Suara getar ponsel diatas nakas teredam akan lebat hujan dan suara gemuruh petir yang bersahutan.
Menyisakan sang pemilik, yang kini meringkuk. Duduk seorang diri, diujung ruangan ditengah gelapnya malam.
Kedua tangannya menutup telinganya rapat-rapat berharap suara petir yang menggelegar hingga menggetarkan ujung besi jendelanya tak terdengar. Udara dingin yang menusuk kulitnya pun sama sekali tak dihiraukan.
Matanya memejam rapat, menepis beberapa bayangan mengerikan yang tiba-tiba menghampiri. Hujan, kilatan petir, teriakan histeris dan tumpahan darah dimana-mana.
Potongan kejadian 7 tahun lalu masih terbayang jelas di ingatannya. berputar terus menerus bagai sebuah kaset rusak yang tidak bisa dibenahi.
Hingga kemudian, suara pintu yang terbuka kasar. terkesan terburu-buru. Sukses membuat yerim melonggarkan bekapan tangan di telinganya, wajahnya terangkat mendapati presensi seseorang yang berada diambang pintu dengan nafas memburu. Terengah, seperti habis berlari jauh.
Mata bulatnya terasa panas. berkaca-kaca. mengedip sekali saja air mata sudah pasti tumpah dari sana.
Sedang sang lelaki, menghela pelan. Raut khawatir yang tadi terlihat jelas, luruh tergantikan dengan sedikit kelegaan saat sudah mendapati gadisnya didepan sana.
Melangkah mendekat, dengan masih membawa senter di tangan kanannya. Kini ia bergerak merengkuh tubuh mungil itu ke dalam dekapan hangat di dadanya.
"Kenapa tidak mengangkat telfon ku?" tanyanya lembut, tangannya bergerak membelai surai sepunggung yerim hati-hati.
Sedang sang gadis menggeleng pelan, masih dengan kaitan tangan yang memeluk erat pinggang jungkook. Tak ingin lepas.
"Aku tidak tau dimana ponselku"
Jungkook terdiam. Terdengar dari suaranya yang serak dan parau, ia yakin bahwa yerim sedang menangis.
Maka dari itu, yang bisa ia lakukan hanya mengeratkan pelukan pun sesekali mengecup pelan puncak kepala yerim berniat memberi ketenangan.
"Tidak apa-apa. ada aku disini, Kau aman" bisiknya pelan berusaha menenangkan.
Dan hal itu nyatanya membuat yerim lebih tenang. usapan lembut dikepala, rengkuhan hangat dan aroma menenangkan jungkook membuat nafas yerim mulai teratur, debar jantungnya kembali normal seiring pelukan mereka yang mulai meregang. tak se-erat tadi.
Berada di posisi yang sama hampir belasan menit lamanya, kini pelukan itu semakin meregang dan perlahan terlepas meski tak membuat jarak terlalu jauh.
"Kenapa bisa disini?" tanya yerim perlahan mendongak, menatap siluet wajah sang kekasih dalam kegelapan.
"Aku mendapat informasi kalau ada pemadaman bergilir. Aku menelfon mu berulangkali tapi tidak diangkat, pintu rumahmu juga tidak terkunci. ceroboh sekali, untung saja yang masuk hanya aku" ujar jungkook.
Tubuh besarnya beranjak mundur, melepas jaket parka nya yang basah karena air hujan menyisakan kaos hitam pendek yang melekat pada tubuhnya. tangannya meraih ransel hitam dari punggung mengeluarkan sesuatu dari sana.
lampu portabel?
yerim mengernyit, keheranannya lenyap seketika saat jungkook meletakkan benda tersebut diantara mereka.
Menyalakannya hingga ruangan yang tadi gelap gulita kini diterangi cahaya --cukup membuat ia bisa melihat jelas wajah sang kekasih dan senyum puasnya.
"aku meminjamnya dari bibi hwang, terasa lebih baik kan?" tanyanya yang dibalas anggukan yerim, matanya sedikit berkaca-kaca sebab merasa terharu.
"terimakasih ya jungkook. aku tidak menyangka kau kemari, tadi aku takut sekali. aku teringat ibu dan ayah--" ujarnya lirih seperti mengadu, pun ucapannya terhenti saat usapan lembut pada puncak kepalanya mengintrupsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[5] remember me?
Paranormaljeon jungkook itu pusat dunia yerim. lelaki yang sangat disayanginya sebab hanya ia yang tulus peduli dan selalu berada disampingnya menghadapi kejamnya dunia. Namun bagaimana bila jeon jungkook-nya tiba-tiba berubah? Datang kembali setelah sekia...