1. Menyusun Misi

18 5 1
                                    

Happy reading❤


"Ariiin!"

Gadis berambut sebahu itu berdecak pelan, lanjut membereskan buku-buku di atas mejanya. Tanpa menoleh pun, ia sudah tahu siapa yang baru saja memanggilnya. Siapa lagi jika bukan Tara, sahabatnya.

"Arin, wa gue kenapa di anggurin, sih?"

Arin yang baru saja selesai membereskan barang-barangnya berbalik. Cewek itu memutar bola matanya malas.

"Tara yang cantik, tadi lo nge-chat gue jam berapa?"

Tara berdecak, merogoh sakunya untuk melihat ponselnya. Cewek itu mengotak-atik sebentar, kemudian mendongak lagi menatap Arin yang menatapnya malas. Gadis itu memberikan cengiran lebar.

"Ups, sorry deh. Gue lupa gue lagi nge-chat cewek ambis," ucap Tara, menutup mulutnya dengan dramatis.

Arin berdecak. "Nggak usah drama. Tara tolong dong, kalau lagi jam pelajaran lo jangan maih hp. Belajar Tara!"

Tara menggeleng pelan, menutup telinganya dengan dramatis. "Duh, Arin yang cantik, tolong yah ceramahnya nanti aja, gue udah laper banget, nih."

Arin berdecak, menoyor pelan kepala Tara. "Lo tuh kalau di bilangan selalu gitu."

Tara terkekeh, meraih lengan Arin yang akhirnya pasrah saja tertarik. "Maaf deh, lain kali nggak gitu lagi. Yuk kantin."

Baru saja mereka akan melewati pintu kelas, langkah keduanya terhenti. Arin dan Tara kompak berdecak malas, menatap cowok jangkung yang kini berdiri di hadapan mereka.

"Ngapain lo? Minggir," usir Tara, menatap pemuda di hadapannya malas.

Adam, cowok itu tersenyum kecil, melirik ke arah Arin. "Rin, lo di cariin Vicky tuh di perpus."

Arin mendelik, menatap Adam tajam yang di balas senyum kecil oleh cowok itu. Adam kemudian menatap pada Tara.

"Ra, mau ke kantin, ya? Bareng aja yuk."

Cewek itu menghela napas berat, ingat bahwa ia sudah setuju untuk membantu cowok itu, walau diam-diam menggerutu dalam hati, karena jadi menyusahkan dirinya sendiri.

"Ra sorry banget, ya. Gue baru inget tadi ada janji sama Vicky mau nyari buku, lo bisa ke kantin bareng Adam dulu nggak papa 'kan?" ujar Arin melepaskan lengannya dari rangkulan Tara, menatap prihatin pada gadis itu.

"Lo nggak mau ke kantin dulu?" tanya Tara jadi menekuk wajahnya menatap Arin.

"Nanti aja deh sama Vicky. Nggak papa, 'kan?" Arin tersenyum kecil, jujur kasihan pada sahabatnya, juga perutnya yang sudah meronta untuk di isi sejak tadi.

Tara yang mendengar itu seketika melemas. Cewek itu berdecak tak suka, melirik pada Adam penuh permusuhan. Tanpa mengatakan apapun beranjak dari sana.

"Lo sengeselin itu emang, ya?!" umpat Arin, kemudian melewati Adam yang kini tersenyum kecil, menatap punggung Tara yang semakin menjauh. Cowok itu kemudian menoleh pada Arin yang juga mulai menjauh.

"Makasih Arin cantik!"

🍒🍒🍒

Adam menghela napas pelan, menatap lurus ke arah lapangan dimana teman-temannya sedang bermain basket. Cowok itu meraih botol air mineral di sampingnya, memimumnya dengan perlahan.

"Kenapa lagi lo? Tara lagi?" tanya Ghavin, mengambil duduk di samping Adam. Cowok itu meraih botol air di sampingnya, meminumnya dengan rakus.

Adam berdecak. "Gue pengecut banget nggak sih, mau deketin Tara aja harus minta bantuan Arin."

HOPE (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang