Dunia kembali mendapatkan warnanya, menyingkirkan sejumlah kabut yang ada pun mendatangkan tiupan angin untuk membangunkan para penghuni hutan, menarikan hampir seluruh pepohonan yang sukses dibuat meluruhkan sejumlah embun yang menyelimuti. Memperlihatkan lebih jelas lagi, jikalau mereka yang menempati desa bernama Desa Weiji ini telah beraktivitas sebagaimana barangkali biasanya.
Keramaian terus saja terdengar, hampir di antara semua warga saling bertegur sapa hanya untuk mengucapkan selamat pagi seraya senyuman terkembang begitu saja. Semacam, jikalau tidak ada senyuman maka salam pagi mereka tidaklah sah. Lantas, haruskah ia yang menyaksikan semua itu dari balik jendela rumah yang terbuka ini pun memulai hari? Tersenyum lebar biar kata memanglah belum terlalu mengenal warga setempat, di kala penampilannya sendiri sudahlah cukup meyakinkan.
Tidak ada lagi kain hanfu sutra nan mahal itu, aksesoris yang biasa menghiasi mahkota kepalanya pun telah ditanggalkan. Kini, gambaran akan putri bangsawan yang dari sejak lahir dibawa-bawanya ... katakan saja tinggal kenangan belaka. Meskipun begitu, pakaian sederhana yang dikenakan sejenis dengan warga lainnya ini tak membuat aura berkelas yang dimiliki hilang begitu saja layaknya kabut di luar sana. Semacam hal-hal demikian bukanlah tergambarkan lewat penampilan, melainkan menyatu ke bagian terdalam dirinya. Oleh karena itu, Hui Yan justru terlihat jauh lebih cantik dan bersinar kini.
Tak heran jikalau Ji Yu, tepatnya pria beruntung yang menjadi pasangan wanita seluar biasa memukaunya ini terus saja tersenyum semringah. Yang mana mulut bisa saja tidak mengakui, tapi sepasang netra tidak bisa berbohong, bukan? Dan Hui Yan terus saja menggoda pria yang tidaklah mau mengaku ini, pun tertawa-tawa kecil melihat bagaimana bersemunya wajah pria ini kini. Menggemaskan, sungguhlah menggemaskan untuk disaksikan.
Hanya saja tampaknya Hui Yan telah salah memulai duluan candaan ini, di saat Ji Yu mulai menyudutkan pun tangan dibiarkan melingkari pinggang Hui Yan sembari wajah terus saja didekatkan. Lantas ke mana Hui Yan bisa kabur? Memejamkan sepasang netra saja rasanya sulit berkat tatapan memikat yang diberikan Ji Yu, semacam tidak bisa menolak untuk tidak terus menatap. Tidak pernah menyangka pula jikalau pria ini akan memiliki sikap yang seperti ini pula.
Tepatnya dari mana ia mempelajari hal-hal seperti ini? Apalagi saat sebelah tangan mulai dibiarkan menyentuh bagian tangan Hui Yan yang terkesiap, pun kemudian menautkan erat tangan mereka itu. "Baiklah. Mari kita berbaur dan menjalani hari layaknya orang Desa Weiji." Tersenyum, membawa pergi Hui Yan yang masihlah bergeming ini keluar dari rumah. Merasakan segarnya terpaan angin bersih menghantam sekujur tubuh, dan pastinya menyadarkan kembali Hui Yan pada kesadarannya. Terkait, Ji Yu yang baru saja mengerjainya.
"Apa kau tahu bagaimana lucunya raut wajah terkejutmu tadi? Aku bahkan hampir saja mengacaukan segala aksiku," ucapnya, bukankah menjengkelkan? Tapi tetap saja Hui Yan tidak bisa marah, melainkan ikutan tertawa seraya beberapa kali meminta pria ini untuk berhenti membahas hal-hal itu. Memikirkannya saja sudah cukup malu, dan Ji Yu berakhir pula menuruti seraya merangkul wanita ini sebagai gantinya.
Lagian apa yang tidak buat Hui Yan, bukan? Selama hal itu bisa dipenuhi, tentu Ji Yu akan memenuhinya dengan senang hati.
"Hui Yan! Ji Yu!"
Yang terpanggil serta merta menghentikan langkah, menoleh ke belakang untuk kemudian mendapati sosok Jing Shin-lah si pemanggil barusan. Dan bersama seorang lagi wanita asing yang tampaklah seumuran, barangkali teman dekatnya. Entahlah, yang pasti mereka berdua berlarian kecil mendekat. "Senang bertemu kalian, panggil aku Xia Chia," sapanya ramah nan bersahabat pula, tidak ada kecanggungan atau apa pun seakan telah mengenal baik Ji Yu dan Hui Yan yang seketika pula menyapa balik. "Aku kekasih Yue Ming, Guo Yue Ming, harusnya kalian sudah kenal dengannya, bukan?"
Ji Yu pun membenarkan, mengingat kemarin memang Yue Ming yang memberikan beberapa informasi tambahan terkait keanehan desa ini. Lantas bagaimana bisa lupa, bukan? Dan Hui Yan sendiri ikutan mengiyakan, meskipun benar belumlah sempat bertegur sapa langsung dengan pria bernama Yue Ming tersebut, tapi jika mendengar dari cerita Ji Yu semalam, sedikit kurang orang seperti apa Yue Ming sudah diketahuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Village : Secrets Of Past Life (END)
FantezieAmazing cover by @hayylaaa Kehidupan masa lalu masih belumlah berakhir. Malah kini menghampiri dalam wujud mimpi demi mimpi, menyampaikan pesan. Yang mana mereka, orang-orang yang saling terikat benang merah pada akhirnya dipertemukan kembali hanya...