Memilih hidup yang berbeda jauh dari orangtua mereka, melakukan kenakalan layak remaja sebayanya. Mereka melakukan itu semua karena gaya hidup mereka yang telah diracuni oleh manusia-manusia tak beradab.
Tapi, kehidupan mereka pun pasti tidak luput...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Devil also needs his angel to keep flying.
•••°•••
"Maaf Ratih, perasaan gue udah gak bermekaran lagi disaat bersama lo"
"Maksud kamu, Jay?"
"Gua udah bosen sama hubungan ini"
"Jadi bener ya? Ternyata kamu sama genk saudaramu itu playboy! Gonta-ganti pacar mulu! Kamu gak sadar apa berapa banyak cewek yang udah rela cinta sama kamu?!"
"Cause that's love, love is a game, play... make your opponent fall in love, and leave" ucap Jay
"Cinta itu bukan mainan! Cinta itu kehidupan tentang kasih sayang yang dilakukan dengan dua hati dari dua insan! Kamu gak punya hati apa?!"
"Nggak"
Ratih anak IPA-3 telah gugur di Medan perang, sang lawan sudah melukainya dari belakang perlahan-lahan sampai hatinya terpotong-potong kecil.
Sedangkan si penjajah tidak mengeluarkan bantuan apa-apa untuk korban, ia hanya berdiri dari lawan arah dan menatap si korban dengan tatapan datarnya. Rasanya ia sudah terlalu bosan merasakan kemenangan dalam bermain permainan 'cinta' itu.
"Lo bisa pergi, Rat. Kontrak permainannya selesai"
"Dasar cowok baj*ngan! Awas aja nanti lo bakal ngerasain jatuh cinta sejatuh-jatuhnya sampai tergila-gila sama cewek!"
Jay menatap aneh si Ratih, "Kalo nyumpahin tuh yang jelek, ini malah ngedoain gue bisa jatuh cinta sampe tergila-gila" komen Jay
"Karena gue tahu... Kalo lo selama ini yang kalah buat diri lo jatuh cinta sama seseorang..." ujar Ratih
"Gua kan yang nyakitin lo, ngapa masih dibaikin?"
"Ya karena cinta gua tulus sama lo, Jay..." lirih Ratih
"Gue lepasin lo ya... Gua udah doain yang terbaik buat lo, semoga lo bisa ngerasain yang namanya jatuh cinta... Jatuh cinta disaat kita dipersatukan lagi, atau jatuh cinta dengan kisah yang lain" lanjut Ratih
