Awal

105 23 5
                                        

Haloooo gaess... Para readers ku tercintahh..
Aku tuh seneng banget..
Gak nyangka cerita pertamaku ini sampai 800 viewers..
Sumpah gak nyangka..

Thanks buat kalian yang buat cerita aku sampai pada tahap ini..

Gak nyangka banget..

Soalnya sebelum up cerita ini aku pernah up cerita lain tapi gak ada yang baca.. jadi aku unpublish....

Dan ngumpulin keberanian buat up cerita lagi tuh bener-bener sulit..

Dan Tahta Garuda ini buat aku sangat-sangat bersyukur..
Ternyata masih ada yang baca cerita aku..

Thanks gaess..

Aku bakalan lebih semangat lagi buat up..

Oke deh kalo gitu..

Happy reading gaess..
Semoga suka...

.

.


.

Terlalu peduli perkataan orang lain itu membuat diri merasa terkekang.
So..
Ikuti saja kata hati. Jika menyesal pun tak terlalu sakit karena itu kemauan sendiri.
- Tahta Garuda

.

.




"Thanks udah nonton,"

Ramon menghampiri Arum yang kini sendiri. Karena Ayana dan Ami pamit untuk menyaksikan pertandingan futsal kelas mereka.

Ramon duduk di samping Arum.

"Cieee masuk final.. Selamat ya.. Jangan lupa traktirannya," kata Arum dengan senyum yang mengembang.

Ramon tertawa renyah.

"Oke oke.."

"Tapi gue gak mau seblak ah?"

"Kan gue janjinya seblak,"

"Gak. Lagi gak pengen seblak,"

Ramon melirik Arum yang kemudian dibalas oleh Arum.

"Ya udah traktirannya nanti aja. Kalo lo udah pengen seblak," Ramon tersenyum miring.

"Dih?!! Gak gitu dong?!!" Arum menepak bahu Ramon yang sengaja tak menghindar.

"Kan gue yang mau traktir. Ya terserah gue dong mau traktir apa,"

"Dih... Kan gue yang ditraktir seharusnya terserah gue lah,"

"Gue..."

"Gak gue.."

"Lah gue..."

"No.. no.. no.. terserah gue.."

"Gue?!"

"Gue Arum.."

"GUEE?!!!" teriak Arum kemudian memukul lengan Ramon. Tapi...

Tahta Garuda (ON GOING) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang