"wah apakah ini tempatnya?? indah sekali yeonjun," mata soobin berbinar saat melihat bunga teratai berwarna ungu putih terapung di mana-mana.
"iya, sebentar lagi kau akan melihat puncaknya pangeran," soobin tambah berbinar saat sekumpulan teratai mengapung disampingnya reflek membelah, saat perahu yang mereka berjalan mengapung diatasnya.
"yeonjun aku tidak tau harus bilang apalagi, tapi ini benar benar indah!" soobin menunjuk salah satu bunga teratai saat perahu mereka berhenti.
"lihat itu yeonjun! dia berwarna ungu, cantik cantik cantik!" yeonjun terkekeh mendengar perkataan soobin.
"kau benar. bunganya memang cantik, namun kau jauh lebih cantik pangeran-
...
Terdiam, tidak ada tanggapan. Entah Soobin yang tidak terlalu mendengarkan yeonjun, atau memang Soobin yang malas menanggapi Yeonjun.
"-apakah kau tau apa arti bunga teratai?" Yeonjun kembali berkata saat dirasa Soobin tidak menanggapi rayuannya.
"kesucian, dan kebangkitan mungkin... Aku tidak terlalu ingat," Yeonjun menarik bunga yang ditunjuk Soobin tadi untuk lebih dekat.
"Katanya, bunga teratai semakin hidup di air keruh, maka bunganya akan semakin indah! ia tetap tumbuh dengan baik dan cantik seperti ini. aku harap kau juga bertindak demikian pangeran, mungkin kau tumbuh dengan banyak kesulitan tapi tetaplah bertahan untuk hidup bahagia dikemudian hari,"
"dan satu lagi, bunga teratai melambangkan kebangkitan. Aku ingin sekarang kau bangkit dari masalahmu dan semangat menjalani hidupmu. aku berkata demikian sebagai temanmu, bukan sebagai pelatihmu,"
"bukankah akan sangat rugi jika kau tidak benar-benar fokus dalam pelatihan ini? ayahmu telah banyak berkorban demi kelancaranmu sebagai seorang raja, bahkan ia juga mengorbankan anak sulungnya untuk pergi jauh darinya kan? Raja pasti sangat menyanyangimu, dia hanya kecewa padamu dan mengirimmu ke sekolah asrama agar kau bisa sukses menjadi raja nantinya,"
"tunjukkan jika kau bisa mewujudkan impian ayahmu, tunjukkan jika kau ini memang seseorang yang tepat untuk menggantikannya dikemudian hari,"
Yeonjun tidak mendengar balasan Soobin sedikitpun, itu membuatnya khawatir.
"err—maafkan aku jika lancang mengatakan hal ini pangeran," soobin menundukkan kepalanya meneteskan air matanya.
Yeonjun benar, dia harus menunjukan pada raja jika ia bisa mewujudkan impian ayahnya itu. Ia tidak mau mengecewakan ayahnya.
Tapi yeonjun tidak mengerti.
'kembalilah sebagai pangeran yang kuat, bukan pangeran lemah'
'ayah akan menunggumu sebagai raja dimasa depan'
'ingat soobin, jangan pernah kecewakan ayahmu lagi. Berjanjilah padaku jika ini terakhir kalinya ayah kecewa padamu'
Entah bagaimana caranya yeonjun sudah membawa Soobin kembali kedaratan. Yeonjun merasa tidak enak jika membiarkan soobin terus menangis di tengah danau.
Maka dari itu dengan seluruh tenaganya ia mendayung perahunya sendiri untuk kembali kedaratan.
"pangeran mari pulang," yeonjun mengulurkan tangannya ke arah soobin yang masih terdiam duduk dipinggir danau.
Yeonjun menghela nafas bingung saat melihat soobin tidak meliriknya sama sekali. bahkan sejak ia menangis tadi, soobin belum berbicara sama sekali pada yeonjun.
"mau kugendong? hari sudah semakin gelap pangeran, paman lee akan mencari kita," yeonjun menekuk lututnya guna menatap soobin lebih lekat.
"tidak usah," soobin menggosok matanya yang sedikit memerah, lalu berdiri dan menepuk-nepuk celananya yang berdebu.
Soobin bingung saat melihat yeonjun merendahkan tubuhnya dan menepuk punggungnya.
"naiklah, aku sudah baik pangeran," soobin menggelengkan kepalanya, namun yeonjun terus berusaha agar soobin mau digendongnya dan ya yeonjun berhasil.
Yeonjun menggendongnya dengan posisi piggy hug membuat soobin nyaman dan menyenderkan kepalanya kebahu yeonjun sambil mengeratkan pelukannya.
"jangan bilang pada paman lee, jika aku menangis tadi,"
"kenapa harus?" soobin mengerucutkan bibirnya kesal.
"kau ini banyak tanya pendek! tinggal menurut saja susah," Yeonjun tertawa, dia senang ketika soobin kembali mengatainya , itu berarti soobin sudah tidak sedih lagi.
"baiklah pangeranku," bohong jika soobin tidak tersenyum.
"berhenti memanggilku seperti itu!" soobin yakin jika pipinya memerah sekarang, jadi ia memutuskan untuk menyembunyikan wajahnya kebahu yeonjun.
"kenapa? aku tidak melarangmu, memanggilku pendek. Jadi itu setimpal.
—Lagipula aku yakin jika kau suka ketika aku memanggilmu pangeranku kan? "
"berhenti yeonjun!" Soobin semakin meneggelamkan wajahnya kebahu yeonjun.
Sore ini bagi soobin terasa sangat cepat. Soobin merasa jika ia baru sebentar beristirahat dan berjalan-jalan sore bersama yeonjun.
Namun kini sudah makan malam saja, dan setelahnya ia juga harus melewati 3 jam kelas malam.
"yeonjun turunkan aku,"
"sampai disini saja kau menggendongku, aku bisa berjalan sendiri," yeonjun mengangguk.
Mereka berdua sudah memasuki kawasan asrama, soobin tidak mau ada yang melihat jika seorang pangeran seperti dirinya sedang digendong.
habis sudah kharisma soobin.
"terima kasih yeonjun, aku sangat senang sore tadi," soobin tersenyum manis sampai memperlihatkan dimplenya.
Yeonjun gemas. Ia mencoba menahan dirinya untuk tidak kurang ajar mencubit dimple soobin di tempat umum seperti ini.
Apalagi dibelakang soobin ada dua pengawal yang sedang berjaga di area ruang makan.
"ingin bergabung makan denganku?"
"tidak-tidak! saya tidak sepantas itu untuk makan bersama dengan pangeran di satu meja makan," soobin terkikik, ia tau jika yeonjun terpaksa berbicara formal padanya. padahal aslinya perayu ulung. EH?
"sampai jumpa pangeran, saya pergi. fighting!" yeonjun memelankan suaranya saat kata terakhir ia ucapkan.
Soobin mengangguk semangat, kemudian berjalan masuk ke area ruang makan yang sudah ada paman lee.
"seru sekali eoh mainnya?" soobin menyengir.
-TBC-
Dukung terus ya gays?
See you next~
KAMU SEDANG MEMBACA
TACENDA -Yeonbin ✓
FanfictionSoobin kecil telah kehilangan kebebasannya. Dan sekarang Soobin tidak ingin kehilangan kebahagiaannya. Oleh karena itu, Soobin melakukan berbagai cara untuk tetap bersama Yeonjun, karena Yeonjun adalah bahagianya. [ yeon | top ] [ bin | bott ] ©snow...