19

547 102 31
                                    


"M-maafkan aku.. ini kesalahanku" cicit yerim kesekian kalinya dengan deras air mata di kedua pipi. Menunduk dalam.

Lelaki berperawakan tinggi itu hanya diam. Tak mengatakan sepatah katapun. Wajahnya suram, dengan kerutan kemarahan yang terlihat jelas.

"Kak namu...."

"Jangan berbicara apapun padaku. Aku sedang tidak dalam suasana hati yang baik untuk berhadapan denganmu" ujarnya berbalik pergi.

Yerim meremat ujung baju pasiennya kuat, hatinya tergores perih saat lelaki yang biasanya bersikap begitu ramah dan baik itu terlihat begitu membencinya.

Tepat 20 menit lalu, saat terbangun dari salah satu ranjang pasien, yerim buru-buru bangkit dan berlari guna memastikan sesuatu.

Ia jelas mengingatnya.

Mobil sedan berwarna putih yang melaju kencang kearahnya saat itu, hampir saja menabraknya.

Naas, menyadari kenyataan bahwa saeron berlari kearahnya dan mendorongnya kuat guna menyalamatkannya.

Tidak ada luka serius pada yerim, ia hanya sempat terbentur hingga pingsan. Tidak separah saeron yang dikabarkan terluka parah.

Tubuh mungilnya terasa lemas hingga jatuh terduduk diatas kursi tunggu.

Wajar, bahwa namjoon membencinya.

Ia pasti marah karena yerim lah penyebab utama saeron terbaring tak sadarkan diri dengan luka parah di dalam sana.

Ia tau seberapa sayangnya lelaki itu pada adik semata wayangnya. Mereka hanya memiliki satu sama lain sejak kecil.

Tangan yerim meremat pinggiran kursi mencari topangan. Sejak tadi pandangannya menunduk. Tak mampu mengangkat wajah seolah ia memang tak punya muka lagi untuk menunjukkannya pada siapapun.

Ia merasa bersalah. Teramat sangat.

"Apa kau sebodoh itu untuk menyebrang hingga bisa seperti ini?"

"Kau tau apa yang kau perbuat, yerim!!"

"Jika terjadi sesuatu pada saeron aku tidak akan memaafkanmu. Tidak peduli seberapa baik kita saling mengenal selama ini!"

Deretan kalimat penuh kemarahan namjoon beberapa waktu lalu masih jelas terngiang di telinga dan pikirannya.

Benar, ini kesalahannya.

Tangan lemahnya kini terangkat guna mengusap pelan wajah pucatnya. Bahunya terasa berat, Hatinya tak tenang. Khawatir dan takut secara bersamaan.

Jangankan namjoon, ia sendiri pun juga tak akan memaafkan dirinya sendiri bila sesuatu yang buruk terjadi pada saeron.

:
:
:

Sudah terhitung tiga hari yerim keluar dari rumah sakit. Tak seharipun ia mangkir dari kegiatannya mengunjungi rumah sakit.

Meski ia sama sekali tak diijinkan masuk, namun dengan duduk tak jauh dari ruangan dan selalu menghantarkan makan siang yang nyatanya selalu namjoon tolak, sudah lebih dari cukup baginya.

Melangkah sekembalinya dari kantin rumah sakit, kini langkah kaki yerim terhenti tepat di sisi koridor saat melihat namjoon yang memasang wajah serius ketika berhadapan dengan seorang dokter di depannya.

"Saya melihat ada cedera dibagian tulang belakang pasien, jadi kami perlu melakukan tindakan operasi. Untuk biaya administrasinya saya harap anda segera mengurusnya agar pelaksanaan operasi juga cepat dilaksanakan" jelasnya sebelum pamit berlalu.

[5] remember me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang