⌛14

251 27 0
                                    

"Pangeran Soobin, kami memperkirakan mereka tersebar dikedua titik ini," seseorang itu kemudian melingkari kedua titik yang ia sebutkan didalam peta.

"Kami sudah mengirim mata² disekitar wilayah yang dianggap genting pangeran. Sampai pukul 4.03 mereka melaporkan dua titik, disebelah sini dan sebelah sini dekat permukiman warga" soobin mengerutkan keningnya.

"Yeonjun, berapa jumlah prajurit yang bersama kita saat ini?"

"30 orang pangeran, dan 5 lainnya bertugas menjaga tenda,"

"Paman lee sudah dalam perjalanan, dan akan sampai pukul 6.49. ia membawa sekitar 20 prajurit," soobin menghela nafasnya.

Ini sudah kali kedua pemberontakan terjadi didaerah perbatasan yang sama dalam kerajaannya.

Soobin sudah mencoba menghubungi pihak pemimpin dari mereka, tetapi sama sekali tidak digubris.

Soobin tidak suka peperangan, apalagi mereka adalah bagian dari rakyatnya. Soobin tidak bisa menyerang mereka.

Tetapi jika soobin tidak segera menangani kasus ini secepat mungkin, kemungkinan terburuk bisa saja terjadi.

Soobin akan menyelesaikan masalah para pemberontak itu, sebelum mereka turun ke permukiman warga.

"Yeonjun, Panglima Kim, dan 20 prajurit pergi ke arah barat. Aku dan sisanya akan pergi ke arah selatan 30 menit lagi,"

"Hubungi paman lee untuk langsung pergi kearah selatan! Cepat bergerak! Siapkan segalanya! "

•••

Soobin menatap matahari yang secara perlahan tenggelam dalam sungai. Sudah tiga malam ia melewati hari tanpa tidur tenang. Namun sore ini segalanya telah berakhir.

Ia berhasil menumpas para pemberontak dan menyerahkan mereka untuk ditindak lanjuti oleh raja di istana.

Tentu saja, ia tidak memiliki hak untuk mengambil tindakan besar seperti ini.

"Pangeran soobin, maafkan kami," tujuh orang turun dari kuda, kemudian membungkuk meminta maaf kearah soobin.

"Jangan meminta maaf! kalian sudah berhasil menumpas pemberontak," semua menunduk tanpa bersuara, sampai seseorang berani mengucapkan sepatah kata.

"Kami kehilangan 5 ksatria pangeran," soobin tersenyum.

Ia kemudian mendekat kearah Panglima Kim yang menjabat sebagai ketua panglima.

"Kalian sudah melakukan yang terbaik. Mereka gugur secara terhormat," dua tepukan pundak soobin berikan padanya sebagai apresiasi.

Soobin memundurkan tubuhnya, membiarkan Paman Lee mengambil alih setelahnya.

Soobin menjauh dari mereka dan berjalan mencari keberadaan yeonjun. Ia tidak melihat yeonjun datang bersama ketujuh panglima tadi.

"Dimana yeonjun?" Soobin memang terlihat tenang. Namun sebenarnya ia sangat cemas.

"Pangeran Soobin, Panglima Yeonjun tengah beristirahat di tenda," seorang penjaga menunjukkan keberadaan yeonjun.

"Apakah dia terluka?"

"Iya pangeran, namun tidak terlalu parah. Kami sudah mengobatinya," soobin membulatkan matanya, namun dengan cepat ia menetralkan wajahnya.

Ia lanjut melangkahkan kakinya masuk kedalam tenda kecil tempat yeonjun istirahat.

"Tidak tidur? mereka bilang kau sedang istirahat?" Soobin bisa melihat yeonjun menyandarkan tubuhnya diujung ranjang.

Semakin dekat, ia melihat lilitan perban melingkari dahi yeonjun. Cukup tebal. Apakah lukanya parah?

"Aku menunggumu datang pangeran. Lagi pula bertemu denganmu sama saja sudah istirahat bagiku," Soobin memutar matanya malas.

Ia mengambil teko air, kemudian menuangkan sedikit air kedalam gelas.

"Minum,"

"Terima kasih pangeran,"

Soobin kembali mengamati yeonjun. Namun sekarang tubuh yeonjun menjadi sasarannya. Ia hanya ingin mengecek, apakah yeonjun ada luka lain selain dikepalanya.

Namun nihil, ia tidak menemukannya sama sekali. Ah soobin hanya menemuka lebam bagian lengan yeonjun.

"Bagaimana bisa terluka?" Tak ada jawaban yang yeonjun berikan selain tawa kecil.

"Huh jangan tertawa! aku serius! Jawab pertanyaanku," Yeonjun melipat bibirnya menahan tawa.

"Baiklah-baiklah pangeran. Tapi kau harus berjanji, jika kau tidak akan marah padaku," soobin menautkan kedua alisnya, bingung. Kenapa ia harus marah?

"Hah, sebenarnya aku tidak terluka pangeran. Kau lihatkan aku tidak memiliki luka sayat?—

"Aku hanya—

"terjatuh dari kuda saat akan kembali heheh," yeonjun menyengir.

"Ck. Kau ini tidak berhati-hati!" Soobin melipat lengannya didepan dada.

Sebenarnya yeonjun malu mengakui. Sungguh, kejadian jatuh dari kuda itu adalah hal terkonyol seumur hidupnya.

"Maaf," Yeonjun menarik tangan soobin yang sebelumnya terlipat didepan dada dan menempatkan ulang dibahu miliknya.

Kemudian yeonjun menarik pinggang ramping soobin untuk ia dudukkan diatas pahanya.

Yeonjun menarik soobin ke dalam pelukan hangat dan memberi usapan lembut pada punggung kokoh soobin.

"Kau luar biasa pangeran. Kau adalah pangeran muda yang hebat. Tentu tidak mudah menyelesaikan masalah seperti ini, namun kau berhasil! bahkan kau tidak membunuh tersangka. Kau benar-benar luar biasa," perlahan usapan pada punggung soobin berpindah ke arah kepalanya.

Suara isak mulai terdengar. Yeonjun juga merasakan bahunya mulai basah. Ia yakin, pangerannya itu sedang menangis.

"Hei, kenapa jadi menangis?" Yeonjun melonggarkan pelukannya, telapak tangannya ia arahkan untuk meraih wajah soobin.

"Tidak, aku hanya terharu. Kau terlalu memujiku," yeonjun tergelak.

"Jadi kau menangis hanya karena aku memujimu eih?" Yeonjun mendapat balasan dengan tubrukan kuat tubuh soobin kedalam pelukannya.

Yeonjun tersenyum. Soobinnya sangat manis. Yeonjun menggoyangkan bahu soobin kekanan dan kekiri agar sang empu berhenti sesenggukan.

"Ingin keluar melihat bulan pangeran? Aku mendengar malam ini bulan muncul sempurna,"

"Tidak,"

"Lalu?" Aneh sekali, biasanya Soobinlah yang mengajak yeonjun keluar melihat bulan, namun kini justru soobin sendiri yang tidak mau.

"Ayo minum. aku ingin minum berdua denganmu,"



- TBC -

hii!

aku sengaja skip
adegan perangnya wkwk.

ayo bantu ceritaku muncul ke permukaan!

terimakasih!🤎



TACENDA -Yeonbin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang