#Fino POVMas Farid kemudian datang menghampiri ku dengan membawa dua cangkir minuman.
"Ini ndoro, coklat panas nya udah siap. Tapi ini cuma sachet an lo Dek, ndak papa ya?" kata mas Farid memberikan ku cangkir coklat panas sementara di kopi hitam.
"Ih apasih mas Farid. Apa aja aku doyan kok mas. Gausah merendah gitu."balasku lalu ia duduk di samping ku. Duduk di sebuah sofa yang sudah usang dan bolong bolong.
"Hahaha nggak lah Fin! Kamu pulang sekolah langsung ke sini?"
"Nggak mas. Tadi Fino pulang dulu, mandi dulu, terus izin sama abang nya Fino mau main ke tempat temen. Soalnya kalo nggak ntar Fino dicariin mas. Lagian kan Fino juga belum lama dirawat dirumah sakit."jelas ku pada nya.
"Pantesan tadi Mas tungguin di depan kok lama banget. Makanya mas ke belakang dulu. Terus rebahan bentar di kamar. Eh...diminum dong coklat nya. Ntar dingin lo."mas Farid mempersilahkan.
"Siaapp..." Ku raih cangkir berisi coklat instan sachet yang diseduh oleh mas Farid.
Ku tiup perlahan lalu kuminum. Begitu pula dengan mas Farid yang juga meminum kopi hitam nya itu. Mata kami saling melirik saat minum lalu setelah itu kami melempar senyum.
"Aahh... Mantab..."kataku.
Mas Farid hanya tertawa melihatku. Kulihat ia masih berseragam montir biru nya. Seragam itu selalu mengingat kan ku tentang pertemuan pertama kami. Aku selalu membayangkan kapan itu akan terjadi lagi.
"Mas?"tanya ku membuka pembicaraan.
"Dalem Dek!" jawab Mas Farid yang langsung membuat hati ku luluh di hadapan nya.
Sialan, kenapa dia selalu membuat aku salting setiap ku panggil dia.
Simple tapi bikin nyaman di telinga dan di hati. Seakan suara berat mas Farid begitu khas jika mengucapkan kata bahasa jawa itu."Kenapa mas Farid gak bilang soal ini?"
"Soal apa e dek?"
"Ya ini." Aku melihat ke atas mengisyaratkan tempat tinggal nya sekarang.
"Ohh... Mas belum cerita ya ke kamu? Hehe.."
"Ya belum lah. Orang setiap aku kesini mas Farid pasti masih di depan. Kalo gak ya ketemu di luar. Aku belum pernah kesini."
"Yaaa.... Gimana yo dek? Aku tu sebenere malu sama kamu!"
"Malu gimana e mas?"
Anjrit, aku malah ikut ikut an logat jawa nya yang medok.
"Ya malu. Kalo aku cuma anak bengkel. Ikut orang lagi. Aku tu juga jarang pulang ke rumah. Cuma adek ku yang di rumah. Terus waktu lulus sekolah.... Mas sempet nganggur beberapa bulan. Sebenernya mas juga pengen...kuliah...kaya temen temen mas seangkatan. Tapi yaaa....
Tau sendiri lah. Mas gak ada biaya. Apalagi masih ada adek ku yang masih sekolah. Untung aja pak Hamid, pakdhe nya mas, yang punya bengkel ini ngajak mas ikut kerja disini." jelas Mas Farid."Lalu rumah ini?"tanya ku lagi.
"Haha...ini sebenarnya bukan rumah Fin."
"Lalu?"
"Kata Pakdhe ku ini dulu itu gudang milik rumah kosong yang di belakang nya ini. Nah, dulu pas pakdhe sewa bangunan ini buat dibikin bengkel, pemilik rumah kosong itu meninggal. Dia sebatang kara. Jadi selama rumah itu kosong, gudang ini juga kosong. Terus pakdhe Hamid izin ke ahli waris yang ada buat minta gudang ini dijadikan rumah sementara. Katanya buat tempat istirahat karyawan bengkel nya dulu."
"Terus ahli waris nya cuma ngasih cuma cuma gitu?"tanyaku penasaran walau sebenarnya bagiku tak penting juga.
"Kalau soal itu mas ndak tau sih Dek. Yang pasti bangunan ini udah jadi milik pakdhe. Soalnya juga ini nempel sama bangunan bengkel nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lubang Idaman Season 2 🔞 ✔️
Fantasia❗❗Homophobic alert ❗❗ Kelanjutan dari Season yang pertama. Bagi yang mau baca ini, disarankan baca yang pertama dulu. Ini kelanjutannya. Tapi inget, ini cerita gay yang dalem nya banyak adegan sex nya. Mohon bijak sebelum baca ya. Kalo gak suka...