1

2K 165 19
                                    


"Jungkook? kenapa disini?"

Lelaki itu berdecak. "Tentu saja menemui mu. Memangnya apa lagi?" ujarnya sebelum menarik salah satu kursi dan mendudukkan diri didepan yerim.

Suasana perpustakaan yang sudah sepi menjelang sore membuat suara mereka terdengar lebih jelas, sebab tak perlu menekan suara terlalu lirih karena takut menganggu yang lain.

Yerim menghela, wajahnya kembali menunduk terfokus pada layar laptop di depannya "Aku sedang menyelesaikan tugasku. Kalau mau, Kamu bisa pulang lebih dul--"

"Aku akan menunggu. Lagipula dimana yang lainnya? Bukankah itu pekerjaan kelompok?" ujarnya heran. Dahinya mengernyit curiga, sedikit banyak mulai faham akan situasi apa yang sedang dihadapi oleh sang kekasih.

"Mereka tadi disini kok, tapi mereka ada urusan mendadak"

"Semuanya? Tiba-tiba?" Alis jungkook terangkat satu.

"Orang tua mereka sedang ada acara satu sama lain, anaknya juga ikut serta"

"Ck, alasan" gumam jungkook, beralih menyandarkan punggungnya pada kursi dibelakangnya.

Sedang yerim tak terlalu ambil pusing dengan celetukan jungkook, lebih memilih menaruh fokusnya kembali pada deretan kalimat didepannya, agar cepat selesai.

Hingga ketika pekerjaannya hampir usai, yerim mengangkat wajah. sukses mendapati pemandangan wajah masam jungkook didepannya.

"Hei, ada apa dengan wajahmu? Aku tidak apa-apa jungkook" ujar yerim menahan kekehan geli, Menggeleng pelan pun kembali menunduk dan melanjutkan tulisannya.

Namun decakan dan kalimat yang jungkook ucapkan selanjutnya, sukses membuat gadis itu menghentikan gerak jemarinya.

"Rimie, kau ini sadar tidak sih kalau sedang dimanfaatkan? Mereka itu selalu bersikap seperti itu, menyerahkan semua tanggung jawabnya padamu lalu pergi entah kemana"

Yerim terhenyak.

Terpaku sejenak akan kalimat itu.

Tentu saja ia sadar, batinnya bersuara.

Namun apa yang bisa ia lakukan? Datang sebagai siswa dengan beasiswa penuh di sekolah swasta favorit di kotanya.

Pun- hampir seluruhnya berisi siswa kalangan atas. anak pejabat, aparatur negara dan orang penting. Tak membuat yerim sepenuhnya bersenang diri.

Sejak awal ia ditempatkan di kelas, tak hanya satu atau dua guru yang memberi wejangan agar setiap ujian dilaksanakan, yerim harus membantu teman-teman kelasnya.

Secara tidak langsung memberikan ia tanggung jawab agar nilai rata-rata siswa dikelasnya tetap tinggi untuk mempertahankan image sekolah ini tetap baik dimata publik.

Anggapan bahwa sekolah chunga adalah sekolah favorit yang mampu mencetak banyak lulusan hebat yang berhasil di bidangnya adalah sisi lain yang ditunjukan.

Sedang sisi lain yang disembunyikan, adalah dengan menutupi perangai manja para siswa kaya pemasok dana dengan mengandalkan orang-orang seperti yerim dibelakangnya.

Lagipula, keberhasilan mereka setelah lulus sekolah yang sering dibanggakan, bukan murni karena kemampuan mereka.

Hampir 75 persen, yerim yakin karena bantuan orang tua yang memang sudah kaya dari sananya. Setidaknya, itu yang bisa ia fikirkan setelah menempuh 14 bulan lamanya bersekolah disini.

Yerim berdehem, bergerak menutup laptop milik yuna dengan hati-hati.

"Sudah selesai. Ayo pulang" ujarnya sibuk memasukkan peralatan tulisnya ke dalam ransel lilac hadiah pemberian jungkook tiga bulan lalu di hari ulang tahunnya, sebelum beranjak berdiri.

[5] remember me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang