30 - Hampir Saja

181 33 160
                                    


"Be with someone who is proud to have you."

.

.

Thanks, untuk suport nya! Kalian terbaik.

*****


Suasana jalanan kota dengan bunyi kendaraan yang berlalu lalang membuat suasana malam ini tak begitu sunyi. Dengan memesan beberapa kopi yang di buat oleh Barista ternama, sekumpulan lelaki itu terlihat mengobrol ria sambil memainkan semburan asap rokok.

"Maaf mas, silahkan di baca kertas yang tercetak sebuah tulisan di sebelah sana, bahwa di cafe ini di larang merokok."

Salah satu lelaki itu berdiri sayu dengan tatapan mata merah nya. "Lo pikir ini cafe milik nenek moyang lo? Cuma sebatas pegawai, jangan belagu!"

"Saya menjalakan pekerjaan sesuai aturan mas."

Merasa kesal, lelaki tersebut mendorong cukup keras bahu pelayan itu hingga hampir membuat tubuh nya tersungkur.

"Lo boleh juga, cantik." Ucap salah satu dari mereka dengan suara serak dan pandangan sayu. Kubu jarinya meremas kuat dagu gadis pegawai itu hingga ringisan keluar dari mulutnya.

"Kalo sange tau diri, jangan buat keributan di tempat umum."

"Tapi Tom-"

Tomi merangkul pundak tegas sohib nya, "Lo mabuk. Sadar!" Ucap nya dengan rahang yang terlihat mengeras.

"Ruangan khusus buat pecandu minuman alkohol sebelah mana?" Sambung Tomi.

Pelayan itu sedikit menghilangkan rasa gemetar nya. "Pintu sebelah sana mas, masuk saja. Area bebas, boleh merokok dan hal sebagainya. Bagi yang mau sewa kamar boleh, tapi di larang satu kamar dua orang, jadi cuma cukup satu penghuni saja."

"Oke," Setelah faham dengan ucapan pelayan itu, Tomi segera membawa anak buah nya masuk menuju ruang sebelah yang tergolong pribadi. Pandangan mata Tomi terarah pada beberapa lelaki yang sedang mengobrol santai layaknya cafe ini hanya milik mereka.

"Disini juga?" Tomi bertanya dengan nada sengit, ia tak boleh menyiakan waktu, jangan sampai mereka menganggap diri nya lemah, Tomi teringin melupakan masa berduka saat itu, dan hanya akan menjadi puih balas dendam saat ini.

Semua menoleh, mengikuti arah suara tersebut. "Ck, ganggu aja. Ada yang sok kenal nih bos,"

"Jangan Den, kita gausah keluarin banyak tenaga buat ladenin dia. Yang ada otak kita kekuras, dia biang emosi." Ucap Arka, lelaki itu hanya mengangguk sebagai tanda ia setuju akan ucapan Arka barusan.

"Sok jago ya lo semua, jangan sok belagak paling berkuasa disini."

"Ini cafe milik omah gue ya, jaga tutur kata lo!" Balas Arka.

Tomi membisu, ia beralih menatap Alan, lelaki itu sedari tadi hanya diam sambil terduduk dengan amat tenang. "Tumben si bajingan ini gak kepancing? Biasanya buat rusuh sana-sini." Sindir Tomi, ya tentu saja Alan sudah tau perkataan itu untuk dirinya. Tak mau di anggap remeh Alan segera memegang bagian bahu baju Tomi, tanpa basa-basi lelaki itu menarik dengan sekuat tenaga hingga bagian lengan baju itu sobek terpisah.

Tomi melotot tak percaya.

"Jauhin Zanna atau pertempuran Aligator dan Vandalas akan terulang lagi. Gue bakal pastiin, nyawa lo yang di korbanin kalo masa itu tiba. Kami, setiap waktu selalu mantau gerak-gerik lo, dan gabakal segan buat keroyok diri lo, kita udah punya banyak strategi baru, bersiap Tom."

AKALANKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang