Tumpukkan kertas berserakan diatas kasurku, sudah lama aku tidak berpikir keras seperti sekarang. Perasaan aku jadi campur aduk, ternyata ibuku.. dia mengalami semua itu dan tidak memberitahuku. Bagaimana dia bisa bertahan selama ini? Dan apakah ayah pria yang baik? Aku tidak pernah melihatnya tersenyum kepada ibu, apa dia tidak mencintai ibuku?
Almarhum juga belum pernah memanggil namaku, dari kecil sampai ia tiada. Apa saja yang telah aku lewatkan?
Percayalah, sekarang aku lebih membenci diriku sendiri daripada Jeff, Ben, Slenderman, ibuku atau siapa saja yang terlibat dengan masa kelamnya. Kenapa ibu tidak menceritakan ini padaku? Apa ia pikir aku tidak cukup dewasa untuk mengerti?! Dasar, aku seperti anak durhaka sekarang!
Kertas yang awalnya mau aku buang, jadi tertunda karena harus memikirkan ini sepanjang hari. Aku tidak punya kegiatan lain hari ini, selain sekolah libur aku juga tidak kerja lagi.
Haa.. cari uang memang sulit, namun yang lebih sulit ialah aku harus menyusun rangkaian kata ditiap harinya hanya untuk menenangkan diriku sendiri.
Entah kenapa, aku berkeinginan untuk berkunjung ke rumah ibuku. Apa ia mau bertemu denganku? Daripada itu, aku sudah mengatakan ini pada nenek. Dia hanya diam tanpa mengatakan apapun, mungkin itu menyakiti hatinya. Bagaimanapun juga, ibuku tetap anak kandungnya. Hanya saja, kenapa mereka menyembunyikan ini dariku? Apa aku tidak berhak tahu kebenarannya?
Lama diperjalanan, aku memutuskan untuk ke rumah ibuku hari ini. Rencananya aku mau bicara dengannya, tapi sesampai disana seseorang memanggilku.
"(Y/N)?"
"Apa yang kau lakukan disini, Ben?" Aku masih benci dengannya, lihat mukanya saja aku jadi berdebar dan sekaligus muak. Mungkin itu sudah berlalu, namun bagiku tidak. Apa yang ia dan temannya lakukan pada ibuku itu sudah keterlaluan!
Aku menyadari seseorang disebelahnya, ia lebih tinggi dari Ben. Hampir menutupi seluruh tubuhnya hingga aku tidak bisa melihat kulit badannya. Dia menatapku, aku bisa lihat matanya tertuju padaku.
Ben menoleh kearah orang itu, kemudian melirik kearahku lagi. Apa yang mau mereka berdua lakukan disini?
"Siapa dia Ben?" Tanyaku yang tertuju pada orang itu.
Ben menggaruk kepalanya, ia tampak bingung dan panik disaat bersamaan. Kelihatan sekali, kalau Ben menyembunyikan sesuatu padaku.
"D-dia.. teman ibumu, aku cuma mau antarin dia kesini."
"Oh, iya? Aku tidak tahu kalau ibuku punya seorang teman. Apalagi, teman cowo..."
Sebelum Ben membalas perkataanku, ibuku sudah lebih dulu membukakan pintu rumahnya. Ia berdiri didepan pintu sambil memegang erat kenop pintunya, matanya tertuju pada orang yang ada disebelah Ben. Siapa pria itu? Kenapa ibu tidak berhenti menatap tajam kearahnya?
Sedangkan Ben, ia terus menundukkan wajahnya. Aku tidak habis pikir, kenapa aku harus kemari diwaktu yang tidak tepat.
"Elina..," pria itu memanggil ibuku.
"Jeff, k-kau..," ibu terlihat sedang menahan amarahnya.
Tunggu! Ibu bilang Jeff? Ah, jadi dia Jeff!! Ngapain dia ke sini?! Tidak aku sangka, Ben yang akan mengantarnya! Apa dia tidak pikir, dengan menunjukkan dirinya didepan ibuku malah membuatnya sakit hati?!
Ibu menarik napas dalam sebelum menghembuskannya, "kalian semua masuklah! Aku tidak mau para tetangga bergosip hal buruk tentangku, lagi!" Katanya.
•❂✲❂•
Author POV
Detik jam berbunyi selama jam dinding itu hidup, suaranya membuat suasana menjadi tegang. Tidak ada yang bicara, bahkan Ben terpaksa ikut masuk setelah mendapatkan tatapan maut dari (Y/N).
KAMU SEDANG MEMBACA
◦ ۪۪̥፧𝗕𝗹𝗮𝗰𝗸𝗺𝗮𝗶𝗹₍ꦼ🐢
Ficção Adolescente[Ben drowned x readers] Satu persatu masalah bermunculan, antara berat dan tidak. Namun, apa yang paling berat ialah (Y/N) harus membiasakan diri. Dan juga, ia terpaksa menerima keberadaan Ben drowned yang secara mendadak menghampiri hidupnya. ****...