dirinya bukan berasal dari keluarga biasa. Selain itu, zaman dalam mimpi itu jelas masih zaman kerajaan, hanya dari bangunan rumah mewah itu aku bisa mengetahuinya," jelas He Ting. "Jadi, ruang penyimpanan keluargaku pasti memiliki catatan terkait dengannya. Kau tahu sendiri semua catatan para bangsawan pasti akan tercatat dalam sejarah. Beda halnya dengan Ji Yu, dirinya jelas mengenakan pakaian biasa bukan sutra, layaknya pelayan rumah. Karena itu, tidak mungkin dirinya tercatat."

The Village : Secrets Of Past Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang