"Bagaimana? Apakah cocok untukku?"
Senyum manis berbinar mata jernih, mengenakan pakaian hanfu sutra berwarna dasar putih dengan corak biru kehijauan, bagian lengan memanjang dan lebar dilengkapi pula akan selendang berwarna peach menggantung di kedua sisi lengannya, sementara bagian bawah memanjang hingga ke mata kaki dengan ukiran bunga keemasan mengelilingi. Rambut panjang hitam terkuncir setengah bagian lengkap dengan aksesoris menghiasi pula, sedangkan sebagian rambut yang tergerai dibiarkan menutupi punggungnya hingga ke pinggang.
Belum lagi, pancaran dari binar kebahagiaan mengarah pada sosok yang barangkali ada di hadapannya. Menanti, akan sosok tersebut menjawab.
"Hmmm, sangat cocok untukmu."
Suara pria. Jelas suara yang menjawab adalah suara pria. Namun, tak terlihat jelas wajah ataupun penampilan pria tersebut, karena yang ada hanyalah kekaburan. Mungkin, hanya si wanita seorang yang bisa jelas melihatnya. Bahkan, di sepasang matanya saja bayangan akan pria tersebut kini tampak berjalan mendekat, membuat si wanita semakin tersenyum lebar hingga akhirnya menerima uluran tangan si pria, menggenggam erat.
"Mari kita pulang."
"Aku tidak tahu ...." Menggantungkan kalimat, tampak sulit mengungkapkan seraya kesedihan hadir pun tertera di keseluruhan wajah beriaskan tipis bedak. "Sekiranya kapan bisa kembali ke toko ini lagi," lanjutnya, ada semacam perasaan kehilangan pula dirasakan saat matanya melihat sekitar toko yang dipenuhi kain pakaian berwarna-warni ini.
"Jika keberatan ...."
"Tidak, tentu aku tidak keberatan," potongnya cepat, yakin. "Selama denganmu, aku tidak akan pernah keberatan," ucapnya lagi tersenyum, menampilkan deretan gigi rapi dari balik bibir ranum alaminya.
"Terima kasih, sungguh."
Keduanya pun melangkah keluar, menuju pintu bercahaya putih nan menyilaukan. Masih tak terlihat jelas pula siapa dan bagaimana penampilan si pria yang kian mengeratkan genggaman. Pasalnya yang terlihat hanyalah bayangan gelap seiring dengan terangnya cahaya yang terpancar dari balik pintu. Namun, satu hal yang jelas, si wanita memalingkan wajahnya ke belakang dengan senyuman sebelum akhirnya menjatuhkan sebulir air mata.
Seketika, cahaya putih mendominasi segalanya, menelan semua warna yang ada dalam toko tersebut termasuk si wanita juga pria yang bersamanya.
"Bangunlah ... selamatkan kami ...."
DEG!
Sepasang netra terbuka pun dipenuhi cahaya putih. Perlahan dan perlahan pula, cahaya tersebut seakan terserap atau bergabung jauh di dalam bola netra kecokelatan dari ia yang kini mengambil posisi duduk pada pinggiran ranjang. Peluh menghiasi kening pun juga leher, dan pandangan ia jatuhkan pada cermin. Memperlihatkan dirinya sendiri dalam setelan piyama sutra bewarna peach sembari akhirnya mengembuskan napas, menstabilkan kembali napas ke sebagaimana harusnya.
Namun, pandangan yang dilemparkan pada cermin tak kunjung dilepaskan, atau barangkali tak mampu karena suatu alasan yang belum diketahui.
"Tepatnya siapa dirimu? Kenapa dan tepatnya apa pula yang kau inginkan dariku?!" kesalnya, meraih gelas dari nakas untuk siap dilemparkan pada cermin. Akan tetapi, tertahankan. Seakan ada sosok tak kasatmata yang menahan pergelangan tangannya, yang kemudian ia pun menurunkan dan justru meminum hingga habis isian dari gelas.
Li Xue Jing ohh Li Xue Jing ... sadarlah! Kau tidak gila, kau tidak mungkin gila! Menepuk-nepuk kedua pipi, menggeleng-geleng menyadarkan diri. Entah gila atau tidak, mari hentikan saja untuk saat ini. Tak ingin pula menjadikan awalan hari hancur, yang mana gorden putih bersih terus saja tersingkap oleh embusan angin seraya mengizinkan cahaya hangat dunia masuk. Seolah sedang memberitahukan jikalau cuaca di luaran sana sangatlah cerah untuk siap menghilangkan perasaan kacau yang dimiliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Village : Secrets Of Past Life (END)
FantastikAmazing cover by @hayylaaa Kehidupan masa lalu masih belumlah berakhir. Malah kini menghampiri dalam wujud mimpi demi mimpi, menyampaikan pesan. Yang mana mereka, orang-orang yang saling terikat benang merah pada akhirnya dipertemukan kembali hanya...