Chapter 40

65 18 151
                                    

Masuk dengan membawa sebaskom air bersih, handuk kecil pun ikut menemani untuk kemudian diletakkan pada meja dalam kamar yang menampilkan Ji Yu, pria yang baru saja membangunkan diri ini duduk pada pinggiran ranjang seraya pandangan diarahkan pada jendela yang masihlah tertutup. Tak memungkiri akan keramaian nan menggegerkan terdengar cukuplah jelas.

"Kali ini siapa lagi yang terpilih?"

Hui Yan menggeleng, malas menjawab terlebih tak ingin apalagi mencari tahu. Lagian tahu sekalipun tidak bisa membantu menyelamatkan, yang mana kematian Xiao Zhi saja sampai saat ini masihlah belum menghilangkan duka sepenuhnya. Namun, ucapan berikutnya yang diucapkan wanita berdarah bangsawan ini sukses membuat Ji Yu menghentikan seketika kegiatan membasuh wajahnya, mendapati sang kekasih wanitanya ini telah duduk pada pinggiran ranjang dengan wajah tertunduk.

'Memang salahku, semua memang salahku', kata-kata tersebut seakan tertera jelas pada wajah Ji Yu yang kini mendekat, menekuk lutut seraya meraih dan menggenggam kedua tangan wanitanya ini. "Apa pun yang akan terjadi, aku akan menjagamu semampu yang kubisa. Jadi, Hui Yan ... kau hanya perlu berpegang erat padaku, tidak perlu berpikir terlalu banyak ataupun jauh, bisakah?"

Hanya saja, Hui Yan wanita ini malah beranjak bangun dari duduknya tanpa berucap apa pun. Bahkan membawa pergi sebaskom air yang dibawanya tadi, melangkah menuju pintu siap meninggalkan Ji Yu yang berakhir mengembuskan napas. Lagian ia tak berharap banyak jikalau ucapannya akan disetujui. Siapa juga yang bisa mengendalikan pikiran jika sudah terjun ke dalam situasi dan kondisi desa yang sedemikian rumitnya, bukan? Tentu permintaan Ji Yu terbilang cukuplah sulit untuk diterima.

Oleh karenanya, pria ini seketika menghampiri sembari menghentikan Hui Yan, menuntut jawaban seakan bohong sekalipun tak jadi masalah selama wanitanya ini menyetujui. Lantas bagaimana Hui Yan harus menjawab? Tak mengherankan jika keduanya malah diliputi keterdiaman pun saling berpandangan, kala di mana bayangan dari baskom berisi air yang dibawa Hui Yan kini menghadirkan bayangan dari mereka dua sosok modern, Xue Jing dan He Ting yang juga ikutan terdiam, seolah tenggelam dalam pandangan yang tak berkesudahan.

Berbeda sekali dengan suasana di luar sana yang entah kapan akan kembali ke sebagaimana biasanya. Ucapan demi ucapan kesialan terus saja keluar dari mulut ke mulut seakan perut akan kenyang hanya dengan menyuarakan topik pembicaraan tersebut. Lantas, harus dikemanakan mereka yang tahu jikalau topik kesialan itu sebenarnya taklah benar? Tak mengherankan kalau kata-kata negatif itu sukses menjadikan pagi serta siang terlewatkan begitu saja tanpa melakukan suatu hal berarti. Beraktivitas dalam kepura-puraan pun tidak lagi mampu dilakukan, apalagi bersikap normal, bukan? Dan oleh karenanya, mengurung diri dalam rumah adalah keputusan yang sangat tepat.

Bukankah sudah serupa sekali dengan pasangan Tang Yuan dan Kwan Mei? Dan mungkin jika hal ini terus Ji Yu dan Hui Yan lakukan selama seminggu, barangkali julukan pasangan aneh yang baru akan segera lahir, bukan? Yang mana bahkan rumah saling berhadapan, bahkan berkemungkinan besar berharap malam akan segera mengambil alih. Setidaknya dengan datangnya malam, tidak perlu berbuat hal-hal tak berguna. Seperti misalnya kesal dan marah tiap kali mendengar lalu-lalang sejumlah warga yang terus-terusan menjelekkan korban baru terpilih purnama bulan ini. Sungguh memuakkan, dan sungguh tak berperikemanusiaan.

Namun, kala malam kini memanglah datang, kenapa pula ketegangan malah dirasakan? Belum lagi rasakan sendiri bagaimana embun yang turun mampu terasa sedingin ini? Bahkan lihatlah sendiri bagaimana langit tak menampilkan satu pun bintang, termasuk bulan tak tahu ke mana perginya. Yang ada hanyalah lapisan tebal awan menghitam, tak jarang pula sesekali akan terdengar gemuruh bersahut-sahutan seraya kilatan cahaya putih ikutan berdatangan, dan hal itu entah bagaimana mengundang sejumlah angin berseliweran mengibaskan kain hitam dari jubah bertudung yang dikenakan oleh beberapa dari mereka semua yang berakhir memasuki gudang penyimpanan, ramai pula akan suara deritan demi deritan seiring dengan datangnya langkahan demi langkahan yang ada.

The Village : Secrets Of Past Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang