32. Hadiah

8 2 0
                                    

Gila sih, part terpanjang sejauh ini. Semoga tidak membosankan hwaaaa!!

Happy reading💜




Arin mengemasi buku-bukunya, lagi-lagi ia akan ke perpustakaan untuk belajar. Ujian kurang dari lima hari lagi, dan Arin harus memastikan dirinya benar-benar siap kali ini untuk ujian nanti.

Ia sudah bertekad akan jadi peringkat satu umum. Dan pasti akan ia wujudkan.

Cewek itu melangkah dengan santai keluar dari kelas, sambil memeluk buku-buku di tangannya. Tadi sudah mengabari Tara bahwa lagi-lagi ia tidak bisa kekantin bersama, dan seperti biasa sahabatnya itu selalu mengerti.

"Rin, tunggu."

Arin menghentikan langkahnya, berbalik dengan kening mengerut. Melihat Adam berlari ke arahnya. Ia diam, menunggu cowok itu hingga berdiri di hadapannya.

"Kenapa lo?"

Adam memberikan cengiran lebar, menggaruk rambutnya yang tidak gatal. "Lo nggak ke kantin?"

Arin mengernyit. "Sejak kapan lo perhatian sama gue?"

Adam berdecak pelan. "Gue ikut ke perpus, ya," ujarnya, mulai melangkah lebih dulu melewati Arin.

Arin yang tertinggal otomatis kembali melangkah, mensejajarkan langkah di samping Adam. Menoleh menatap cowok itu dari samping.

"Lo ngapain? Tara ke kantin sendiri dong?"

"Nggak kok. Tadi gue udah bilang nggak ke kantin, jadi bareng temennya."

Arin masih menatap cowok itu bingung, tidak mengerti dengan sikap Adam. Adam yang merasa di tatap, jadi menoleh sambil berdecak, jadi merasa salah tingkah sendiri.

"Rin, gue boleh minta tolong nggak?"

Arin tidak menjawab, melangkah memasuki perpustakaan. Langsung mengambil duduk di pojok dekat rak buku. Adam di belakangnya senantiasa mengekor, ikut duduk di samping cewek itu. Menunggu jawaban dengan was-was.

"Apa?" tanya Arin setelah meletakkan bukunya, menoleh pada Adam.

Adam menggaruk rambutnya yang tidak gatal, berdehem pelan. "Lo tahu 'kan bentar lagi Tara ultah?"

"Iya. Terus?"

"Gue mau nyari kado buat dia. Tapi gue nggak tahu harus ngasih apa. Bisa bantuin nyari nggak?"

Arin tampak berfikir sesuatu, kemudian mengangguk. "Bisa aja sih. Nanti abis ujian gue temenin."

Adam berdecak pelan. "Abis ujian 'kan ultahnya Tara. Terus nyari kadonya kapan?"

Benar juga, ulang tahun Tara tepat setelah ujian selesai. Waktu yang bagus, karena mereka bisa merayakan ulang tahun Tara dengan senang, tanpa harus terbebani dengan soal-soal ujian lagi.

"Besok aja deh."

Arin mengerjap. "Nggak bisa. Besok gue harus pulang cepet, nyokap gue nyuruh ke toko bukunya."

Adam mengusap wajahnya sesaat, jadi merasa frustasi sendiri. Sebenarnya bisa saja ia memilih kado sendiri. Tapi, ia ingin memberikan yang terbaik untuk Tara. Ini pertama kalinya ia merayakan ulang tahun Tara, dan ingin ini menjadi spesial.

"Lo kenapa nggak nyari sendiri aja, sih. Tara tuh nerima apapun dari lo, kok."

"Gue nggak tahu mau ngasih apa, Rin. Makanya gue minta tolong sama lo buat bantu cariin. Jujur gue nggak pernah beliin orang hadiah," jelas Adam, meringis pelan. Jadi malu sendiri, menatap wajah Arin yang melongo.

"Serius lo?"

Adam menggaruk rambutnya lagi, salah tingkah. "Ya gitu. Gue selalu minta bokap gue yang beli, dan gue tinggal ngasih aja."

HOPE (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang