"pangeran, makan malam sudah siap," soobin menengokkan kepalanya lalu mengangguk pelan. Menyuruh paman lee untuk pergi terlebih dulu.
Namun paman lee tidak menurutinya. Ia justru malah menghampiri dan duduk disamping soobin yang terlihat masih murung.
"soobin, paman tau jika kau sangat sangat sedih dan kecewa pada keputusan ayahmu," paman lee mengusap rambut soobin mencoba memberi ketenangan.
"tapi yakinlah pada paman, jika semua ini demi kebaikanmu. Ayahmu tidak mungkin menghukummu karena egonya, ia memberimu hukuman sesuai dengan kekuatanmu,"
"kau bisa melewati ini semua soobin, percaya pada paman," paman lee menepuk pundak soobin beberapa kali.
"buktikan ke ayahmu jika kau bisa melakukan semua ini dengan baik,"paman lee berdiri dan meninggalkan soobin sendiri setelah sebelumnya menyuruh soobin untuk datang makan malam.
Sebenarnya soobin sudah sampai dari dua hari yang lalu di asrama yang jauh dari istinanya. Bukan, bukan asrama penuh kemewahan. Namun asrama sederhana dengan tiga bangunan utama di desa terpencil dekat hutan.
Saking sederhananya hanya kamarnya, ruang makan dan aula, serta beberapa ruang kelas yang terbuat dari bangunan tembok.
Soobin masih enggan keluar kamar dan menyapa orang baru, bahkan hanya untuk makan saja ia tidak pernah datang. Ia selalu menyuruh orang untuk mengantarkan makanannya ke kamar, lalu ia akan memakannya juga didalam kamar.
Namun malam ini soobin akan mencoba keluar, memulai hidup barunya. Soobin memberanikan diri keluar dari kamarnya, menatap dua penjaga yang selalu berjaga didepan kamarnya. Memberi senyum sekilas lalu berjalan melewatinya.
Melangkahkan kakinya satu persatu melewati jalan tanah basah. soobin mendongak menatap bintang yang berkilauan di atas langit seolah memberinya semangat untuk bangkit.
Udara malam hari sangat dingin disini, soobin melipat tangannya dan menggosok lengannya bergantian. Udara dingin menusuk hidung hingga membuatnya bersin.
Soobin menghentikan langkahnya saat sayup-sayup mendengar suara pedang yang saling bergesekan hingga membuatnya penasaran. Ia berjalan menyusuri asal suara itu yang semakin dekat, semakin jelas.
Disana, disebuah lapangan yang tidak terlalu besar terdapat seorang anak yang sepertinya seumuran, tengah bermain pedang dengan lincahnya. Tak hanya satu, tapi dua pedang sekaligus.
Soobin menatap kagum anak laki-laki itu, walaupun hanya dari samping tapi soobin bisa melihat bahwa dia benar benar hebat.
Ia yakin, jika orang itu adalah dirinya maka ayahnya akan bangga sekali dengannya dan ia tidak perlu repot repot dipindahkan ke desa kecil untuk belajar seperti ini.
Soobin menghela nafasnya, ia kembali teringat dengan ayahnya, ibundanya dan kedua adiknya. Ia benar benar merindukan mereka.
"pangeran, kami sudah menunggumu lama. Ternyata kau disini," soobin diam, masih dengan melihat anak laki laki tadi dengan lekat.
"ah yeonjun! Kemarilah," soobin terkejut saat paman lee memanggil nama seseorang dan itu bukan soobin, lalu siapa dia?
Setelahnya ia bisa melihat bahwa anak yang bernama yeonjun itu berjalan ke arahnya.
"ada apa paman?dan—"yeonjun menengok ke arah laki-laki jakung disebelahnya, seperti tidak asing. Sedetik kemudian keduanya tersadar.
"KAU?!" ucap keduanya secara bersamaan.
•••
Makan malam berjalan lancar,namun tidak dengan kedua pikiran yeonjun dan soobin yang sama-sama masih shock.
Kini paman lee, soobin, dan yeonjun tengah berjalan-jalan malam di pinggir danau. Disini tidak gelap dan menyeramkan, justru malah terlihat sangat terang dan hangat walaupun sebenernya suhunya dingin.
Banyak lampu warna warni yang mengelilingi mereka dan taman ini dipenuh dengan pepohonan rindang.
Mata soobin berbinar, mengapa ia tidak tau jika disini ada tempat indah seperti ini? Seharusnya ia berkeliling dulu kemarin, bukan malah mengurung diri dan marah marah sendiri.
"huh kenapa kalian berdua diam saja?" soobin dan yeonjun menengok ke paman lee. Mereka secara tak sengaja bertatapan,dengan segera soobin mengalihkan pandangannya kembali ke danau didepannya.
"bukankah kalian sudah saling mengenal tadi?" paman lee mendesah lelah dengan kedua remaja yang saling diam ini.
"baiklah baiklah, paman akan meninggalkan kalian berdua. Berbicaralah dan saling mengenal okay?"soobin cemberut saat paman lee benar benar meninggalkannya berdua dengan laki laki bernama yeonjun.
Keduanya masih diam. yeonjun tidak tau apa yang harus ia katakan, ia juga masih shock jika laki-laki jakung yang ia temukan dipasar beberapa hari lalu adalah seorang pangeran.
Sedangkan soobin sendiri tengah menahan gugup karena laki-laki disampingnya ini terlihat sangat tampan—eh maksudnya terlihat menyeramkan karena belum juga mengeluarkan suara.
Ia juga tidak percaya bahwa laki-laki seumurannya ini akan mendampinginya belajar selama dia ada di asrama ini.
'yeonjun akan menjadi pelatih sekaligus temanmu disini, jadi kalian harus menyesuaikan diri satu sama lain'
Soobin masih mengingat dengan jelas perkataan paman lee tadi saat makan malam, itu membuatnya sedikit kesal.
"khm," setelah lima menit diam dalam pikiran masing masing, akhirnya yeonjun memberanikan diri untuk memulai pembicaraan.
"aku tidak percaya jika kau adalah pangeran," soobin mendelik.
"apa maksudmu mengatakan itu hah?!" soobin merasa tidak terima dengan perkataan yeonjun barusan, walau belum tau maksud yeonjun sebenarnya.
"kau terlihat lembut dan juga ... sedikit manis—khm tidak maksudku menyebalkan,"yeonjun mengalihkan pandangannya, sedangkan soobin merasakan merah menjalar dari pipi hingga ke telinganya.
"aku tampan! Lagian salah memang seorang pangeran lemah lembut?!" soobin mengerucutkan bibirnya. dia itu tampan dan berkharisma tau.
"tidak, hanya saja lebih baik kau diam dan memetik bunga,"
"sialan kau pendek! Aku juga tidak menyangka laki-laki pendek sepertimu akan menjadi pelatihku nanti," soobin membalas perkataan yeonjun. Enak saja ia disuruh jadi tukang petik bunga.
"hei! Aku tidak pendek asal kau tau. Kau saja yang ketinggian," yeonjun menatap kesal soobin.
"tidak! Kau yang kependekan wle!" soobin berlari kabur dari yeonjun yang mengamuk.
"dasar pendek!"
"awas saja kau pangeran! "
-TBC-
hayu gays ramein ceritaku!
trimakasih🤎
KAMU SEDANG MEMBACA
TACENDA -Yeonbin ✓
FanfictionSoobin kecil telah kehilangan kebebasannya. Dan sekarang Soobin tidak ingin kehilangan kebahagiaannya. Oleh karena itu, Soobin melakukan berbagai cara untuk tetap bersama Yeonjun, karena Yeonjun adalah bahagianya. [ yeon | top ] [ bin | bott ] ©snow...