Happy reading💜
"Pj gue harus spesial, ya. Nggak mau tau."
Tara yang sedang minum jadi mendelik, melirik sebentar pada Adam di sampingnya yang malah mengangguk-angguk. Ia berdecih pelan, meletakkan botol mineralnya di meja.
"Mau apasih?" tanya Tara, menatap sengit ke arah sahabatnya yang malah tersenyum miring.
"Rahasia dong."
Tara mendengkus pelan, kembali memakan bakwan di depannya. Saat ini mereka bertiga sedang berada di kantin. "Ini udah di traktir sama Adam, loh."
"Ya lain dong, Ra. Ini nggak seberapa ya sama perjuangan gue."
Adam yang mendengar itu terkekeh pelan, menepuk-nepuk punggung tangan Tara di atas meja yang sudah menatap sengit ke arah sahabatnya itu.
"Biarin aja."
"Ish, gitu deh. Arin jadi ngelunjak nanti."
Arin yang mendengar itu seketika melotot, hampir saja melempar bakwan di tangannya ke arah Tara. "Heh, nggak ada akhlak lo ya jadi sahabat. Bisa-bisanya ngatain."
Tara memeletkan lidahnya, kembali fokus pada makanan di hadapannya. Arin mendecih saja, mengalihkan perhatian ke arah Adam yang sedang sibuk menatap Tara. Arin memutar bola matanya malas.
"Sumpah, gue di sini jadi nyamuk doang. Tau gitu nggak ikut."
"Ish, nggak loh," protes Tara, sebenarnya masih agak gugup jika hanya berdua saja dengan Adam, oleh sebab itu ia mengajak Arin agak tidak canggung.
"Eh, ceritain dong gimana Adam nembak, lo," ujar Arin antusias, menatap kedua orang di hadapannya bergantian.
Tara kembali mendelik. Arin nggak tau apa kalau sekarang di lagi gugup, bahkan jantungnya sedari tadi sudah deg-degan berada di samping Adam. Tara jadi melirik Adam yang tampak santai, bahkan tidak terlihat canggung sama sekali. Apa perasaan Tara aja kali, ya.
"Nggak usah kepo!" ujar Adam, mendelik pada cewek itu. Membuat Arin jadi berdecak.
"Dih, gitu deh. Dulu aja baik-baik sama gue."
Adam tidak menanggapi, memilih fokus pada mie ayam di hadapannya yang sudah dingin karena sedari tadi tidak tersentuh. Tak lama cowok itu mendongak, menatap Arin yang sudah sibuk lagi pada makannnya. Adam tiba-tiba teringat sesuatu.
"Rin, gue mau nanya?"
Arin dan Tara kompak menoleh pada cowok itu, membuat Adam jadi menggaruk tengkuknya salah tingkah.
"Apa?"
"Nggak jadi deh."
Arin mengerutkan kening, jadi kesal. "Kenapa sih orang kayak gini tuh selalu ada aja."
"Hah?" Tara dan Adam menyahut bersamaan, keduanya menampakkan raut bingung tak mengerti ucapan Arin.
Arin memutar bola matanya malas. "Kesel banget sama orang yang kalau udah nanya, pas di jawab apa malah bilang nggak jadi."
Adam jadi terkekeh, menatap gadis itu yang sudah merenggut. Sebenarnya tadi Adam ingin bercerita tentang Ghavin, tapi jadi mengurunkan niat. Bagaimana pun Ghavin sahabatnya, Adam hanya ingin membantu cowok itu seperti ucapannya waktu itu.
"Nggak penting, kok," tukas Adam terkekeh pelan. Arin mencibir saja, tak peduli banyak dan kembali fokus pada makanannnya.
🍒🍒🍒
Arin memainkan tali tas di pangkuannya, menatap lurus ke arah lapangan yang sudah sepi. Saat ini sudah pukul tiga lebih lima menit, tadi sebenarnya ingin ke tempat les, tapi melihat Ocha di parkiran cewek itu jadi mengurungkan niat.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE (Revisi)
Teen FictionGara-gara ancaman tidak ikut olimpiade, Arin yang semula hanya menggunakan otaknya untuk memikirkan pelajaran kini harus ikut memikirkan bagaimana seseorang bisa bersama. Menjodohkan sahabatnya dengan Adam, teman sekelasnya sekaligus anak kepala se...