32 - Tragedi

191 15 56
                                    

"Tatapanmu memanglah sederhana, namun dapat mengalihkan dunia."

-

Jujur akhir-akhir ini lagi males banget up huhu:(

Kalian semangat terus ya, ada yang niat sampe target 100 part gak nih?

Selamat Membaca!

.

.

Setelah tiupan peluit, pertandingan antar dua sekolah elit tersebut di mulai. Angka skor tinggi masih setia bertambah dari tim Alan, semua mengontrol bola dengan keterampilan lihai masing-masing.

"Ayolah, kasih kesempatan buat naikin skor tim gue yang gak terpaut jauh dari lo,"

Alan tersenyum kecut. "Gaada kata ngalah, sorry."

Dengan menunggu giliran yang cukup lama, akhirnya Tomi berhasil merebut bola basket dari Alan, ia segera bergerak cepat dan dengan gaya cetar lelaki itu berhasil memasukan bola tersebut ke dalam ring, kenaikan angka skor terus Tomi raih dan akhirnya kedua tim itu seri.

"Liat tuh waktu, pertandingan ini bentar lagi selesai. Hanya satu point lagi aja yang nentuin siapa pemenang nya, dan inget kan perjanjian kita?"

Rahang Alan mengeras, permainan kembali di mulai. Dengan otak yang memfikirkan kekhawatiran soal gadis nya, Alan begitu tak yakin jika Zanna berdekatan dengan cowok modelan seperti Tomi. Dan benar saja, hal itu membuat konsentrasi Alan goyah.

Sorak tepuk tangan menggema saat tim dari SMA Bakti mencetak skor kemenangan yang di lakukan oleh sang ketua tim, Tomi Garkalenza.

Alan menunduk, lalu memukul kepala nya beberapa kali akan hal bodoh yang seharusnya tak ia biarkan. "Nanti malem bos, pinjem bini nya sebentar ya," Ucap Tomi persis di depan wajah lelaki itu.

"Awas aja sampe lo berbuat macem-macem sama Zanna, urusan kita bakal lebih panjang Tom!" Gertak Alan dengan kepalan tangan nya.

"Eitss, satu malem doang dan itupun berlaku beberapa jam, gak lama men... Gue harus manfaatin situsi dengan baik haha." Ucap Tomi dengan tawa puas nya.

Bugh!

Pukulan keras mendarat tepat si ujung bibir Tomi, lelaki itu tersungkur, meringis sambil memegang bagian tersebut yang sudah meneteskan darah segar. Semua deretan penonton yang tadinya duduk dengan tenang mendadak semua berdiri dengan disertai raut syok.

Zanna berlari dengan menenteng botol mineral yang tadinya akan dirinya berikan untuk Alan. "Al, stop! Jangan lagi." Ucap gadis tersebut mencoba melerai aksi perkelahian itu. Namun, tak ada jawaban sama sekali dari nya, Hanya raut emosi membara yang terlihat di wajah Alan.

"Keributan apa itu?!" Seru pak Prima dari ujung lapang. Beliau segera mendekat dan memandang dua anak didiknya yang dalam keadaan sangat berantakan.

"Kamu berulah lagi Alan? Jaga martabat sekolah, mereka tamu undangan terhormat dari sekolah lain! Kamu ini tidak ada rasa bosan nya terus-menerus kena kasus. Ikuti bapak dan mari bertemu dengan guru BK."

"Al, kita tunggu lo di kantin. Baik-baik lo," Merasa tak bisa membantu apapun hanya perkataan kompak itu yang di tuturkan oleh Arka dan juga Denta.

Sedangkan Zanna mengikuti langkah Alan dan pak Prima dengan cepat, ia khawatir begitu pintu kaca itu tertutup, untung saja ia masih bisa melihat jelas dari luar, namun untuk suara obrolan di dalam kurang jelas ia dengarkan.

AKALANKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang