Dari sekian banyak ruangan dari kediaman keluarga Gao, satu menjadi daya tarik A'Gui. Samar-samar pula ia mendengarkan pembicaraan, kala di mana ruangan yang berpendar cahaya lilin ini menampilkan akan nyonya besar di dalamnya, ditemani pula dengan putra sulung, Gao Bai Xing. Yang mana entah karena mendengarkan pembicaraan apa, A'Gui sontak menyudahi aksi menguping dan mengintip untuk kemudian bergegas mengarah ke halaman belakang kediaman. Mengirim pesan merpati, wajah bisa dikatakan taklah baik. Semacam ada suatu kepanikan hadir.
Harusnya terkait tentang Mo Shan, bukan? Kala memanglah tugas yang dititahkan Zhan Hou kepadanya terkait hal tersebut, lantas sekiranya apa pula yang hendak dilakukan nyonya besar terhadap wanita malang itu? Semacam pernikahan dengan orang yang tak diinginkan bukanlah apa-apa, kebohongan yang diterima pun seakan tidaklah seberapa menyakitkan. Bahkan lima hari sudah waktu berlalu, dari sejak nona muda dari keluarga Wu itu telah dikurung.
Bukan manusia namanya jikalau tak merasa prihatin, di saat seharusnya kini A'Gu-lah yang harus mulai merasa khawatir. Mendapati sang nyonya besar telah memergoki tindakan diam-diamnya di tengah malam begini. Lantas, tak mungkin pula A'Gui kabur, bukan? Kala lihatlah sendiri bagaimana nyonya besar telah membawa beberapa pelayan pria lainnya, dan lihatlah pula bagaimana beberapa pelayan tersebut membawa tongkat kayu. "Fu-Furen ... ak-aku ...." Menunduk, tak mampu menemukan jenis alasan yang baik untuk menyelamatkan diri dari situasi tertangkap basah ini. Lagian nyonya besar tidak akan lagi percaya.
Alhasil, A'Gui bersujud. Mulut tak berucap apa pun selain memohon ampun, sembari kedua tangan dikepalnya dalam gemetar. Kala dimulailah sudah sang nyonya besar ini menitahkan sejumlah pelayan, mengeroyoki A'Gui yang meringkuk menahan pukulan yang dilayangkan kepadanya ini. "Jangan berhenti selama dirinya masih mampu berdiri." Sang nyonya besar pun menarik diri, bersama membawa pergi putra sulungnya. Yang mana dengan sangat patuh beberapa pelayan pria melayangkan pukulan lebih kuat dan keras lagi.
Namun, tak sedikit pun A'Gui mengeluarkan erangan sekecil apa pun itu. Yang ada ia malah memerhatikan rembulan yang menggantung, sebulir air mata pun meluruh. Kekecewaan terhadap dirinya sendiri yang barangkali menganggap tak mampu memenuhi tugas dengan baik tertampilkan jelas. Tatkala di sisi lain, Mo Shan yang sedang duduk meringkuk pada lantai dekat ranjang kamar yang tak lebih dari penjaranya ini seketika membangunkan diri. Kegelisahan mulai hadir di setiap langkah kesusahannya mendekati pintu, mendengar tengah malam begini siapa pula yang mendapat hukuman sampai pantas digebuk hingga sedemikian keras suaranya.
Belum lagi apa pula ini? Kehadiran bayang-bayang seseorang serta merta menghentikan langkah Mo Shan. "Siapa ...?" tanyanya melirih, ketakutan kembali dirasakan. Namun, tak ada jawaban yang didapatkan, melainkan ... lihatlah bagaimana bayang-bayang seseorang ini membuka sedikit jendela, meniup sejumlah asap dari batang bambu kecil. "Apa yang kau lakukan?" Pun seseorang yang dipercayai pelayan rumah itu serta merta menarik diri, meninggalkan Mo Shan yang berakhir menutup penghidunya. Merasa aneh akan aroma yang dihirup, sukses pula melemahkan dirinya yang kini mendapati Gao Bai Xing telah memasuki kamarnya.
DEG!
Bergerak mundur sudah Mo Shan, ketakutan mulai menjalar ke sekujur tubuh. Sedangkan ingatan di hari malam pertama beberapa hari lalu kembali teringat, akan bagaimana tuan muda pertama tak normal ini bersikap teramat tak sopan dan layaknya binatang. "Apa yang kau lakukan kemari? Keluar ... keluar kau!" serunya, sepasang tungkai pun ambruk sembari ia menyentuh kepalanya yang entah kenapa memberat. Napas ikut serta pula memberat, sepasang netra sayup-sayup pun pandangan mengabur. Dengan kesusahan pula, dengan sisa-sisa energi kesadaran yang dimiliki. Mo Shan, wanita malang ini berakhir berseru meminta tolong. Meskipun tahu tidak akan ada gunanya.
Seperti tubuhnya kini yang tergeletak tak berdaya, selain air mata yang terus saja bergulir. Mendapati bagaimana Gao Bai Xing yang mendekatinya tersenyum lebar, menatap liar pun dipenuh napsu. Yang mana pria yang patut disebut pria berengsek ini menggendong, pun kemudian membaringkan Mo Shan pada ranjang. Bahkan apa pula ini? Pria ini mulai menurunkan kelambu berkain merah, yang setelahnya dimatikan sudah cahaya penerangan dalam ruangan ini seraya tawa memenuhi. Sukses menjadikan nyonya besar di luar ruangan tersenyum penuh kepuasan, menarik diri kemudian dengan sepasang sorot netranya menajam penuh kelicikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Village : Secrets Of Past Life (END)
FantasyAmazing cover by @hayylaaa Kehidupan masa lalu masih belumlah berakhir. Malah kini menghampiri dalam wujud mimpi demi mimpi, menyampaikan pesan. Yang mana mereka, orang-orang yang saling terikat benang merah pada akhirnya dipertemukan kembali hanya...