Angin berembus, hutan berkesiur, mengusir kesunyian akan datangnya gemerisik dedaunan yang menari-nari. Kala lihatlah sendiri bagaimana cahaya hangat kekuningan menyusup masuk melalui celah-celah dedaunan, menyinari mereka semua yang masihlah tergeletak tak berdaya ini, semacam membangunkan, sukses pula mengerjap-ngerjapkan pasang netra terpejam masing-masing dari mereka untuk mulai melihat kembali dunia penuh akan warna dan keramaian ini.
Atau mungkinkah lebih cocok jika dikatakan dunia yang dipenuhi hujanan dedaunan bambu? Bahkan apa pula ini, gemeresak dari langkahan kian terdengar jelas dan jelas. Apa benar penjaga desa telah menyusul kemari? Jika benar demikian, kenapa tidak mengambil tindakan apa-apa? Dan kenapa pula malah datang seorang diri saja? Apa mungkin memandang remeh? Yang mana memanglah benar, mereka bertujuh tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan empat penjaga desa.
Namun, apa-apaan ini? Bukannya menyakiti ataupun berucap sarkas, malahan seseorang yang diduga penjaga desa malah membantu membangunkan Ji Yu, sembari mulut menanyakan bagaimana kondisi mereka semua yang perlahan membangunkan diri, mengarahkan pandangan seketika padanya ... orang asing.
Siapa sebenarnya ia? Dari mana asalnya? Kenapa membantu dan kenapa bisa di sini? Ataukah mungkin, pria tua yang tampak berusia 70an tahun ini adalah penduduk sekitar? Lantas, benarkah ada suatu desa lainnya dalam hutan bambu ini? Hanya saja, jika melihat dari penampilan kusam dan compang-campingnya, pria tua berkumis dan berjenggot bahkan berambut putih memanjang sepinggang ini tak pantas dikatakan penduduk, melainkan lebih kepada ... entahlah, mungkin seorang tahanan?
Meskipun begitu, tak menutup kemungkinan kalau pria tua bermata jernih ini terlihat cukuplah rupawan, bahkan aura tubuh yang memenuhinya tak bisa dikatakan biasa. Ada semacam aura bangsawan, pembudidaya, bahkan sampai pada aura dari seorang pembunuh pun dirasakan cukuplah kuat.Haruskah merasa aman? Ataukah merasa waswas? Dan hal itu membuat tim pemberontak Desa Weiji ini terus-terusan memandanginya, tak berani berucap apalagi menanyakan. Kala pria tua ini terkadang terlihat bersahabat, tapi terkadang juga tidak. Semacam ada suatu bentrokan energi baik dan jahat dalam tubuh tua penuh keriputnya ini, bahkan terlihat santai pula meminum sejumlah air dari tempurung labu yang dibawanya.
Yang mana percaya tak percaya, air tersebut barangkali telah diberikannya pada masing-masing mereka bertujuh selama tak sadarkan diri. Oleh karenanya, Pak Tua ini pun membuang sudah sisa air tersebut, yang anehnya permukaan tanah tak sama sekali terlihat basah, seakan tak pernah tersentuh sedikit pun.
"Berhentilah melihatku seperti itu, aku jelas bukan musuh kalian," ucapnya lebih lagi, membawa diri menghampiri gundukan tanah yang entah sejak kapan ada di sana, mendudukinya dengan santai bahkan bersila tangan. "Lebih baik bertanya langsung, ketimbang berdiam-diaman seperti ini, bukan?" lanjutnya, pandangan satu demi satu dijatuhkan pada mereka bertujuh secara bergantian. Kala akhirnya, Yue Ming, kekasih Xia Chia ini berakhir memajukan beberapa langkah padanya. "Apa yang terjadi pada kami? Dan siapa pula kau, Pak Tua?"
"Pak Tua ...?" tanyanya terkejut, tapi detik kemudian malah tersenyum sembari mengangguk-angguk setuju. "Panggilan yang cukup baik, aku bahkan sudah lupa siapa diriku sebelumnya. Waktu berlalu sangat lama di sini," ucapnya yang seperti sedang bicara dengan dirinya sendiri. "Kalian sudah tak sadarkan diri hampir seminggu lamanya, kabut yang menyerang kalian sebelumnya jelaslah bukan kabut biasa ... itu semacam bius untuk menidurkan kalian selamanya, kematian."Serta merta Azhuang mendekat, seolah tak lagi perlu menjaga batasan apalagi memandang curiga Pak Tua ini. Lagian seorang pria tua, apa yang bisa diperbuat? Jikalau ia bermaksud membunuh, maka sudah sedari awal dilakukan, tak ada alasan baginya untuk membangunkan mereka bertujuh, bukan? Tak perlu repot-repot pula mengajak mengobrol begini, apalagi menjelaskan kalau serangan kabut waktu lalu tak lain berupa serangan pertama hutan bambu ... strategi pembunuhan.
Bukankah itu artinya, hutan misterius ini masihlah merupakan cakupan dari Desa Weiji? Yang mana berarti, penjaga desa masihlah mampu memerhatikan mereka bahkan sewaktu-waktu barangkali akan bertemu. Dan sebab pemikiran tersebut, pertanyaan lainnya pun diajukan. Seperti misalnya, seberapa besar wilayah cakupan Desa Weiji? Dan bagaimana caranya untuk terbebas sepenuhnya dari desa terkutuk ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Village : Secrets Of Past Life (END)
FantasiaAmazing cover by @hayylaaa Kehidupan masa lalu masih belumlah berakhir. Malah kini menghampiri dalam wujud mimpi demi mimpi, menyampaikan pesan. Yang mana mereka, orang-orang yang saling terikat benang merah pada akhirnya dipertemukan kembali hanya...