Happy reading💜
Arin menunduk menatap dirinya, merasa bingung karena sejak keluar dari mobil semua pandangan seakan tertuju kepadanya. Arin merasa tidak ada yang salah, lantas kenapa tatapan orang-orang mengarah kepadanya.
Cewek itu mengangkat bahu acuh, memilih kembali melanjutkan langkah. Tapi walau berusaha tetap cuek, ia tak bisa memungkiri kalau ia merasa risih.
"Arin yang itu 'kan ya?"
"Eh, bukannya mereka sahabatan, ya?"
"Eh, beneran yang itu nggak sih, gue nggak percaya deh."
Arin mengerutkan kening, merasa benar-benar aneh. Apalagi, namanya dari tadi terus di sebut, seakan ia sudah melakukan sesuatu yang salah. Baru saja ingin berbalik untuk menghampiri murid yang tadi membicarakannya, sebuah panggilan membuatnya jadi urung.
"Arin."
Arin menoleh, mengerutkan kening melihat Vicky yang berlari ke arahnya. "Kenapa?"
Vicky berhenti di samping Arin, mengatur napasnya yang agak ngos-ngosan. Cowok itu menatap khawatir ke arah Arin. "Lo nggak papa?"
"Maksudnya?" Tanya Arin bingung, merasa hari ini sangat aneh.
"Lo nggak ngecek hp apa gimana? Telpon gue juga nggak di angkat."
"Eh, gue dari kemarin nggak ada ngecek sih. Tadi pagi juga gue langsung masukin tas. Kenapa sih?"
Vicky menghela napas kasar, menarik Arin menjauh dari koridor. Merasa risih karena semua pandangan sinis tertuju kepada cewek itu. Arin yang tidak mengerti, hanya bisa pasrah mengikuti cowok itu.
"Kenapa sih, Ky. Orang-orang juga pada ngeliatin gue. Sumpah, gue nggak ngerti," ujar Arin, menatap Vicky yang kini berdiri di hadapannya setelah menghentikan langkah di samping lab komputer.
"Rin, lo cek hp dulu deh. Itu hp lo di silent apa gimana sih gue telpon berkali-kali nggak di angkat."
Arin tidak menjawab, memilih membuka tasnya dan mengambil ponsel. Semenjak pulang dari mall kemarin, ia tidak pernah lagi menyentuh benda pipih itu.
"Iya ke silent." Arin mengerutkan kening saat membuka layar ponselnya, melihat banyak sekali notif yang masuk. Dengan rasa penasaran, ia membuka aplikasi chat. Vicky sendiri hanya diam, menatap lurus cewek itu.
Vicky : Lo nggak papa?
Vicky : Angkat telpon gueAdam : Rin, sorry
Tiar : Rin, sumpah itu lo?
Tara : Send a foto
Tara : Rin, ini gimana sih maksudnya? Gue nggak ngerti.Arin tidak lanjut membuka yang pesan yang lain. Tubuhnya menengang membaca pesan dari Tara. Dengan gemetar cewek itu beralih membuka grup angkatan, melihat banyak sekali yang men-tag namanya. Juga mengirim foto yang memperlihatkan dirinya dan Adam sedang berpelukan di parkiran mall.
Unknown : Eh, masa sih
Unknown: Lah, temen makan temen wkwk
Unknown: Eh, yang mana sih. Yang juara umum itu ya?
Unknown: Lah, gue kira emang bener pacaran
Unknown: Kagak woii, Adam ma pacaran sama Tara, bukan Arin
Unknown: Eh, tapi mereka emang deket gitu deh
Unknown : Dih, pacar sahabat sendiri di embat juga haha
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE (Revisi)
Novela JuvenilGara-gara ancaman tidak ikut olimpiade, Arin yang semula hanya menggunakan otaknya untuk memikirkan pelajaran kini harus ikut memikirkan bagaimana seseorang bisa bersama. Menjodohkan sahabatnya dengan Adam, teman sekelasnya sekaligus anak kepala se...