Happy reading❤
"Kamu nggak sarapan?"
Arin yang baru saja akan membuka pintu rumah berbalik, cewek itu menggeleng.
"Nggak usah, Ma. Udah mau telat ini," ujar Arin sambil membuka pintu, berjalan ke samping sepatu, memakai sepatunya dengan tergesa-gesa.
"Makanya kamu bangunnya pagian dong. Kayak kakak kamu tuh."
Arin berdecak, masih sambil memasang sepatunya. Moodnya yang sudah buruk semakin buruk karena mendengar ocehan Mama.
"Kakak kamu tadi bangun pagi-pagi, bantuin Mama buat sarapan lagi. Pantesan aja kamu nggak bi-"
"Ma, dia bukan kakak aku!" sergah Arin, berdiri dari duduknya. Cewek itu meraih tas yang tergeletak di samping kursi.
"Aku berangkat."
Dengan tergesa gadis itu meninggalkan teras, berjalan menuju garasi, mengeluarkan mobilnya dari sana. Tanpa kata lagi langsung berlalu dari halaman rumah, meninggalkan Mama yang hanya bisa diam, memandang lurus kepergian putrinya, wanita itu kemudian menghela napas berat.
🍒🍒🍒
"Rin, buku lo nih."
Arin yang sedang asik melamun di depan kelas mendongak. Gadis itu meraih buku yang di sodorkan Adam meletakkan di pangkuannya dalam diam.
"Lo kenapa?" tanya Adam mengambil duduk di samping cewek itu.
"Nggak papa."
Adam terkekeh, menatap Arin dari samping. "Jawaban lo cewek banget dah."
"Emang gue cewek."
Adam kembali terkekeh, menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Iya juga sih."
"Lo nggak ngantin?" tanya Adam, berusaha membuka obrolan.
Arin hanya menggeleng sebagai jawaban, membuat Adam akhirnya ikut diam. Keduanya hanya duduk sambil menatap murid-murid yang berlalu-lalang di hadapan mereka.
"Gimana kemaren?"
Adam yang sedang asik melamun jadi menolah, menatap Arin yang masih menatap lurus ke arah depan.
"Lumayan, lah."
"Di ijinin masuk rumah nggak?" tanya Arin, menoleh menatap Adam dengan alis terangkat.
Adam menggeleng dengan wajah lesu, membuat Arin yang menatap itu jadi tertawa pelan.
"Terus lo ngapain di sini? Bukannya ngajakin Tara ngantin."
Cowok itu menggaruk tengkuknya, berdecak pelan. "Tadi udah ngajakin, tapi dianya ada tugas."
Arin yang mendengar itu hanya mengangguk pelan, kembali menatap ke arah depan. Tak lama gadis itu mengerutkan kening, kembali menoleh menatap Adam.
"Dam, bentar deh."
"Paan?"
"Sejak kapan dah lo sama gue jadi sering ngobrol kayak gini. Perasaan satu tahun lebih sekelas, kita nggak pernah ngobrol," ujar Arin jadi bingun sendiri.
Adam yang mendengar itu jadi ikut tersadar. Cowok itu diam sebentar, mengetuk dagunya pelan.
"Iya juga, ya. Tapi, aneh nggak sih."
"Aneh kenapa?"
"Kita udah sekelas lebih setahun, tapi ngobrolnya baru sekarang."
Mereka tuh beneran nggak pernah ngobrol sama sekali, mulai dari awal masuk kelas satu hingga masuk kelas dua, bahkan mereka tidak pernah satu kelompok sama sekali, tapi karena Adam yang sudah putus asa, tidak tahu lagi bagaimana cara mendekati Tara, akhirnya memberanikan diri untuk mengobrol dengan Arin.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE (Revisi)
Genç KurguGara-gara ancaman tidak ikut olimpiade, Arin yang semula hanya menggunakan otaknya untuk memikirkan pelajaran kini harus ikut memikirkan bagaimana seseorang bisa bersama. Menjodohkan sahabatnya dengan Adam, teman sekelasnya sekaligus anak kepala se...