Happy reading💜
"Oii!"
Arin yang sedang melangkah tenang di koridor jadi tersentak saat seseorang tiba-tiba merangkulnya. Menoleh begitu saja dan jadi mendengkus melihat Adam yang tersenyum lebar tanpa dosa menatapnya.
"Apasih, Dam."
Adam hanya terkekeh, lanjut berjalan tanpa melepaskan rangkulannya dari bahu Arin. Arin hanya berdecak, jadi terseret paksa karena rangkulan Adam di bahunya.
"Sekarang kita kayak jarang main gitu, deh."
Kening Arin mengerut, agak melirik cowok itu. "Ya, lo asik pacaran."
"Lo juga asik sama mantan, lo."
Arin mendelik. "Nggak usah sotoy. Gue sama Vicky dari dulu emang deket."
Adam mengangguk-angguk saja, tidak ingin membahas lebih lanjut.
"Lo nggak bareng Tara?"
Adam diam beberapa saat. Tersenyum kecil saat adik kelas menyapanya, lalu jadi melirik Arin yang tampak tenang berjalan di sampingnya.
"Dia di antar sopir."
"Kenapa? Berantem?"
"Dih, amit-amit ya," seru Adam langsung heboh, membuat Arin memutar bola mata malas.
"Ya terus?"
Adam meringis pelan, menggaruk rambutnya yang tidak gatal. "Gue belum di kenalin sama nyokapnya."
Arin langsung melotot, menoleh sepenuhnya pada cowok itu yang malah memberikan cengiran lebar. "Sumpah, ya. Lo sama Tara udah pacaran setengah bulan, belum di kenalin juga?"
Adam berdecak pelan. "Nanti sore mau di kenalin, kok."
"Hati-hati loh, nyokapnya Tara galak."
Adam mendelik. "Lo jangan kayak gitulah. Harusnya semangatin gue, semoga kuat. Biar di restuin."
Arin berdecak, melepaskan rangkulan Adam dengan paksa. Membuat Adam jadi ikut berdecak, melirik sebal ke arah cewek itu.
"Risih tau dari tadi di liatin," tukas Arin sebal.
"Ya ngapain peduliin. Kita 'kan temen, ya wajar lah."
"Wajar pala lo. Ini kalau ada yang liat pasti salah paham, lah."
Adam memutar bola matanya malas, menghentikan langkah saat mereka sudah sampai di depan kelas. Arin jadi ikut berhenti di samping cowok itu, menatap bingung.
"Takut orang lain salah paham apa mantan lo, nih?" tebak Adam dengan senyum miring. Langsung membuat Arin membulatkan mata, yang detik berikutnya melayangkan pukulan pada lengan cowok itu.
"Sialan lo, ya!"
Adam tertawa, berusaha menghindari pukulan Arin dari lengannya, sambil terus memasang wajah mengejek cewek itu. Sampai suara deheman membuat mereka kompak menoleh, menemukan Vicky dengan wajah datar menatap mereka bergantian.
Arin langsung menjauhkan diri, membasahi bawah bibir tiba-tiba gugup. Jadi diam terpaku saat Vicky melewatinya begitu saja.
"Nah lo, ngambek."
Arin mendelik. "Gara-gara lo!" hardiknya, memukul lengan Adam sekali lagi dengan keras sebelum berlalu memasuki kelas.
🍒🍒🍒
Adam menoleh menatap Tara yang berdiri di sampingnya. Tersenyum kecil ke arah cewek itu. Ia menghela napas pelan, membasahi bawah bibir gugup, sebelum akhirnya meraih jemari Tara dan menggenggamnya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE (Revisi)
Teen FictionGara-gara ancaman tidak ikut olimpiade, Arin yang semula hanya menggunakan otaknya untuk memikirkan pelajaran kini harus ikut memikirkan bagaimana seseorang bisa bersama. Menjodohkan sahabatnya dengan Adam, teman sekelasnya sekaligus anak kepala se...