9. Happines In Love

16 2 0
                                    

Happy reading💜






"Seru banget pasti kalau bisa ketemu Mama, lo."

"Anjir, Rin, gue kayaknya udah gila, deh."

Tara berguling di atas kasur, menendang-nendang udara dengan kesal, membuat Arin yang sedang menonton di macbook jadi berdecak, mendorong kaki cewek itu menjauh.

Saat ini cewek itu sedang berada di rumah Arin, berniat menginap karena Papanya jadi keluar kota untuk perjalanan bisnis, kebetulan juga besok hari libur, dan tentu saja Mama Tara yang hobi jalan-jalan itu tidak akan mau tertinggal di rumah, rela meninggalkan Tara berdua dengan pembantunya.

Tara sebenarnya tidak masalah, cewek itu jadi bisa menginap di rumah Arin, karena kalau Mamanya ada di rumah, wanita itu sangat over-protektif terhadapa Tara, tak membiarkan anaknya keluar jika jam sudah menunjukkan pukul delapan malam.

"Ra, sumpah gue tampol, lo, ya!" Arin mem-pause film di macbooknya, jadi berbalik menatap Tara yang sibuk menenggelamkan dirinya di bantal sambil meracau tidak jelas.

Tara mengangkat kepala, kemudian jadi merengek, membuat Arin memutar bola matanya malas.

"Lo sendiri yang bilang, ngapa sekarang jadi misuh-misuh ke gue?"

"Rin, gue harus apa sekarang?"

Arin mengangkat bahu. "Ya ngapain mikir sih, lo tinggal datang ke rumah Adam, ketemu Mamanya, selesai. Lagian ya, Ra, lo nggak datang sendiri, 'kan nanti Adam jemput, lo."

Tara menatap Arin tak habis fikir, bisa-bisanya cewek itu mengeluarkan kalimat dari mulutnya segampang itu.

"Lo ngomong mah enak, gue nih gimana?"

Arin mengubah posisinya jadi duduk, menghela napas berat, jadi memutar tubuh menatap Tara yang kembali menenggelamkan wajahnya di bantal.

"Apasih Ra yang lo bingungin, gue sih malah seneng ya, akhirnya usaha gue buat deketin kalian mulai terlihat."

"Seneng pala, lo!" Tara jadi mengangkat kepala protes, menatap Arin sengit. "Gue tuh masih takut, ya, gimana kalau ternyata Adam nggak serius deketin gue?"

Arin memutar bola mata malas. "Mau gimana lagi sih, Ra. Lo nggak liat tuh anak gimana sama, lo? Gue sebagai sahabat lo bisa memastikan kalau Adam tuh cowok baik."

"Jujur, deh, sekarang perasaan lo sama Adam gimana?" tanya Arin, memegang bahu Tara yang jadi memalingkan wajah.

Tara terdiam, jujur sebenarnya tidak bisa mendefinisikan perasaannya sekarang. Kadang saat melihat Adam, ia jadi kesal, dan akhir-akhir ini tiba-tiba jadi senang, dan kadang juga ia jadi takut, pokoknya Tara tuh bingung.

"Lagian, ya, Ra. Lo 'kan selama ini pengen punya temen nonton drakor. Nah, cocok tuh sama Mamanya Adam."

Tara jadi menghela napas berat, lagi pula tadi juga sudah mengiyakan ajakan Adam untuk datang ke rumah cowok itu, kasihan juga kalau ternyata Mamanya benar menunggunya datang.

"Rin, lo nonton apa?" tanya Tara mengalihkan, jadi menatap layar laptop Arin.

"Oh ini I Still love you."

"Lo baru nonton? Gue dah tamatin malahan," ujar Tara jadi antusias. "Mau gue spoilerin nggak endingnya?"

Arin langsung melotot. "Jangan ngadi-ngadi, lo, ya. Gue baru nonton setengah juga."

Tara jadi tertawa, selalu suka menggoda cewek itu dan membuatnya mengomel. Jujur Tara sangat menyayangi Arin, gadis itu seperti moodbooster bagi Tara, selalu bisa menghibur Tara jika Tara bersedih dan selalu ada jika Tara dalam masalah, Tara bahkan sudah menganggap Arin seperti saudaranya sendiri.

HOPE (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang