Sekali anggukan saja dari Xia Chia, ruangan gelap yang memanfaatkan penerangan purnama ini pun seketika terbantu oleh cahaya lilin, menyinari area dapur dari rumah yang diketahui milik Hui Yan, selaku yang menyalakan lilin untuk kemudian menanti hadirnya Xia Chia yang mengintai dari balik jendela, menempati kursi kosong tepat di sebelah Hui Yan. Yang mana tepat di hadapan mereka, telah dihadiri pula Jing Shin serta Azhuang.
Sesuai dengan rencana Tang Yuan, jikalau hari ini adalah waktu yang tepat untuk memberitahukan kenyataan. Hanya saja, kata-kata itu sangatlah sulit dikeluarkan dari kerongkongan. Tak tahu pula telah berapa lama keterdiaman dan keheningan di antara keempatnya ini telah berlangsung, yang pasti sajian air hangat dalam cangkir kayu tak lagi menguarkan sejumlah uap putih. Pun Azhuang, menyibukkan diri dengan kembali menyajikan air hangat seraya sesekali akan bertukar pandang dengan sang istri, Jing Shin, yang bahkan pertanyaannya berupa 'apa' dan 'kenapa' dimintai datang kemari taklah mendapatkan respons sedari tadi.
"Ada hal yang ingin kami beritahukan pada kalian," ucap Hui Yan akhirnya, memulai pun meminta Azhuang untuk kembali duduk. Kala di mana kedua tangan yang berada di atas paha tergenggam erat, dan Xia Chia sebagai satu-satunya yang melihat hal itu sontak saja mendesah, melanjutkan ucapan Hui Yan yang belumlah lengkap ini. "Itu hal terkait desa." Dan kian pula, Hui Yan mengeratkan genggaman sembari memberanikan diri memandangi sepasang suami-istri ini.
"Apa karena itu dari tadi kalian bersikap aneh dan serius begini?" tanya Jing Shin, mudah sekali ia berucap demikian. Bahkan apa ini? Tersenyum pula. "Kalian sungguh membuat kami ketakutan, kiranya ada hal besar apa sampai begitulah serius," lanjutnya lagi, mengembuskan napas kelegaan pun meminum air hangat yang baru saja disajikan Azhuang.
Menyaksikan hal tersebut, serta merta Hui Yan dan Xia Chia saling bertukar pandang. Teringat kembali apa yang dikatakan Kwan Mei, terkait ramuan yang diberikan penjaga desa belum lama ini mampu menguatkan janin. Lantas, tak ada salahnya bertanya, bukan? Siapa yang tahu jikalau ramuan tersebut belumlah diminum, akan sangat berbahaya bagi Jing Shin terlebih pada janinnya jika sampai terkejut, bukan?
Oleh karenanya, Xia Chia pun siap bertanya untuk berjaga-jaga, setidaknya mengurangi risiko yang ada. Karena jelas saja, Jing Shin dan Azhuang bukanlah sekadar tetangga, melainkan adalah teman.
Alhasil, baik Azhuang ataupun Jing Shin mengangguk, mengiyakan jikalau ramuan tersebut telah diminum. Pun Xia Chia, menjatuhkan pandangan pada Hui Yan, dan keduanya berakhir dengan saling memberikan anggukan biar kata sepasang netra masing-masing dipenuhi kesenduan.
Namun, hal ini haruslah dilakukan, dan Hui Yan berakhir membukakan mulutnya kala di mana angin di luar sana cukuplah terdengar kuat berembus. Seakan sedang menyampaikan pesan untuk berhenti berucap, atau jika tidak ... bukan hanya satu nyawa yang melayang malam ini, melainkan bisa dua atau bahkan tiga nyawa sekalipun.
Katakan saja salah satunya barangkali nyawa Ji Yu, kala ia telah berada dalam rumah tanpa bercahayakan lilin satu pun ini bahkan tak tahu-menahu bagaimana kabarnya Yue Ming. Mungkin, pria itu masih berjuang melawan gerombolan gagak, ataukah mungkin malah telah terluka parah. Entahlah, dan kekhawatiran tiap kali mengingat hal tersebut selalu saja berhasil mengusik konsentrasi Ji Yu yang sibuk bersembunyi, alias mengintai. Tepatnya pada dua penjaga desa, dan pastinya ... Xiao Zhi.
"Waktunya sudah tiba, apa ada hal yang masih ingin kau ucapkan?" Dan Xiao Zhi menggeleng, punggungnya pun tak sama sekali menunjukkan ketakutan. Justru Ji Yu-lah yang menjadi sosok ketakutan itu, bahkan sesekali ia tak sanggup meneruskan akan apa yang hendak dialami Xiao Zhi. Apalagi saat satu di antara dua penjaga desa mulai bergerak, mengeluarkan sesuatu dari balik jubah merahnya. Suatu benda yang berkilau saat ketika bersentuhan dengan cahaya rembulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Village : Secrets Of Past Life (END)
FantastikAmazing cover by @hayylaaa Kehidupan masa lalu masih belumlah berakhir. Malah kini menghampiri dalam wujud mimpi demi mimpi, menyampaikan pesan. Yang mana mereka, orang-orang yang saling terikat benang merah pada akhirnya dipertemukan kembali hanya...