13

675 138 58
                                    

"Kau lusa juga akan ikut kan jung?"

"Bisakah tidak ikut?"

"Ei, mana bisa begitu. Itu sudah menjadi acara tetap fakultas seni. Kau harus ikut"

"Aku hanya tak ingin nanti kekasihku datang menyusul" ujarnya teringat akan perangai jung sera yang begitu posesif.

"Ah, jung sera itu? Dia benar kekasihmu?"

"Dia pasti akan mengikutiku"

Jimin mengerutkan alisnya heran "Mungkin karena kau populer jadi dia protektif padamu. Tapi aku fikir dia tak akan se-nekat itu mengikutimu di acara fakultas. Dia kan bukan mahasiswa seni, memangnya tidak malu kalau tiba-tiba ikut pergi?"

Jungkook berdecak, "kau hanya tidak tau dia bagaimana, hyung"

"Memangnya bagaimana?" Tanya jimin penasaran. Tentu saja, semenjak mengenal jeon jungkook tak sekali dua kali ia berpapasan dengan jung sera, sedikit penasaran sebab sejak lima bulan berteman baru kali ini jungkook menyinggungnya.

"Aku seperti tidak bisa bernafas kalau di dekatnya"

"Putuskan saja kalau tidak nyaman"

"Tidak semudah itu, hubungan keluarga kami sudah dekat"

"Kau dijodohkan?"

"Tidak. aku sudah berpacaran sejak lama"

"Ah, pasti karena kau sangat mencintainya" simpul jimin mengangguk mengerti, mengundang keterdiaman Jungkook.

Lelaki itu menghela, sedikit bosan sebab menunggu jimin yang masih belum selesai dengan kegiatan makan siangnya. Lama sekali, wajar sih sebenarnya karena lelaki itu memang baru saja datang 7 menit yang lalu saat jungkook sudah selesai dengan makannya.

Mengedarkan pandangan kearah sekitar mengusir rasa bosan, kini tatapannya kontan terhenti saat mendapati objek yang cukup ia kenali didepan sana.

Dibalik dinding kaca cafetaria yang berhadapan langsung dengan taman kampus, membuat ia bisa melihat jelas bagaimana gadis itu duduk seorang diri ber-temankan sebuah buku di kedua tangan mungilnya.

"Kau mengenalnya?"

Jungkook menoleh menatap sumber suara, "apa?"

"Gadis disana. Kau mengenalinya?" Tanya jimin menunjuk gadis itu dengan dagunya.

"tidak"

Jimin memicing curiga "tapi matamu dari tadi melihatnya terus. Kau tertarik padanya?"

Jungkook berdecak, "Tidak, juga"

Berdecih pelan, tak mau ambil pusing. Kini jimin lebih memilih melanjutkan melahap satu mangkuk Beef Yukgaejang dihadapanya.

Hingga tepat sepuluh detik setelahnya, pergerakan jemari lelaki itu tiba-tiba terhenti, teringat sesuatu.

"Ah benar! Aku ingat, bukankah dia gadis yang sama yang kau tolak dua minggu lalu?"

Jungkook menghela jengah, entah mengapa, suasana hatinya akan selalu memburuk lagi dan lagi hanya karena mengingatnya.

Bagaimana bisa perasaannya begitu mudah berubah, hanya karena gadis 'yang baru ia kenal, pun mengaku sebagai kekasihnya' itu.

Terhitung semenjak malam dimana ia berkunjung ke-flat sang gadis. Perasaannya terasa tak menentu, tidak bisa mengendalikan bagaimana otaknya terkadang memikirkan gadis itu secara tiba-tiba. Mengesalkan!

Pun ditambah perangai sang gadis yang sepertinya cukup keras kepala. Ia kira setelah perlakuan kasar nya dua minggu lalu cukup mampu membuat yerim menjauh.

[5] remember me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang