8

450 112 34
                                    

Seoul, Dua tahun kemudian...

Kringgg...

Suara dering yang memekakan telinga membuat gadis itu mengerjap, tersadar dari lelapnya.

Meraih satu ponsel tak jauh dari tempatnya berada, kini yerim mengerut bingung saat mendapati nama penelfon.

"--iya?"

"Kau masih sakit?"

Yerim beranjak dari baringnya. Menyandarkan punggung lemahnya di headrest ranjang. "Sudah lebih baik. Ada apa?"

"Kau datang ke acara festival universitas sore ini, kan?" Tanya suara diseberang sana, antusias.

Yerim mengulum bibir, melirik jam diatas nakas yang menunjukkan pukul dua siang, mengangguk samar. "Hm. Lagipula aku juga ada janji dengan dosen jang"

"Baiklah. Aku tunggu disana. Jangan sampai telat" ujar suara diseberang sana, sebelum sambungan telfon mereka terputus.

Meletakkan ponselnya diatas nakas pun beralih meneguk satu gelas air mineral disampingnya. Kini yerim dengan segera beranjak dari ranjangnya.

Masih tersisa satu jam lagi sebelum acara dimulai. Bersyukur bahwa keadaan perutnya sudah jauh lebih baik dibandingkan tadi pagi.

Memilih setelan sweeter navy yang dipadukan dengan short pleated skirt sederhana sebatas lutut.

Berlanjut memoleskan pelembab bibir merah muda, dan bedak tipis dipermukaan wajahnya. kini gadis itu beranjak mengunci pintu. Sebelum benar-benar meninggalkan flat kecilnya.

Menghabiskan hampir lima belas menit perjalanan dengan bus kota. Sepasang kaki berbalut flatshoes navy itu berhasil menapaki lapangan outdoor kampus yang kini sudah disulap begitu megah dan meriah dengan beberapa panggung pentas dan pameran seni di beberapa sisi.

Acara fakultas seni yang diadakan setiap akhir tahun ini, memang terbilang wajib dihadiri oleh seluruh mahasiswa.

Mengedarkan pandangan kearah sekitar, kini senyum simpul terulas dari bibirnya saat mendapati presensi gadis yang tadi menghubunginya.

"Sae?!" Serunya membuat gadis itu kontan menoleh. Senyumnya terulas lebar dengan lambaian antusias saat melihat yerim yang berdiri tak jauh didepannya.

Saeron.
Kim saeron.
Teman satu-satunya yang yerim miliki, sejak dua tahun lalu saat mereka pertama kali dipertemukan di kelas yang sama, saat menempuh mata kuliah pilihan.

"Apa perutmu sudah benar-benar membaik? Kau masih terlihat sedikit pucat" ujar saeron menatap cemas, saat gadis itu sudah berada dihadapan yerim.

Yerim terkekeh pelan menanggapi "aku tadi sudah minum obat kok. Sudah istirahat juga dari siang"

"Ck, kalau seperti ini. aku jadi ingin menjadi pria saja. Biar tidak usah merasakan sakitnya datang bulan" keluh saeron, mengingat ia pun tak jauh berbeda dengan yerim, saat siklus bulanan itu menghampiri harinya.

Yerim tertawa pelan, "mana katanya ingin memberitahuku sesuatu?" Tanya yerim mengalihkan pembicaraan, sukses membuat saeron melebarkan mata dengan antusias. Teringat sesuatu.

"Tau hong sunbaenim? Dia nanti akan tampil"

Yerim mengernyit, apa yang dimaksud saeron, itu adalah hong sunbae yang asisten dosen itu?

"Maksudnya hongseok sunbaenim?" Tanya yerim memastikan

Saeron mengangguk "hm. Yang pakai kacamata itu"

[5] remember me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang