Happy reading💜
"Arin bukain pintunya."
Seruan mama dari arah dapur, membuat Arin yang sedang asik menonton Tv di ruang tengah berdecak, meletakkan toples di pangkuannya ke atas meja. Dengan malas beranjak dari sana menuju pintu.
Mata cewek itu seketika membulat, melihat Vicky kini berdiri di depannya. Arin menghela napas pelan, berjalan menuju teras rumah dan duduk di sana di ikuti Vicky yang ikut duduk di samping cewek itu.
"Ngapain ke sini?" tanya Arin melirik cowok itu yang menunduk diam.
Vicky meneguk ludah sesaat, mengangkat pandangan, menatap lurus ke depan. Cowok itu menghela napas berat. "Gue minta maaf."
"Buat?" Arin menaikkan alis, tak mengerti. Tepatnya, pura-pura tidak mengerti.
"Buat yang tadi."
Arin diam sejenak, yang tak lama jadi tertawa. Membuat Vicky yang sedari tadi sudah gugup seketika menoleh menatap cewek itu.
"Yaelah, malahan harusnya gue yang minta maaf sama, lo. Sorry tadi udah kasar sama lo. Tadi mood gue cuma lagi nggak bagus, jadi gitu, deh."
"Tapi lo sampai nangis."
Arin menoleh menatap cowok itu, jadi memutar bola mata malas. "Dih, nggak ya. Tadi gue kelilipan."
Vicky terdiam, begitu juga dengan Arin yang jadi menunduk memain-mainkan tangannya. Karena merasa suasana berubah canggung, cewek itu seketika berdeham.
"Lo ke sini cuma mau bilang itu?"
Vicky menipiskan bibir, melirik sebentar ke arah Arin. "Lo sibuk nggak?"
Arin mengerutkan kening, menoleh pada cowok itu. "Nggak sih. Kenapa?"
"Mau ngajak keluar bentar. Boleh nggak?"
Arin agak terkejut, melirik ke dalam rumahnya sesaat kemudian menoleh menatap cowok itu lagi. Cewek itu menggigit bibir kecil.
"Emang mau kemana?"
Vicky meringis pelan, menggaruk tengkuknya salah tingkah. "Nggak tau, sih. Muter-muter bentar aja."
Arin diam sesaat, lalu menoleh saat melihat mamanya berjalan ke arah mereka. Ia seketika bediri. "Ma, boleh keluar bentar nggak?"
Vicky yang melihat mama Arin jadi ikut berdiri, tersenyum kikuk ke arah wanita itu yang menatapnya.
"Mau ke mana?" tanya mama berdiri di ambang pintu, menatap keduanya bergantian.
"Muter-muter sekitar sini aja kok, ma."
Mama diam sebentar, membuat keduanya entah kenapa jadi gugup. Tak lama wanita itu mengangguk dengan senyum kecil, menoleh menatap Vicky.
"Kalian jangan malam-malam pulangnya."
Arin tersenyum kecil, begitu juga Vicky yang sedari tadi diam-diam menahan napas, jadi menghela napas lega. Mereka kompak mengangguk, pamit pada wanita itu sebelum beranjak dari tempatnya. Untung saja Arin memakai kaos lengan panjang, dengan celana selutut, jadi tidak perlu berganti baju lagi.
Vicky menjalankan motornya dengan lambat keluar dari komplek, jadi bingung ingin mengajak Arin ke mana. Cowok itu berdehem pelan, membuka sedikit kaca helm yang di gunakannya.
"Rin, kita ke mana ya bagusnya?"
Arin yang sedang asik menoleh kanan kiri melihat-lihat di sekitar perumahan jadi mengerutkan kening. "Kan lo yang ngajak. Lo maunya ke mana?"
"Ya nggak tahu, tadi niatnya mau ajak muter-muter aja sih."
Arin tertawa kecil. "Yaudah, muter-muter aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE (Revisi)
Teen FictionGara-gara ancaman tidak ikut olimpiade, Arin yang semula hanya menggunakan otaknya untuk memikirkan pelajaran kini harus ikut memikirkan bagaimana seseorang bisa bersama. Menjodohkan sahabatnya dengan Adam, teman sekelasnya sekaligus anak kepala se...