13 - Peluang

358 85 67
                                    

Hai-hai!!

Jangan bosen sama cerita AKALANKA!

Dan, HAPPY READING.

.

.

.

"Terkadang rasa ingin memiliki teramat besar sampai-sampai dari kita sendiri memiliki rasa gengsi untuk mengutarakan perasaan suka yang kita punya. Rasa gengsi itu ibarat kita takut akan bersikap alay/lebay saat bersamanya dan menumbuhkan rasa 'illfeel' darinya."

"Berdekatan dengan mu hanya dengan jarak tak terlalu dekat dan waktu yang cukup singkat, akan membuat memori pribadi paling berkesan di pikiranku."

"Berjuang dan berjuang. Itu yang kini aku lakukan walaupun banyak hambatan atau rintangan yang berasal dari diriku sendiri, dan dari dia? Aku hanya perlu menunggu rasa alami yang tubuh darinya untuku. Seperti rasaku untuknya yang teramat 'spesial' dan aku bangga dengan itu."

-

Jam istirahat, jam masuk kelas? Semua terlihat sama saja, tak memperdulikan waktu pergantian jam tersebut. Mereka tenang akan hal membolos, dan pastinya dengan alasan yang paling mereka buat semasuk akal mungkin untuk para guru. Apa yang membuat mereka khawatir? Gusar? Tentunya tumpukan tugas yang terkadang di kumpulkan mendadak.

Apalagi dengan rata-rata teman kelas mereka yang pelit, sangat penasehat, dukungan demi dukungan yang hanya soal-

"Rumusnya yang kemarin, pasti inget dong? Yuk bisa."

"Masa gini doang susah, satu kali gue jelasin harusnya paham, ayolah"

"Kerjain sendiri! Cepet bentar lagi mau kumpulin"

Mereka sungguh muak dengan berbagai ucapan tersebut. Mereka hanya bisa mempercepat dalam mengerjakan. Apalagi yang hanya menjelaskan satu kali dan mempercayakan mereka-mereka ini sudah paham dengan apa yang di jelaskan dan kenyataan nya tidak.

Pelajaran jam pertama, kini Aligator sedang berkumpul di warung Abah. Semua masih membahas soal meninggalnya Rendi.

"Gue sadis banget, asal lo semua tau. Gue udah bilang kata ampun berapa kali sampe nangis-nangis. Emak gue tetep mukulin sama gagang sapu." Semua terbahak mendengar curhatan dari Denta.

Arka menoyor kepala Denta dengan kuat sambil terus menampilkan tawa pecah nya.

"Kalo gue si ga di kasih makan aja, terus uang saku plus mobil harga selangit gue di sita, Alhasil gue naik angkot. Kalian tau sendiri kan, gang daerah rumah gue yang jalan nya super rusak itu mana ada taksi mewah yang lewat." Ucap Arka.

Alan hanya menyimak dengan diam tanpa berekspresi apapun.

"Diem bae, lah lo gimana Al? Secara kan anak papih mamih pasti aman dong, pulang-pulang langsung di beliin martabak manis dengan toping yang bejibun."

Alan memberikan tatapan tajam nya.

"Justru lo semua yang damai, gue? Di jodohin."

"uhukk...uhukk! Busettttt!!!!!" Denta histeris sambil mengelus leher nya yang hampir berhasil menelan batagor namun berhasil keluar kembali.

AKALANKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang