7

366 95 7
                                    

"Menjengkelkan"

Yerim menghela dalam, menguatkan diri. Menulikan indra pendengarannya dari cemoohan dan kata menyakitkan kedua temannya.

Tangannya dengan sigap kembali membenahi beberapa barangnya yang jatuh berserakan sebab sengaja dibuang oleh gadis bersurai pendek yang kini melangkah meninggalkannya~ shin chaerin.

Teman satu bangku yang semenjak satu setengah tahun lalu berbeda dari sebelumnya. Menunjukkan sikap terang-terangan tidak menyukai yerim dan tak sungkan menindasnya.

Melangkahkan kaki mendekati salah satu meja perpustakaan. Sore ini, yerim mau tak mau harus memundurkan waktu pulangnya demi menyelesaikkan tugas remidial adik chairin yang berada satu tingkat dibawah mereka.

Chaerin menyuruh yerim untuk melakukan berbagai hal. Membelikan minum, memberi contekan, mengerjakan tugasnya dan adiknya.

Mengancam akan membuat urusan yerim di tahun terakhir sekolah menjadi sulit hingga membuat yerim bisa saja tidak lulus bila berani-berani menolak.

Jahat memang. Namun nyatanya gadis lemah yang tak punya kuasa seperti yerim hanya bisa pasrah.

Ia bisa saja melawan, marah atau menolaknya sebab ia sendiripun hanya manusia biasa yang juga punya emosi dan perasaan.

Namun gadis itu cukup bisa berfikir realistis. Tidak mau gegabah hanya karena melampiaskan emosi sesaatnya. Berfikir panjang mengenai konsekuensi apabila ia melawan.

Sebab bukan tidak mungkin. bila ia melawan, ancaman shin chairin akan menjadi kenyataan. mengingat kedudukan orangtua gadis itu sebagai jajaran donatur utama disekolah ini.

Toh, ia hanya harus menahannya hingga beberapa minggu lagi sebelum hari kelulusan tiba. Tidak masalah, perlakuan seperti ini tak hanya satu atau dua kali ia terima sejak dulu.

Menyelesaikan tugasnya dengan cepat berhubung ia memang menguasai materi tersebut.

Kini gadis mungil itu beranjak dari duduknya, membereskannya dengan cepat. Pun Menatap arloji dipergelangan tangan kanannya membuat ia menghela lega. Tidak terlalu sore untuk pulang.

Membawa langkahnya menyusuri lorong yang cukup sepi, hanya tersisa beberapa siswa yang sedang melakukan kegiatan ekstrakulikuler di beberapa sudut sekolah.

Kini langkahnya kontan terhenti saat seruan menyapa rungunya. Menoleh, mendapati salah satu guru yang memanggilnya.

Membuat yerim sempat mengerut heran, sebelum beranjak menghampirinya. "Ada apa ssaem?"

Im ssaem-, selaku guru sekaligus wali kelas yerim mengulas senyum simpul.

"Ada beberapa informasi yang ssaem perlu sampaikan, apa kau ada waktu?"

Yerim mengulum bibir ragu, "eum, mengenai apa ya ssaem?"

"Mengenai pengajuan beasiswamu di SNU empat bulan lalu" ujarnya yang dibalas tatapan membulat yerim.

"A-ah mengenai itu. Ya tentu" ujar yerim gugup.

Im ssaem hanya tersenyum tipis menanggapinya. Membawa keduanya memasuki salah satu ruangan. Duduk disalah satu sofa yang tersedia.

Menyerahkan satu map keatas meja, kini im ssaem mendudukan diri disamping yerim. Membuat yerim sempat heran sebelum dengan ragu membukanya.

"Selamat yerim-ssi, kau merupakan satu-satunya siswa chunga yang lolos dalam beasiswa ini" ujarnya mengulas senyum bangga membuat yerim terkejut. Tidak menyangka.

[5] remember me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang