"Ada tujuh miliar orang di dunia ini. Kenapa kamu biarkan salah satu dari mereka menghancurkan hidupmu?"
Hem, jangan galau jangan galau:)
.
.
Happy Reading sahabat.
-
Hari ini Fanya tidak memasuki sekolah, setelah kejadian tenggelam dirinya di kolam kemarin membuat kepala nya terasa pusing.
Derit knop pintu terdengar jelas, terlihat Sarah dengan sebuah nampan berisi sarapan pagi yang bermacam-macam. "Nih, gue di suruh nyokap buat anterin. Jangan banyak gaya, abisin."
Fanya mengangguk lesu. "Thanks, lo bakalan terus cuekin gue sama kek Cia?"
"Kita emang sedari kecil ada moment keakraban apa? Butuh proses kali,"
"Hakim songong emang ada?"
"Maksud lo, gue? Jaga deh mulut pedas lo itu. Gue juga ogah-ogahan anterin ini makanan kalo ga di suruh sama bunda."
Fanya yang hendak meraih sepaket makanan itu yang berada di atas nakas mengurungkan niatnya sejenak, "Ck, mau sampe kapan si lo sama si adik rese lo itu bersikap kurang baik ke gue? Lagian gue juga calon adik lo nanti."
"Sekolah dulu yang bener, kejar cita-cita impian lo. Dipikir nikah hutang dulu pake duit orang tua apa, lagian punya anak juga gak gampang, rahim lo dah kuat? Pikirin hal itu."
Fanya memutar bola matanya malas.
"Udah lah, lo mending keluar. Bicara sama lo gada gunanya. Makan minum segala hal keperluan gue biar bi Monik aja yang urus, lo gausah sok cari muka."
"Tepatnya yang ada lo yang cari muka! Gue si caper sama emak sendiri, lah lo orang asing cuma numpang tapi bawel nya parah banget."
Fanya hendak melempar sebotol aqua di genggaman tangan nya namun terlambat, Sarah sudah lebih dulu keluar kamar dengan cekikikan.
-
Alan dan Zanna kini sedang duduk pada sepasang ayunan di tepi taman kecil jalanan perkotaan, Zanna mengayun dengan tempo cepat sampai rambut nya yang tergerai bebas berkibaran kesana-kemari.
"Jangan terlalu cepet, jatuh nanti."
Zanna cemberut lalu memberhentikan laju ayunan tersebut, menatap raut wajah tampan kekasihnya lalu membenarkan poni rambut Alan yang menutupi mata sipit nya.
"Ayok." Gadis itu beranjak, menyadari Alan yang hanya berdiri diam tanpa ada pergerakan apapun, Zanna memilih meraih lebihan sabuk celana lelaki itu lalu menarik nya dari depan.
Alan masih saja terdiam, Zanna menoleh ke arah belakang, melihat raut wajah cengar-cengir cowok itu yang entah apa artinya.
"Gak nanyain gue mau bawa lo kemana?" Tanya Zanna dengan nada kesal.
"Kemana aja, asal sama lo."
"Prettt..." Ucap Zanna di sambung tawa pecahnya.
Daily Style
Mereka berdua sampai di sebuah barbershop terkenal di Bandung. Zanna terus menarik Alan sampai lelaki itu ia suruh untuk duduk terdiam di sebuah kursi yang bertatap langsung dengan sebuah cermin lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKALANKA
Teen FictionAkalanka Alister Bramantio. Sang Monster Amazon, itu julukan yang di berikan dari seorang gadis masa kecil nya. Lelaki dengan paras sempurna ini, sudah tidak perlu komplen apapun lagi karena apa yang di dalam dirinya sudah seperti paket lengkap, bib...