Jemariku mulai mengerut, sedangkan piring kotor masih bertumpuk. Mau tidak mau, aku harus menyelesaikan tugasku sebelum waktu menunjuk pukul 8 malam. Masih tersisa 30 menit untuk aku membereskan semua ini sebelum pulang kerumah.
Aku kerja disalah satu tempat makan, lebih tepatnya sebuah cafe. Shif kerjaku dari 4 sore sampai jam 8 malam. Dengan gaji seadanya, aku bertahan dikota besar ini seorang diri.
Terkadang aku sering berpikir untuk apa hidup? Aku hidup karena kebetulan aku sedang bernapas saja, kalau tidak? Mungkin aku dengan senang hati sudah tertidur selamanya dibawah tanah.
Rambutku sudah panjang, tanda aku sudah lama tinggal dikosan ini. Waktu pertama kali aku kemari, rambutku masih pendek bahkan ibu kos sempat mengira kalau aku adalah anak lelaki.
Aku masuk kedalam kosan setelah menempuh jarak cukup jauh untuk kemari. Bagus juga sih, aku bisa sedikit olahraga dengan cara berjalan kaki. Tapi, kekhawatiranku tidak bisa disembunyikan. Aku tahu bahaya bila seorang gadis berjalan sendirian dimalam hari, tapi keadaan memaksaku untuk terbiasa.
Punggungku nyeri, terlalu lama membungkuk saat menyuci piring tadi. Masalahanya tempat cuci piring itu rendah dan aku harus membungkuk sedikit agar bisa menyamakan kepalaku dengan lemari yang ada diatasnya. Kalau tidak? Aku hanya akan bisa melihat lemari itu daripada piring kotornya.
Aku bukan tinggi kali, hanya saja tempatnya yang terlalu rendah untukku. Makanya setiap pulang kerja punggung atau pinggangku pasti nyeri tidak jelas, serasa habis gendong anak orang.
Kini usiaku masuk 16 tahun, aku seorang pelajar dan juga bekerja untuk kelangsungan hidupku. Sejak aku ditinggalkan dirumah nenek, kedua orang tuaku tidak pernah kembali untuk menjemputku pulang bersama mereka.
Rumah nenek termasuk desa kecil, hanya ada sekolah dasar saja disana. Sedangkan untuk melanjutkan pendidikan aku harus keluar dari desa dan belajar dikota ini.
Tidak jarang nenek menghubungiku dengan ponsel jadulnya, menanyakan kabarku dan bagaimana keseharianku selama disini. Aku juga menanyakan hal yang sama padanya.
Besok aku harus bangun pagi dan berangkat ke sekolah, tidak jauh kok jarak sekolahku dari kosan. Malahan dekat, hanya jalan beberapa meter lalu belok kanan, terus sampai deh.
Tapi sebelum itu, aku menyempatkan diri untuk mengerjakan tugas rumah dulu. Aku tidak mau dimarahi guru ku lagi, karena lupa mengerjakan tugas darinya.
Sekarang aku duduk dibangku SMA dan masuk ke salah satu sekolah paling favorit dikota ini. Tentu biayanya tidak murah, tapi tenang saja! Aku mendapatkan beasiswa dari kepala sekolah, aku tinggal mempertahankan peringkatku untuk uang sekolahku.
•❂✲❂•
Gerbang sekolah berdiri kokoh dihadapanku, satu persatu pelajar melewatinya sambil menyapa seorang satpam didekat sana. Begitu juga denganku, senyum ramah aku perlihatkan ketika lewat didepan satpam itu.
"Pagi pak..," sapaku.
Pak satpam membalas senyumku sambil mengangguk pelan untuk mengiyakan salamku tadi. Aku menelusuri lorong kelas dan berhenti setelah menemukan pintu kelasku, 11 A.
Temanku tidak banyak, namun aku memiliki seorang sahabat yang selalu ada bersamaku disaat susah maupun senang.
"(Y/N), kau sudah buat PR mtk?"
"Sudah! Gak ada pinjam-pinjam!"
"Eleh, aku nanya bukan mau nyalin yah! Tapi cuman pastiin kau tidak akan kena masalah lagi, karena lupa ngerjain PR!"
Aku mengenalnya saat masih SMP, ia termasuk siswa bermasalah pada saat itu dan entah kenapa, aku bisa akrab dengannya. Bahkan ia sampai mengikutiku untuk masuk ke SMA favorit ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
◦ ۪۪̥፧𝗕𝗹𝗮𝗰𝗸𝗺𝗮𝗶𝗹₍ꦼ🐢
Teen Fiction[Ben drowned x readers] Satu persatu masalah bermunculan, antara berat dan tidak. Namun, apa yang paling berat ialah (Y/N) harus membiasakan diri. Dan juga, ia terpaksa menerima keberadaan Ben drowned yang secara mendadak menghampiri hidupnya. ****...