33 - Hancurnya Awal Karir

183 16 45
                                    

"Ragumu, Rugimu."

***

Suasana tidur sore dan bangun selagi waktu menjelang malam memanglah membuat kesan perasaan berbeda dalam diri kita. Seperti masih terjebak dalam alur mimpi yang belum tuntas, apalagi setelah mengalami mimpi buruk.

Hal itu yang kini Zanna rasakan, dimana dirinya yang terduduk kaku pada kursi kayu dengan tali yang melilit di pergelangan tangan dan kaki nya. Mulut nya seolah bisu, sumpalan kain menghalangi suara jerit nya. Terlihat empat gerombol pemuda berjalan ke arah nya dengan salah satu membawa balok kayu dan sebuah papan kanvas besar.

Gadis itu berontak saat tangan salah satu pemuda tersebut melepas gumpalan kain di mulutnya. "Cuih! Lepasin gue!" Bentak nya dengan suara melengking, pemandangan gedung tua tak terawat di sekeliling dengan tembok yang banyak terdapat coretan asal, membuat Zanna merasa dirinya jauh dari kerumunan banyak orang.

"Liat! cowok lu kan?" Tunjuk nya pada foto Alan yang di cetak besar lalu di tempel di sebuah kanvas yang mereka bawa.

Zanna membulatkan kedua bola matanya, "Kalian apain Alan brengsek! Cepat lepasin gue. Atau nyawa lo semua gue jamin gak aman!" Ancam Zanna dengan sepenuh tenaga jiwa dan raganya, dengan kodrat suara khas cempreng nya mungkin akan membantu sedikit menulikan telinga para pemuda itu sebelum ia melakukan aksi balas penyerangan nya.

"Cewek modelan apa lo? Masih sempatnya fikirin Alan yang udah jelas akhir-akhir ini kurang peduli kan sama lo? Gimana sama Tomi?"

Zanna bungkam, otak nya baru mencerna dan mengingat sekilas kejadian semalam, "To-Tomi dimana dia sekarang?!"

"Di rumah sakit, koma. Lo bertanggung jawab atas tumbang nya Tomi." Ucap nya dengan mendekatkan ujung balok kayu itu ke arah jidat Zanna.

Gadis itu berdecak kesal lalu kembali berontak, menggerakan dirinya sekuat tenaga berharap lilitan tali tersebut lepas. "Rese! Apa gunanya kalian bawa gue kesini?"

"Cuma mau buat peringatan, bijak dan fokus sama perawatan Tomi. Kalo ga..." Sebuah panah mendarat tepat di poster wajah Alan. Zanna benar-benar ingin menangis.

"Liat kan? Wajah rupawan cowok lo bakal kita rusak seperti nasib kawan kita yang kehilangan nyawa akibat ulah biadab petarung sampah itu!"

Tak dapat berkutik, demi perdebatan ini selesai gadis itu mengangguk lemah. "Oke, lepasin gue. Tindakan kalian bertentangan dengan undang-undang Negara. Bisa kena pasal pidana kalian mau?!"

Semua saling bertatap mata secara bergantian, kode salah satu pemuda itu dengan memajukan dagu nya membuat mereka setuju membebaskan gadis yang sudah terlihat lemah saat ini.

Setelah ikatan tersebut terbuka, mendadak Zanna bersikap tegas lalu menodongkan sebuah pistol yang ia selipkan di pinggang celana belakang nya.

"Cepat pukul dia bangsat!" Ucap salah satu dari mereka kepada rekan yang memegang balok kayu namun tak ada suatu tindakan apapun. Tetapi gerakan nya tak kalah cepat dengan gadis itu yang hanya dengan satu kali tekan saja, peluru pistol bisa saja menembus jantung para pemuda tersebut satu-persatu dengan hitungan detik.

Dor!

Empat tembakan pistol itu berhasil menghilangkan dua nyawa dari keempat pemuda itu, dengan tangan yang masih gemetar Zanna dengan perlahan menurunkan pistol nya.

"Gila! Ternyata sifat almarhum bokap lo yang mantan korupsi bisa menurun ke lo juga! Licik."

Tak terima mendiang ayah nya di rendahkan, Zanna bergegas akan menembakan pistol nya kembali namun mereka berdua sudah berlari meninggalkan tempat tersebut. Setelah membuang kedua mayat itu terjun bebas ke bawah gedung, Zanna terduduk lemas sambil memegangi kedua lutut yang ia tekuk. Pikiran nya kacau, ia sangat takut jika sampai terjadi hal bahaya untuk Alan, dan darimana mereka tahu tentang ayah nya?

AKALANKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang