"Yeonjun?!" Yeonjun tersenyum tenang tangannya terulur lebar, membuat Soobin berlari kemudian memeluknya.
"Yeonjun, aku sangat-sangat merindukanmu!" Soobin menangis dalam pelukan Yeonjun.
"Aku disini pangeran. Tetap disini, untukmu Soobin," Soobin menangis semakin kencang, pelukannya semakin erat.
Ia tidak mau kehilangan Yeonjun, lagi.
Yeonjun mengusap kepala Soobin, guna menenangkannya. Sesekali mencium puncak kepalanya.
"heii, tenanglah pangeran. Aku sudah disini kan? Jangan menangis lagi ya sayang," Yeonjun menangkup pipi Soobin, kemudian mencium bibirnya lama. lama sekali hingga Soobin bisa merasakan deru nafas Yeonjun, bibir kenyalnya, dan basah bibirnya.
"Yeonjun aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Jangan tinggalkan aku," Soobin menunduk, memainkan jari-jari Yeonjun.
Yeonjun terkekeh. Ia mengaitkan lengannya ke pinggang ramping Soobin.
"Tentu saja Soobin. Aku juga mencintaimu," Wajah mereka berdua mendekat, semakin dekat. Ketika bibir mereka akan bersentuhan, tiba-tiba terdengar suara anak perempuan.
"Ayah!" Soobin reflek menolehkan kepalanya.
Dibelakangnya ia melihat perawakan seorang anak perempuan berusia tiga tahun. Dan seorang wanita dewasa yang sedang menggandeng tangannya.
Tunggu...
Anak kecil itu berlari menuju Soobin dan kemudian menarik tangan Soobin, hal itu menyebabkan genggaman tangannya dengan Yeonjun terlepas.
"Ayah, ibunda sudah menunggu ayah. Ayo kita pergi," Seperti disambar petir, Soobin terkejut.
☁️☁️☁️
"HAH!!!" Soobin membuka matanya. Ini gila. Semua mimpinya benar-benar terasa nyata.
"Pangeran?! apakah kau baik-baik saja?" Soobin semakin terkejut, saat merasakan ada yang memegang bahunya. Dengan tidak sengaja Soobin mendorong Putri Minju, menjauh dari tubuhnya.
Kemudian Soobin teringat, Ia dan Putri Minju telah menikah tiga hari yang lalu. Ia tidak boleh kasar pada perempuan yang sama sekali tidak bersalah.
"Ah maaf," Soobin yang merasa bersalah langsung berdiri meninggalkan Putri Minju.
Soobin berjalan menuju tempat pemandian, tempat favoritnya bersama Yeonjun. Dulu.
Soobin menyuruh semua pelayannya untuk keluar, ia ingin sendirian disini. Berendam air hangat dengan tenang.
Soobin melepaskan semua pakainya, kemudian memasukkan dirinya kedalam air hangat. Hatinya benar-benar sakit mengingat mimpinya barusan.
Ia tidak tau harus menyebut ini sebagai mimpi baik atau buruk. Ia senang bertemu dengan Yeonjun dimimpinya, berciuman dan saling memeluk. Semuanya terasa begitu nyata. Bahkan hingga membuat kemaluannya berdenyut.
Tetapi didalam mimpi itu, ada Putri Minju dan seorang putri kecil. Dari semua hal yang masuk akal dari mimpinya, mereka adalah keluarga kecilnya.
Soobin menangis, menarik rambutnya frustasi. Penderitaan ini terlalu berat. Soobin tidak tau, apakah keputusannya menikah dengan Putri Minju adalah benar.
Jika kalian bertanya tentang perasaan, tentu saja kalian tau bagaimana jawabannya. Ia jelas masih sangat sangat mencintai Yeonjun. Bahkan selama-lamanya akan begitu.
Namun sekali lagi, Soobin tak memiliki pilihan.
Soobin mendengus kasar, ia tidak boleh menyerah. Mungkin ia akan tersiksa untuk saat ini. Tapi ia akan menemukan jalan terangnya nanti. Nanti setelah ia menyelesaikan masalah biologisnya ini.
•••
'Baiklah aku akan pergi'
Dan disinilah Soobin saat ini. Di tempat paling ia benci kedua setelah ruang kelasnya, yaitu perpustakaan.
Ini bukan perpustakaan modern, bukan berisi buku-buku terbaru, dan juga bukan terletak didalam istana utama.
Perpustakaan tua ini adalah perpustakaan pertama sejak kerajaannya dibangun, yang berarti didalam sini berisikan buku-buku lawas. Letaknya pun berada dipaling belakang kerajaannya.
Perpustakaan ini nampak menyeramkan dari luar, hanya ada sedikit pengawal dan pelayan yang berada disini.
Soobin menginjakkan kakinya kedalam. Kesan pertama adalah rapi, walaupun sedikit berdebu dan berbau usang.
Soobin berjalan menuju lobi. Soobin merengut kesal, bagaimana bisa tidak ada penjaga disini? Ia malas jika harus membaca dan mencari satu persatu.
Akhirnya, dengan kesal Soobin pun berjalan memasuki rak-rak buku. Sudah Soobin bilang, hidupnya tidak memiliki pilihan.
Setelah berkeliling disini selama satu jam akhirnya Soobin menemukan rak sejarah kerajaannya. Ya, perpustakaannya ini memang luas.
Namun, anehnya ada buku yang hilang disini. Semua buku memiliki keterangan tahun. Sedangkan pada tahun 1872, 1873, dan 1875, buku itu menghilang, tidak ada di rak buku ini.
Kemudian Soobin mencoba mengingat-ingat, ada peristiwa apa pada tahun tersebut, kenapa bukunya menghilang? Kemudian Soobin mengingat.
Tahun 1872 merupakan peristiwa pernikahan Ayah dan Ibundanya, sedangkan tahun 1875 adalah peritiwa pengangkatan ayahnya menjadi seorang Raja, lalu bagaimana dengan peristiwa tahun 1873? Ia sama sekali tidak mengetahui peristiwa apa yang terjadi.
Ayahnya, Ibundanya, Paman Lee, bahkan gurunya saja tidak pernah menceritakan hal tersebut.
Soobin mengedarkan pandangannya, mencoba mencari bantuan pustakawan disini. Namun, Soobin tidak menemukan siapa pun.
Tapi tunggu dulu, ada seseorang yang sedang menata buku. Apakah dia seorang pustakawan? Namun, pria itu memakai kain penutup mata. Apakah pria itu buta? tapi bagaimana caranya dia bisa bekerja disini?
"Salam hormat, Putra Mahkota," Soobin terkejut.
"Ampuni saya Putra Mahkota," Pria tua itu nampak tertunduk ketakutan karena membuat Soobin terkejut.
"Ah, Kepala Jung, tidak masalah. Aku hanya sedikit terkejut," Kepala Jung menegakkan tubuhnya, setelah mendapat ampunan dari Soobin.
Soobin kemudian mengalihkan pandangannya kembali kearah pria dengan penutup mata. Namun, pria itu sudah menghilang.
'cepat sekali'
"Ada yang bisa saya bantu, Putra Mahkota Soobin?" Soobin menatap wajah pustakawan itu lama. Apakah ia bisa mempercayai Kepala Jung?
-TBC-
•••
yo yeonbinist!udah mulai tebak²an nih.
btw aku bakal update tiap hari, hehe.
terimakasih sudah mampir🤎
KAMU SEDANG MEMBACA
TACENDA -Yeonbin ✓
FanfictionSoobin kecil telah kehilangan kebebasannya. Dan sekarang Soobin tidak ingin kehilangan kebahagiaannya. Oleh karena itu, Soobin melakukan berbagai cara untuk tetap bersama Yeonjun, karena Yeonjun adalah bahagianya. [ yeon | top ] [ bin | bott ] ©snow...