Halte dan Hujan

6K 323 50
                                    

#Fino POV
.
.
.

"Harus dengan cara apa Fin gua bisa bikin lo senyum lagi?" tanya Johan memegang bahu ku.

Pandangan ku kosong dan hanya Alfan dan mas Farid di pikiranku.
Sudah sejam lebih aku diam membisu dan tak menghiraukan Johan di sampingku yang terus berusaha menghiburku.

Ini seperti mimpi namun sialnya ini lah yang ku alami sekarang.
Perpisahan yang sangat membuatku tertekan.
Aku masih duduk di atas ranjang memeluk lutut dan berselimut menghadap jendela yang kulihat diluar sudah gelap gulita.

Ku tengok wajah sahabat ku itu.
Dia nampak lelah menemaniku seharian tanpa mengeluh sekalipun. Kesetiaan Johan padaku melebihi dari seorang sahabat.
Bahkan saudaraku saja tak sepengertian Johan.
Dia begitu mengkhawatirkan ku.

"Lo jangan sedih lagi ya Fin. Gua ga bisa liat lu kaya gini. Dan gua juga baru tau kalo mas Farid juga pulang ke desa lebih dulu." kata Johan.

Seketika aku menunduk murung. Kulepaskan selimut yang membekap tubuh ku.

"Salah gua apa ya Jo? Udah dua kali gua ngrasain kaya gini. Tapi kenapa yang sekarang rasanya lebih sakit." balasku.

"Gua tau Fin. Gua tau perasaan lu. Kalo gua diposisi lu paling gua udah bunuh diri saking stress nya."

"Apa ini semua karena Bontot?"tanyaku spontan menyebut itu.

"Lu tenang aja. Gua udah kasih dia pelajaran. Soal dia bakal minta maaf ke elu apa enggak itu urusan dia.
Udah....lupain aja si bangsat itu."

"Jo.....apa gak sebaiknya lu gak pulang aja? Gua tau lu capek tapi masih harus nemenin gua."

"Gua khawatir sama lo Fin."jawabnya di balik wajahnya yang lesu.

"Gua gapapa Jo. Lo gak harus luangin semua waktu lo hari ini cuma buat nemenin gua doang. Viko juga butuh elu kan?
Lagipula gua juga berusaha buat berdamai sama diri sendiri.
Gua gapapa Jo!"

Johan masih nampak ragu.

"Lu beneran gapapa gua tinggal?"tanya Johan memastikan.

"Gapapa."jawabku dengan senyum terpaksa sambil mengangguk.

Tak lama Johan pun berdiri dari pinggir ranjang ku dan dia meraih waistbag nya. Lalu dia memeluk ku sebelum dia pergi.

"Gua tau lo kuat Fin. Udah jangan dipikirin terus soal itu. Lo punya masa depan. Seharusnya itu yang lu pikirkan sekarang. Semangat ya!"

"Makasih ya Jo."

"Iyaaa. Gua balik dulu yak!"

Aku mengangguk tersenyum.

"Hati hati!"kataku.

"Yoi"

Kini aku kembali sendiri. Tak kan ada habisnya jika aku harus meratapi terus menerus. Itu hanya bisa menyiksaku dan perlahan membunuhku.

Ku tau sekarang alasan apa yang selama ini di pendam oleh 2 Seme ku. Maksudku mantan seme ku.

Alfan sebenarnya tak pernah rela jika aku dibagi dua dengan mas Farid.
Dia selalu cemburu jika aku terlihat mesra dengan mas Farid saja.
Tapi disisi lain jika saja Alfan tau aku bahkan lebih menyayangi Alfan ketimbang mas Farid.

Dan aku menghargai keputusan mereka. Mas Farid ingin kembali ke pribadi nya yang sebenarnya bahwa dia adalah cowok straight.
Tapi apa kah semudah itu?
Kurasa tidak.
Lebih tepatnya mas Farid bisex.
Berbeda dengan adiknya yang benar benar Gay seperti ku.

Lagipula permasalahan keluarga nya pula yang mendesak mereka untuk segera pergi dari sini.
Aku tak bisa berbuat banyak dan tak bisa pula memaksa mereka untuk tetap tinggal disini. Itu hanya akan membuat mereka semakin terancam oleh teror ayah mereka sendiri.

Lubang Idaman Season 2 🔞 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang