Tidak ada kuda, pakaian merah cerah apalagi iringan musik atau bahkan sedikit saja petasan. Yang ada hanyalah berupa iringan orang-orang yang terus berseru, membangunkan sejumlah warga lainnya untuk keluar dan turut hadir menyaksikan keseruan yang ada. Meskipun memang benar perayaan saat ini tidaklah seperti perayaan pada normalnya. Namun, kebahagiaan dan keramaian yang melingkupi tidaklah jauh berbeda dari apa yang umumnya terjadi.
Pernikahan, benar. Inilah suatu acara pernikahan dalam desa ini. Yang mana Hui Yan dan Ji Yu sempat dibuat tercengang, tak menyangka bahwa hari pernikahan dari si pria pelamar kemarin akan terjadi secepat ini, pun kenapa haruslah begitu terburu-buru? Semacam satu hari saja tidaklah boleh dilewati apalagi sampai berhari-hari. Lantas, bagaimana mendiang Tuan Meng akan bereaksi kala melihat ini semua? Di saat rumah yang sedang dibangun ulang saja belumlah usai dikerjakan.
Selain itu, apakah benar urusan terkait pernikahan ini ada pula hubungannya dengan para penjaga desa? Yang mana kelima penjaga desa hadir pun turut serta bergabung dalam iringan yang ada. Akan tetapi, benarkah ingin ikut meramaikan? Ataukah justru hanya ingin mengawal, mengawasi? Memastikan jikalau pernikahan ini akan berjalan sebagaimana mestinya.
Namun, sebagaimana mestinya itu yang seperti apa? Sampai Hui Yan dan juga Ji Yu dibuat saling bertukar pandang, terlihat pula Hui Yan yang berada dalam kondisi kurang baik. Mungkin karena terlalu banyak pikiran, tubuh pun mengeluarkan sejumlah reaksi berupa tak enak badan. Meskipun demikian, wanita ini tak ingin terlihat begitulah lemah dalam papahan Ji Yu. Keingintahuan, itulah yang saat ini ingin ia ketahui.
Oleh karenanya, Hui Yan pun memanggil Jing Shin yang menyaksikan perayaan ini bersama Azhuang pastinya di teras rumah mereka sendiri. "Itu ... apa yang sedang dilakukan penjaga desa? Apa mereka akan menjadi saksi? Dengan begitu barulah pernikahan akan dianggap sah?"
Pun Jing Shin mengangguk, membenarkan pula. "Bahkan penjaga desa akan mengirimkan hadiah pernikahan."
"Hadiah? Apa kau juga dulu begitu?"
"Hmmm, hanya kami belum menggunakannya karena Azhuang masih belum bersedia."
Belum bersedia? Lantas hadiah seperti apa itu sampai seorang Azhuang belumlah mau menggunakannya? Tak mengherankan kalau Ji Yu kini yang angkat suara, menanyakan lebih detail lagi mengenai hadiah tersebut itu apa. "Apa sangat mewah sampai Azhuang tidak rela menggunakannya?"
"Itu herbal, untuk merangsang dan menyuburkan," jawab Azhuang, tampak malu-malu. "Aku belum ingin menggunakannya, bukan karena belum ingin memiliki keturunan, melainkan aku ingin semua berjalan setahap demi setahap secara alaminya. Menggunakan herbal itu, entah kenapa membuatku merasa terburu-buru ingin memiliki anak seolah pernikahanku hanya untuk mengambil garis keturunan saja."
"Kau benar, terasa seperti sedang memanfaatkan pasangan sendiri," respons balik Ji Yu, jelas sepemikiran dengan Azhuang yang kini tersenyum kecil memandangnya. Namun, apa yang ada dalam pikiran Ji Yu saat ini siapa yang tahu, kecuali Hui Yan yang mulai kembali memerhatikan iringan mempelai pria nun jauh di sana. Barangkali siap tiba di rumah mempelai wanitanya. Entahlah, Hui Yan pun tidak ingin tahu lagi terkait pernikahan ini akan berakhir seperti apa.
Lagi dan lagi urusan anak, hal tabu untuk dibicarakan dalam desa. Lantas ... kenapa penjaga desa begitulah gencar ingin kehadiran seorang anak? Mendesah, berusaha membuyarkan pikiran, tapi pandangan malah Hui Yan jatuhkan pada rumah Kwan Mei. Mendapati pula wanita aneh tersebut hadir dari balik jendela rumah yang dibukakan. Yang mana Kwan Mei begitulah fokus memerhatikan iringin mempelai pria sampai tak lagi menyadari sedang menjadi pusat perhatian Hui Yan. Tatapan itu ... lagi-lagi Kwan Mei munculkan. Apa tepatnya yang kau prihatinkan, Kwan Mei?
"Berhenti memerhatikannya, mari kita masuk," ajak Ji Yu, membawa masuk Hui Yan yang menurut. Tanpa diketahui Hui Yan sendiri, jikalau prianya ini sempat bertemu pandang dengan Kwan Mei. Meskipun memang benar hal itu berjalan singkat sekali, tapi Ji Yu sukses dibuat resah akan pandangan mengecam Kwan Mei yang berakhir menutup jendela rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Village : Secrets Of Past Life (END)
FantasyAmazing cover by @hayylaaa Kehidupan masa lalu masih belumlah berakhir. Malah kini menghampiri dalam wujud mimpi demi mimpi, menyampaikan pesan. Yang mana mereka, orang-orang yang saling terikat benang merah pada akhirnya dipertemukan kembali hanya...