"Terkadang hal ini terjadi, satu hari bisa menyukai lebih dari 5 orang asing hanya dengan melihat paras nya, hadehh..."
Seperti rutinitas biasa entah karena hal apa kini Zanna mulai kecanduan mendatangi perpustakaan hampir setiap hari kecuali Minggu pastinya. Gadis itu merasa berbagai tumpukan novel sudah berhasil mencuri hatinya, minat membaca nya pun naik saat pihak perpus terus-menerus mengeluarkan koleksi beberapa novel ternama, apalagi di dukung dengan suasana sunyi, tentram dan hawa sejuk dari AC membuat Zanna semakin betah.
"Cariin gue buku paket Biologi." Aktivitas Zanna terhenti saat melihat sepasang sorot mata dari celah buku terlihat melotot sinis di balik rak buku tersebut.
Zanna berjalan dengan malas mendekat ke arah manusia yang dari satu jam sebelumnya sempat ia fikirkan. "Secara, judul bukunya kan tercetak jelas ngapa lo ga usaha aja cari sendiri."
"Ck, hormati dikit kek. Anak baru ni, btw lo kok ga masuk kelas?"
"Bukan urusan lo."
"Jelas urusan gue, karena mulai sekarang kita temen." Langkah Zanna terhenti lalu menatap wajah gadis urakan di depan nya, tak lama pun tawa pecah ia lontarkan dengan begitu melengking, kebetulan guru yang biasa berjaga perpus sedang tidak ada.
"Apa lo bilang? Minta maaf dulu sama temen gue. Berasa ga punya rasa bersalah ya lu?"
"Temen songong lu itu yang matanya di lutut. Jelas-jelas dia jalan nya ngelantur. Dan hp gue? Layarnya retak. Emang geng lu itu peduli? Gak kan, yaudah impas."
Zanna mendengus, "Dangkal banget pemikiran otak lu." Ucap Zanna menohok lalu segera beranjak pergi begitu saja meninggalkan Siska yang berdiri diam sambil mengepalkan jarinya kuat menahan gejolak emosi.
*****
Hari ini memang Zanna berniat untuk seharian membolos, ia memilih tetap berada disekolah karena suasana sekitar yang menurutnya nyaman, di banding dirinya harus keliling jalanan untuk mencari tempat teduh untuk bersandar.
Zanna meringis, menatap satu gigi nya yang tak kunjung tumbuh, untung saja dirinya ini bukan tipe cewek yang murah senyum nya kebangetan, jadi aman deh, tapi Zanna sedikit merasa kagok dengan tatapan Siska yang melihatnya begitu heran setelah tawa pecah itu lolos begitu saja.
Beberapa kemudian, urusanya dengan cermin telah selesai. Zanna bergegas keluar namun ia tersentak saat seseorang menariknya dengan cepat.
"Kangen," Bisikan itu terdengar jelas di telinga Zanna. Suara khas dan wangi parfum maskulin yang teramat menyeruak membuat gadis itu tau siapa manusia yang sedang mendekap nya dengan teramat erat saat ini.
"Al, lepas. Aku gabisa nafas."
Alan nampak tak menghirukan ucapan gadis nya, ia sibuk mendengus area leher Zanna dengan aroma vanilla yang begitu menenangkan.
Zanna mendongakkan kepalanya, jarak hidung nya kini hanya beberapa senti dari hitung Alan. Dengan segera gadis itu sedikit menjauh lalu berdeham singkat untuk membuang rasa gugup nya.
"Kenapa? Padahal dikit lagi."
"Jangan mulai deh Al,"
Alan terkekeh. "Lah emang lu pikir apa? Dikit lagi bisa tiup mata lu. Biar ga kebetahan natap kegantengan gue ini."
"Mampus! Lu si Zan suka mikir yang macem-macem." Gerutu Zanna kesal dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKALANKA
Teen FictionAkalanka Alister Bramantio. Sang Monster Amazon, itu julukan yang di berikan dari seorang gadis masa kecil nya. Lelaki dengan paras sempurna ini, sudah tidak perlu komplen apapun lagi karena apa yang di dalam dirinya sudah seperti paket lengkap, bib...