Happy reading💜
Arin duduk di meja paling pojok, cewek itu menatap sekitar yang ramai, karena guru les mereka belum menampakkan diri. Ia jadi menghela napas berat, melirik ke bangku yang berjarak dua bangku darinya, kemudian melengos pelan. Arin menggerutu pelan, inilah alasannya malas ikut les, karena semuanya selalu ada Ocha, tidak di rumha, sekolah sekarang di tempat les.
Gadis itu jadi heran sendiri, kenapa Mama setiap mendaftarkan sesuatu selalu menyamakan tempat mereka. Jujur Arin kesal juga minder, karena jika ada Ocha, ia tidak akan bisa menjadi yang pertama.
Arin mengerjap saat guru les mereka memasuki ruangan, cewek itu menghela napas berat sekali lagi, kemudian memperbaiki posisi duduk.
"Eh? Arin hari ini masuk, Ibu kira bolos lagi."
Arin meringis pelan, tersenyum kikuk pada guru lesnya, yang di balas senyum geli oleh wanita itu.
"Oke everyone, hari ini kita akan belajar secara kelompok, jadi Ibu akan bagi kalian setiap satu kelompok dua orang, ya."
Terdengar berbagai seruan, ada yang protes, ada juga yang bersorak senang. Arin diam saja, menunggu Bu Uny membagikan kelompok mereka, tak merespon banyak.
"Rin, semoga kita satu kelompok, ya," ujar Yuyun, gadis yang duduk di samping Arin, Arin hanya mengangguk dengan senyum kecil.
"Baik, Ibu sudah buat kelompoknya. Rika dengan Hilda kelompok satu ya, lalu Arin dengan Ocha kelompok dua, Yuyun dan Eka kelompok tiga ...."
Arin sudah tidak mendengar lagi ochena Bu Uny yang lanjut membagikan kelompok. Mendelik kesal, spontan menoleh pada Ocha yang juga tengah menoleh padanya, tak lama keduanya jadi membuang muka dengan kesal. Arin melirik, terkekeh pelan melihat Yuyun yang sudah merengek kesal, tidak suka di pasangkan dengan Eka.
"Bu, anggota kelompoknya bisa ganti, nggak?" tanya Arin mengangkat tangan, tentu langsung protes.
"Nggak bisa Arin, ibu udah tentuin kelompok, nggak bisa ganti-ganti lagi, ya," ujar Bu Uny tak ingin di bantah.
Arin menghela napas berat, menyesal hari ini ikut les, tau begitu, ia memilih bolos saja tadi. Gadis itu berdecak, memikirkan bagaimana kelompoknya nanti.
"Oke, sekarang kalian bisa bergabung bersama anggota kelompok masing-masing."
Ruangan jadi riuh, mereka mulai bergabung bersama teman kelompok masing-masing. Arin menghembuskan napas kasar, dengan malas berdiri, berjalan menuju meja di samping Ocha yang kosong, duduk agak jauh.
"Kali ini Ibu akan kasih kalian beberapa soal, di dalamnya juga ada teka-teki, Ibu ingin kalian bekerja sama dalam menyesaikan ini, ya." Bu Uny mulai maju, membagikan satu persatu kertas pada setiap kelompok.
Arin menerima kertas tersebut, membaca sekilas soal yang ada di kertas. Diam sebentar, kemudian melirik Ocha yang duduk tak nyaman di kursinya. Cewek itu tersenyum miring, jadi ingat bahwa karena cewek itu ia jadi gagal masuk olimpiade tingkat provinsi.
Arin meletakkan kertasnya di atas meja, mulai berbalik, membuka tasnya, mengeluarkan alas tulisnya dari sana. Memilih mengerjakan soal sendiri, masa bodoh dengan kerja kelompok, ia juga tidak berharap kelompoknya yang terbaik karena ada Ocha di dalamnya.
"Rin, siniin kertasnya."
Arin tetap menulis, seakan menulikan telinga. Rasanya ingin tertawa melihat wajah Ocha yang terlihat sudah menahan tangis. Tentu saja gadis itu tidak akan mau jika kelompok mereka kalah, ia suka menjadi yang terbaik, itu sebabnya Arin sengaja bersikap seperti itu. Ia ingin melihat Ocha kalah kali ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPE (Revisi)
Fiksi RemajaGara-gara ancaman tidak ikut olimpiade, Arin yang semula hanya menggunakan otaknya untuk memikirkan pelajaran kini harus ikut memikirkan bagaimana seseorang bisa bersama. Menjodohkan sahabatnya dengan Adam, teman sekelasnya sekaligus anak kepala se...